Astaghfirullah… Dosa, Musibah Terbesar

Ilustrasi. (tetesanairmatalangit.blogspot.com)

Ilustrasi. (tetesanairmatalangit.blogspot.com)

Syahida.com – Wahai orang yang hatinya disibukkan oleh dunia… Betapa sering engkau berkeras untuk terus berkubang dalam kemaksiatan? Kapan engkau bertobat? Tubuhmu berlumur dosa, dan hatimu kosong dari takwa pada-Nya. Engkau habiskan masa mudamu dalam kelalaian. Dan ketika masa tua tiba, engkau tinggal menangisi masa muda yang tak mungkin kembali. Seluruh nasihat kepadamu dulu tak berarti, karena engkau telah menutup pintu bagi kebaikan.

Diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri ra, “Seseorang singgah di tempat seorang ahli ibadah, lalu bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau mengingat mati?’

Sang ahli ibadah menjawab, ‘Setiap kali aku mengangkat satu kaki dan membiarkan kaki yang satunya sebagai tumpuan, saat itu aku takut akan mati.’

Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana kamu bisa giat beribadah giat beribadah?’

Ahli ibadah itu menjawab, ‘Setiap kali aku mendengar tentang surga, lalu tiba waktunya beribadah, aku pasti pergunakan segera untuk beribadah sebaik-baiknya.”

‘Mengapa kamu memakai kain yang hitam ini?’

Sang ahli ibadah menjawab, ‘Karena ini adalah pakaian orang yang tertimpa musibah.’

‘Apakah kalian semua para ahli ibadah tertimpa musibah?’



Ahli ibadah itu menjawab, ‘Wahai saudaraku, musibah apa yang lebih besar dari musibah dosa terhadap pelakunya?’

Orang tersebut berkata, ‘Maka setiap kali aku teringat dengan ucapan ahli ibadah ini, aku pasti menangis.’”

Abu Ali mengatakan, “Di hadapan Allah, manusia itu terbagi menjadi dalam empat tingkatan:

Pertama, orang yang hatinya dikuasai keagungan Allah dan kecintaan kepada-Nya, lalu ia menyibukkan diri dengan mengingat-Nya dari mengingat selain-Nya. Dan kenikmatan dunia tidak membuatnya lalai dari mengingat-Nya.

Kedua, orang yang berjanji kepada Allah Ta’ala untuk menjawab seruan-Nya dengan benar, melaksanakan ibadah, ikhlas, dan wara’, serta memenuhi janji.

Ketiga, adalah orang yang berbicara untuk Allah, dalam lingkup ajaran Allah, dengan pertolongan Allah dan demi Allah.  Ia menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dalam urusan yang kecil maupun yang besar, terhadap pribadi-pribadi yang terpedaya.

Keempat, lelaki yang hatinya mengungkapkan kondisi dirinya, dan selalu waspada terhadap dua malaikat yang ditugaskan untuk mengawasinya. Tak ada yang mengetahui rahasia hatinya kecuali Tuhannya.

Inilah orang yang secara lahiriah nampak seperti orang yang tengah terhibur dalam kesepian, sedang batinnya menjauh dari keramaian dan dirundung kesedihan.

Berkata Al-Mughirah bin Habib, “Aku pernah mendengar kesungguhan para pecinta Allah, munajat orang-orang arif, dan aku ingin sekali mengenal mereka. Lalu aku pergi ke tempat Malik bin Dinar. Selama beberapa malam aku mengamatinya dari tempat yang tak terlihat olehnya. Aku lihat ia berwudhu di awal isya, lalu berdiri untuk shalat. Terkadang ia menghabiskan satu malam penuh untuk membaca satu atau dua ayat secara berulang-ulang dan terkadang ia membaca Al Qur’an secara berkesinambungan. Apabila sujud dan selesai shalat, ia menggenggam jenggotnya dan menangis. Lalu ia menadahkan tangan dalam tangisnya. Ia mengucapkan, ‘Wahai Tuhanku, Wahai Raja yang Tertinggi, Wahai Teman tempat aku mencurahkan isi hati, Wahai Yang Mendengar keluh kesahku, Engkau telah mengabarkan ketetapanmu sebagai anugerah dan karunia. Ya Tuhanku, Engkau tahu siapa penghuni surga dan siapa penghuni neraka itu, maka dimanakah akan Engkau tempatkan aku?’ Demikianlah Malik bin Dinar terus-menerus berdoa dan berduaan dengan Tuhannya hingga fajar terbit. Ia lalu shalat shubuh dengan wudhu yang semalam. Semoga Allah meridhainya.” [Syahida.com]

Sumber :  Kitab IBNUL JAUZI

Share this post

PinIt
scroll to top