Khadijah Binti Khuwailid, Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga (Bagian ke-2): Pernikahan Penuh Berkah

Ilustrasi. (Foto : hackerzone.do.am)

Ilustrasi. (Foto : hackerzone.do.am)

Syahida.com – Semua bangsawan Mekah berharap bisa menikah dengan Khadijah. Khadijah pun mengetahui hal itu. Akan tetapi, ia menolak mereka karena ia berharap bisa menikah dengan Muhammad saw. Ia menceritakan perasaannya itu kepada sahabatnya yang bernama Nufaisah binti Munayyah. Dengan dorongan itu, Nafisah berangkat menemui Nabi saw, dengan membawa satu misi agar Nabi saw, mau menikah dengan Khadijah ra.

Nufaisah bertanya, “Muhammad, mengapa kamu belum menikah?”

Rasulullah menjawab, “Aku tidak punya harta untuk menikah.”

Nufaisah kembali bertanya, “Bagaimana jika ada yang menanggung semua keperluanmu untuk menikah dan ada wanita cantik, kaya, mulia dan mapan yang mau menikah denganmu?”

“Siapakah wanita itu?” tanya Rasulullah

“Khadijah” jawab Nufaisah mantap.

“Bagaimana mungkin?” Rasulullah ragu.

“Aku yang akan mengaturnya,” jawab Nufaisah meyakinkan.



Nufaisah pulang memohon kepada pamannya yang bernama Amru bin Asad untuk menikahkan dirinya dengan Muhammad saw.

Dengan diantar keluarga besar Abdul Muthalib, terutama dua pamannya: Hamzah dan Abu Thalib, Rasulullah saw, pergi ke rumah Khadijah.

Rombongan tamu ini disambut oleh paman Khadijah dan anaknya (saudara sepupu Khadijah) yang bernama Waraqah bin Naufak.

Abu Thalib berdiri mengutarakan maksud kedatangan rombongannya. Kalimat-kalimat yang diungkapkan sangat mengesankan:

“Segala puji bagi Allah yang telah melahirkan kita sebagai anak, keturunan, Ibrahim dan Ismail. Tuhan yang menjadikan kita sebagai penjaga rumah-Nya dan pemelihara tanah suci-Nya; menjadikan untuk kita Baitullah yang terlindungi dan tanah suci yang damai.

Para hadirin, Muhammad keponakanku ini adalah pemuda yang baik, cerdas, terhormat dan istimewa. Tidak satupun dari orang Quraisy yang bisa menandinginya. Kalian juga sudah tahu, siapa keluarga Muhammad. Mas kawin apapun yang kalian inginkan menjadi tanggung jawabku.”

Amru bin Asad menerima pinangan itu dan berkata, “Muhammad adalah pemuda yang sangat istimewa.”

Akhirnya Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah, dengan mas kawin 20 ekor unta. Resepsi dilakukan dengan meriah. Beberapa ekor unta disembelih.

Busairi menyebutkan dalam syairnya mengenai pernikahan ini:

“Di mata Khadijah, Muhammad adalah simbol ketakwaan, kezuhudan, dan rasa malu. Khadijah mendengar bahwa awan dan rindangnya pohon selalu melindungi Muhammad dari teriknya matahari. Khadijah juga mendengar bahwa sebentar lagi Muhammad akan diangkat menjadi Rasul Allah. semua itu mendorong Khadijah menikahi Muhammad. Sungguh indah ketika orang cerdas dapat meraih cita-citanya.”

Saat itu, Khadijah berusia 40 tahun-masa kesempurnaan seorang wanita-dan Muhammad berusia 25 tahun-masa kesempurnaan seorang pemuda.

Khadijah adalah seorang istri yang sangar mencintai suaminya dan seorang ibu yang penyayang dan oendidik bagi anak-anaknya. [Syahida.com]

———————————-

Bersambung….

Sumber : Kitab 20 Sirah Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga, Ahmad Khalil Jum`ah

Share this post

PinIt
scroll to top