Berbagai Bentuk Perbuatan Durhaka Kepada Orangtua (Bagian-1)

Ilustrasi. (Foto : alifghotika.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto : alifghotika.blogspot.com)

Syahida.com – Ada berbagai bentuk perbuatan durhaka kepada orangtua, di antaranya;

  1. Perbuatan yang menyebabkan tangis dan duka orangtua baik berupa ucapan atau pun perbuatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  2. Menghardik atau membentak orangtua dengan nada keras dan menyakitkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra [17]: 23)
  3. Mengucapkan kata “ah” dan tidak tulus menerima perintah orangtua. Inilah perangai yang harus ditinggalkan sebagaimana diajarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an. Terkadang seorang anak menimpali perintah orangtua dengan kata-kata “ah”, meski akhirnya ia menaati perintah tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’.” (QS. Al-Isra [17]: 23)
  4. Bermuka masam di hadapan orangtua. Banyak anak menampakkan muka berseri, murah senyum, berlaku baik, dan berbicara manis ketika ia berada di hadapan orang lain. Akan tetapi, ketika ia tiba di rumah dan duduk bersama orangtuanya, perilakunya amat jauh berbeda. Sikap manis dan lapang dadanya berubah menjadi keras dan kasar, persis ungkapan syair,

Ada orang yang menyambung persaudaraan dengan yang jauh

Namun ia menyakiti kerabat terdekat.

  1. Menatap orangtua dengan pandangan merendahkan, yaitu memandang orangtua dengan pandangan murka atau pandangan menghinakan.
  2. Menyuruh orangtua. Seperti anak yang menyuruh ibunya untuk menyapu, mencuci pakaian, atau menyiapkan makanan. Perlakuan ini amat tidak layak, apalagi bila sang ibu telah lanjut usia atau dalam kondisi sakit. Berbeda bila ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan sukarela, atas inisiatif sendiri dan dalam keadaan segar bugar, maka hal itu tidak mengapa. Dengan catatan, si anak harus berterimakasih dan diiringi doa untuk sang ibu.
  3. Mencaci masakan yang disiapkan oleh ibu. Dalam perbuatan ini terdapat dua unsur larangan. Pertama, meremehkan makanan, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah sekalipun mencaci makanan. Jika beliau ingin, maka ia makan. Jika tidak ingin, beliau tidak memakannya. Kedua, perbuatan tersebut mencerminkan sikap kurang ajar dan membuat sedih sang ibu.
  4. Enggan membantu pekerjaan orangtua. Termasuk di dalamnya adalah membersihkan rumah, menata perabotan, memasak dan sebagainya. Sayang, sebagian anak laki-laki menganggap pekerjaan di atas merupakan tindakan merampas haknya dan merendahkan harkatnya sebagai laki-laki, dan sebagian anak perempuan merasa berat dan terbebani dengan tugas-tugas di rumah. Bahkan, tidak sedikit anak perempuan menghabiskan waktunya dengan asyik ngobrol bersama temannya lewat telepon. Ia tidak memedulikan ibunya yang sedang sibuk menyelesaikan pekerjaan.
  5. Memalingkan muka ketika orangtua berbicara. Termasuk di dalamnya adalah tidak memperhatikan saat orangtua berbicara, atau memotong pembicaraan orangtua, menganggap bohong pembicaraan orangtua, menentang pembicaraan orangtua, atau mendebat pembicaraan orangtua. Jelas, perbuatan ini amat merendahkan kedudukan orangtua dan membuat perasaan orangtua terhina.
  6. Kurang menghargai pendapat orangtua. Sebagian orang ada yang tidak pernah meminta saran orangtua, tidak pernah meminta izin orangtua saat hendak melangsungkan pernikahan, menceraikan istri, atau ketika ia hendak meninggalkan rumah atau hendak bepergian bersama kawan ke tempat tertentu dan sebagainya.
  7. Tidak meminta izin ketika hendak menemui orangtua. Tindakan ini berlawanan dengan etika terhadap orangtua. Karena, barangkali pada saat masuk ke kamar orangtua, mereka sedang dalam keadaan yang tidak pantas untuk dilihat siapa pun.
  8. Sengaja membuat masalah di hadapan orangtua, baik berupa percekcokan dengan saudara, istri, atau anak. Ada sebagian orang yang merasa puas ketika memaki anggota keluarga di hadapan orangtua. Tidak diragukan lagi, perbuatan ini dapat menimbulkan rasa cemas dan mengusik ketenangan ibu-bapak.
  9. Memaki orangtua, menceritakan keburukan, dan membuka aib orangtua di hadapan orang. Sebagian orang, ketika menemui kegagalan dalam studi, misalnya, ia akan mencela orangtuanya atas kegagalannya dengan mengatakan bahwa orangtuanya telah membuat dirinya terlantar, tidak memberikan pendidikan yang layak dan telah merusak hidupnya, menghancurkan masa depannya dan caci maki lainnya yang ditujukan kepada orangtua.
  10. Memaki dan melaknat orangtua, baik secara langsung maupun tidak. Misalnya seorang anak yang memaki ayah atau ibu seseorang, sehingga orang tersebut membalas dengan memaki ayah atau ibu orang yang memakinya. ‘Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Memaki kedua orangtua termasuk dosa besar.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang memaki kedua orangtuanya?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “Seseorang memaki ayah orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya. Kemudian dia memaki ibu orang lain, lalu orang lain itu pun memaki ibunya.”
  11. Mendatangkan kemungkaran ke dalam rumah, seperti membawa alat-alat permainan yang bisa merusak lingkungan di rumah atau sesuatu yang bisa merusak jiwa yang bersangkutan. Karena, seringkali kerusakan moral satu orang menular pada saudaranya dan seluruh anggota keluarga secara umum. Semua itu akan berdampak pada penderitaan orangtua disebabkan perbuatan amoral anak-anaknya dan goyahnya keharmonisan keluarga.
  12. Melakukan perbuatan mungkar di hadapan orangtua, seperti merokok, mendengarkan alat-alat musik, sengaja tidur untuk meninggalkan shalat dan enggan bangun saat orangtua mengingatkan. Termasuk pula dalam hal ini adalah mengajak teman yang berpengarai buruk ke rumah. Semua itu menunjukkan tidak adanya rasa malu kepada orangtua.
  13. Mencemarkan nama baik orangtua, yaitu dengan cara melakukan perbuatan nista yang mencemarkan harga diri, memperburuk citra pribadi, bahkan terkadang dapat menjerumuskan dia ke penjara atau akibat lain yang memalukan. Tidak diragukan, perbuatan tersebut termasuk dalam kategori durhaka kepada orangtua, sebab perbuatan-perbuatan tersebut membuat orangtua sedih, khawatir, cemas dan malu.
  14. Membawa orangtua dalam suatu masalah. Misalnya anak berhutang kepada orang lain, tetapi tidak melunasinya, atau anak berbuat kurang ajar di sekolah, sehingga dalam situasi tersebut pihak berwenang terpaksa memanggil orangtua.
  15. Meninggalkan rumah selama berhari-hari tanpa memberitahu orangtua. Sebab perbuatan seperti itu dapat mencemaskan orangtua dan membuat mereka khawatir akan keselamatan anak. Selain itu, terkadang orangtua membutuhkan pelayanan. Jika anaknya tidak di rumah, tentu di kala membutuhkan, mereka tidak mendapati orang yang bisa melayani.
  16. Membebani orangtua dengan berbagai tuntutan. Tidak sedikit anak yang membebani orangtua dengan banyaknya tuntutan, tanpa menyadari dengan banyaknya tuntutan, tanpa menyadari bahwa orangtuanya tidak memiliki cukup kemampuan. Kendati demikian, si anak bersitegang meminta orangtua, misalnya, untuk membeli mobil, menikahkannya, menyediakan tempat tinggal baru, atau meminta uang yang banyak untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
  17. Lebih mengutamakan istri daripada orangtua. Sebagian orang lebih menuruti perintah istri daripada perintah orangtua atau mendahulukan kebutuhan istri daripada memenuhi kebutuhan orangtua. Andai saja si istri memintanya untuk mengusir orangtua dari rumah, niscaya ia akan menurutinya. Kita sering melihat sebagian anak menampakkan rasa sayangnya pada istri secara berlebihan di hadapan orangtua. Pada saat yang sama, ia bersikap kasar kepada orangtua dan tidak menjaga hak-hak mereka. Persoalan ini akan dikupas lebih mendalam pada beberapa halaman selanjutnya.

Bersambung….

Sumber: Kitab Keramat Hidup : Orang Tua, Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani 

Share this post

PinIt
scroll to top