Menyembuhkan Hati yang Terluka

Ilustrasi. (Foto : desibucket.com)

Ilustrasi. (Foto : desibucket.com)

Syahida.com – “Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).” (QS. Al Qashash : 10)

Pada juz 20, kita akan membicarakan salah satu ayat kesukaan saya, dari surat Al-Qashash yang  membicarakan tentang Ibunya Nabi Musa Alahis Salaam. Saya pilih ayat ini karena terasa sangat dekat dengan hati saya, karena beberapa alasan dan yang hal terpentingnya adalah setiap manusia pernah mengalami pengalaman yang membuat trauma. Ada yang merasa sakit karena kehilangan orang yang dicintai, karena rasa sakit yang diakibatkan oleh ucapan orang yang kita cintai. Misalnya yang dikatakan orang tua kita atau yang kita katakan pada orang tua kita. Kata yang menyakitkan yang diucapkan anak kita, atau yang diucapkan oleh sepasang suami istri, atau yang diucapkan oleh teman atau karena pengalaman yang membuat trauma seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau yang lebih buruk lagi.

Beberapa orang di dunia hidup dalam keadaan yang memilukan yang tak dapat kita bayangkan penderitaannya. Beberapa anak hidup menderita, yang saya bahkan tak bisa bayangkan bila anak saya yang mengalaminya. Itulah kenyataan yang dihadapi oleh beberapa orang dan ayat yang satu ini, bagi saya, adalah ayat yang sangat memberikan harapan. Karena bila seseorang terluka, bila orang terluka perasaannya, mereka merasa tak akan dapat sembuh dan tak bisa kembali menatap hidup lagi.

Ibunya Nabi Musa dihadapkan dengan ujian yang amat luar biasa berat, ia harus menaruh bayinya di air. Seorang Ibu harus menaruh bayinya di air, itu bukanlah suatu hal yang dapat dibayangkan oleh seorang Ibu. Dia hanya punya dua pilihan, melihat anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang belum teruji anti air lalu ia jatuhkan keranjang ke sungai. Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, ketika ia menaruh bayinya di air sungai, ia lakukan atas ilham, yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena perasaannya tak mampu melakukannya, maka Allah bantu ia melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.’

Karena rasa trauma melepas anaknya pergi mengalir di air sungai dan tidak bisa bersamanya lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, apakah ia akan tenggelam, apakah ia akan tertangkap oleh tentaranya Fir’aun, apakah keranjangnya akan terbalik, ia tak tahu. Hal terburuk mungkin terlintas dipikirannya, hati ibunya Musa menjadi kosong, hatinya menjadi kosong.

Ketika seseorang mendengar kabar buruk, dan yang kamu lakukan adalah melambaikan tanganmu di depan mukanya tapi ia tak berkedip, tak berbicara, cuma bisa diam, perasaannya lumpuh. Itulah kondisi ibunya Musa saat itu. Hampir saja ia buka rahasianya, dia hampir saja berlari dan berteriak “Itu bayi saya, itu bayi saya”, tapi kalau ia berteriak, maka bayinya akan dibunuh lalu Allah berfirman, ‘Seandainya tidak Kami teguhkan hati-Nya, jika tidak Kami ikat hatinya.’ Allah jadikan hatinya yang tadinya bergelora (fuad) dan di ayat yang sama, Allah gunakan kata lain dari ‘fuad’ yakni kata ‘qalb’, lalu Allah jadikan hatinya tenang,  membuatnya kembali ke kondisi normal. Allah katakan, bahwa ia mampu melakukannya.

Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma, dan ia tak bisa pulih. Kenapa tidak bisa? Karena Allah tak melepaskan hatinya, Allah belum melepasnya. Terkadang manusia memang tak memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini, tapi dari ayat ini kita tahu bahwa Allah dapat menyembuhkannya. Kamu mungkin berkata, “Perasaan saya tak bisa untuk memaafkan kamu”, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa jadikan hatimu mampu melakukannya. Kamu mungkin berfikir, “Saya sangat terpukul atas apa yang terjadi, tidak mungkin saya bisa kembali ke kehidupan saya”, tapi keimananmu kepada Allah itu cukup untuk membuatmu kembali kepada hidupmu. “…………….seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).”

Ibu mana yang tidak trauma bila melihat bayinya dihanyutkan di sungai dan tak bisa melihatnya lagi? Bagaimana dia bisa pulih? Tapi Allah berikan kekuatan di hatinya. Tak hanya dia bisa pulih, bahkan ia pun bisa berfikir jernih setelahnya untuk kemudian mengirim saudarinya (mencari tahu Musa). Ia sama sekali tak akan bisa berfikir, jika Allah tak campur tangan. Maka Allah akan turut campur tangan atas kondisi perasaan kita.



Ibunya Musa bukanlah seorang nabi namun ia adalah orang yang beriman. Yang artinya ini kesempatan bagi kita juga. Apapun trauma yang kamu hadapi, ketahuilah, bahwa Allah dapat campur tangan untuk memberi ketenangan dalam fikiran ketenangan dalam hatimu dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pun dapat memberimu kedamaian lagi. Apakah itu kegelisahan, ketakutan, kesedihan ataupun kemarahan. Apapun perasaan atau kejadian yang melukaimu. Allah dapat menghilangkan luka itu sepenuhya.

Saya berdoa agar kamu bisa memintanya kepada Allah, agar dapat menghilangkan luka itu. Dan semoga Allah dapat memberimu kekuatan di hati, sehingga dapat menjadikanmu orang yang benar-benar beriman yang hidup dalam keadaan spiritual dan emosi yang sehat. [Syahida.com]

Oleh : Nouman Ali Khan

Share this post

PinIt
scroll to top