Karakter Dasar Wanita

Ilustrasi. (Foto : message4muslims.org.uk)

Ilustrasi. (Foto : message4muslims.org.uk)

Syahida.com –  Setelah kita mengetahui bersama karakter laki-laki yang cenderung memimpin, mari kita pahami bersama tabiat makhluk lembut yang bernama wanita. Setiap kali saya berusaha mencari kata yang paling cocok untuk mendefinisikan wanita, saat itu juga saya menemukan sabda Rasulullah yang didefinisikan wanita sebagai qawarir (gelas kaca tipis). Betapapun besar dan kekar tubuh kita, namun ketika hendak mengambil atau memindahkan gelas kaca tipis, kita harus bertindak lembut dan hati-hati agar ia tidak pecah.

Wanita sangat menghargai makna cinta, keindahan, dan perasaan. Dia mempunyai tabiat romantis, selalu mencari orang yang bersedia mendengarkannya, hati yang memahami dan menampung perasaannya, serta uluran tangan kelembutan yang melindungi dan memanjakannya. Seorang wanita membutuhkan orang yang pandai memahami daripada orang yang memahamkan. Seorang wanita mendambakan orang yang bersedia mendengarkan daripada memberikan perintah. Seorang wanita menginginkan orang yang memberikan rasa aman ketika memeluknya, bukan orang yang selalu memberikan anjuran dan perintah.

Para suami, Anda harus mengetahui hal ini dengan baik. Anda harus mengerti istri Anda sangat berbeda dengan Anda baik dalam tabiat maupun tingkah laku. Dia juga berbeda dengan Anda dalam gaya berbicara dan cara pandangannya terhadap banyak hal.

Seorang wanita yang bergaul dan berhubungan sosial menghendaki suaminya mendengarkan keluh-kesahnya dan menjadi curahan hatinya. Dia mengharap dukungan psikologis dan keikutsertaan suami secara emosional.

Kriteria suami romantis dalam pandangan istri adalah suami yang memiliki telinga yang bersedia mendengar, tangan yang penuh kelembutan, dan hati yang menampung impiannya.

Kisah ‘Imad dan Maryam berikut ini memperjelas pengertian di atas. Marilah kita simak bersama.

Maryam (marah) : “Aku tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkan direktur di kantor.”

Imad (dengan tenang): “Bagaimana ceritanya?’



Maryam: “Dia selalu mencampuri pekerjaanku. Dia tidak menghormati kemampuan dan keahlianku.”

‘Imad (tanpa memahami): “Aku rasa engkau terlalu memperbesarkan masalah, kita tidak punya waktu untuk membahas hal sepele seperti ini.”

Maryam (kesal dan marah): “Engkau selalu begitu. Tidak bisa memahami dan mengerti aku!”

‘Imad: “Baiklah, kalau begitu jangan ceritakan padaku urusan pekerjaanmu atau meminta pendapatku lagi!”

Lalu keduanya saling membalikkan punggung.

Maryam adalah seorang wanita yang membutuhkan telinga yang bersedia mendengar, hati yang memperhatikan masalahnya, dan tangan lembut yang menggandengnya. Itu saja yang dibutuhkan Maryam, tetapi, ‘Imad malah menyikapinya dengan logika akal, seperti ketika dia bersikap dengan teman-temannya. ‘Imad mengira Maryam sedang meminta nasihat dan jalan keluar dari permasalahannya. Namun bagi Maryam, nasihat adalah hal terakhir yang dia cari.

Pertanyaannya adalah; bagaimana semestinya sikap ‘Imad agar Maryam dapat merasakan dorongan dan dukungannya? Marilah kita simak kisah ‘Imad dan Maryam berikut ini:

Maryam (marah): “Aku tidak tahu apa sebenarnya yang diinginkan direktur di kantor.”

‘Imad (sambil tersenyum): “Tenang sayangku, ada apa?”

Maryam: “Dia selalu mencampuri pekerjaanku. Dia tidak menghormati kemampuan dan keahlianku.”

‘Imad (sambil merangkul Maryam): “Engkau telah berusaha semaksimal mungkin, tidak ada yang dapat membuktikan bahwa engkau teledor. Jangan sampai hal ini menyirnakan senyum manismu yang aku cintai.”

Maryam: “Tapi aku merasa tidak nyaman dengan sikapnya itu.”

‘Imad (penuh kelembutan): “Percayalah padaku, dia satu-satunya orang yang merugi. Di mana dia akan menemukan orang sepertimu yang tulus dan sungguh-sungguh. Sayang, tidak ada yang dapat membuatmu sedih. Ayo, mana senyuman manismu?”

Maryam (tersenyum): “Baiklah sayangku.”

Perbedaan dua kisah tersebut tidak hanya dalam kata-kata romantis yang digunakan dalam dialog kedua, namun lebih dari itu.

Dalam kisah kedua, melalui pemahaman terhadap kondisi psikologis istrinya, ‘Imad mengerti Maryam membutuhkan seseorang yang sudi menampung kejengkelannya, mendengarkan, dan memeluknya. Secara umum, manusia merasa bahagia jika ada orang lain yang dapat memahami perasaannya. Apalagi jika orang tersebut tinggal seatap, pasangan hidup, dan orang yang paling dekat dengannya.

Ketahuilah para suami, seorang istri pada umumnya hanya ingin mencurahkan perasaan hatinya. Salah besar jika ia justru memotong penuturan istri, meski dengan niat ingin memberikan bantuan dan solusi yang sebenarnya tidak ia butuhkan.

Dari sini, kita tahu ada 2 kesalahan yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga:

1. Istri berusaha merubah tingkah laku suami. Jika suami melakukan kesalahan, istri justru mengkritik dan menasihati tanpa diminta.

2. Suami berusaha merubah perasaan sang istri, ketika sedang marah atau emosi. [Syahida.com]

Sumber : Kitab Teruntuk Sepasang Kekasih, Karim Asy-Sadzili  

Share this post

PinIt
scroll to top