Arwah Orang-Orang Mukmin dan Para Syuhada

Ilustrasi. (Foto : wallpapercave.com)

Ilustrasi. (Foto : wallpapercave.com)

Syahida.com – Telah menjadi suatu ketetapan dalam agama kita bahwa arwah orang-orang yang beriman dan para syuhada bertempat di surga. Imam Ahmad berkata, “Arwah orang-orang kafir berada di neraka dan arwah orang-orang mukmin berada di surga. Adapun badan manusia berada di dunia, Allah mengadzab siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi rahmat dengan pengampunan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.” Agar tidak menimbulkan persepsi yang salah, saya jelaskan bahwa yang dimaksud badan di dunia adalah di alam kubur setelah mati, sementara roh berada di surga dan neraka.

Kemudian Abdullah bin Ahmad berkata, “Bapakku pernah bertanya tentang arwah orang yang telah meninggal dunia, apakah ia akan tetap dalam kuburnya atau berada di kerongkongan burung, atau apakah ia juga mati sebelum ia bersatu dengan badan manusia. Jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan ini adalah sebuah riwayat dari Nabi SAW, beliau bersabda,

“Jika seorang mukmin meninggal dunia, maka rohnya terbang bergelantungan di pohon-pohon surga sampai ia kembali kepada jasadnya pada hari Allah membangkitkannya.”

Telah diriwayatkan pula oleh Abdullah bin Amru, ia berkata, “Arwah orang-orang yang beriman berada di tenggorokan burung khudr seperti Az-Zaraazir (burung tiung), mereka saling berkenalan dan dikaruniai rezeki dari buah-buahan surga. Abdullah mengatakan adanya sebagian orang yang berpendapat bahwa arwah para syuhada itu berada di tenggorokan-tenggorokan burung kudhr, mereka terbang menuju kendil-kendil dalam surga yang bergantung pada Arsy Allah.

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran 93) : 169)

Lalu ia berkata, “Untuk pertanyaan kamu itu saya juga pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya arwah mereka berada di dalam tenggorokan burung kudhr, mereka berada di kendil yang tergantung di Arsy, mereka bebas beterbangan di surga semaunya, kemudian terbang lagi menuju ke kendil itu, lalu secara tiba-tiba Allah muncul di hadapan mereka dan berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu?” lalu mereka menjawab, ‘Apalagi yang kami inginkan, sedangkan kami di surga ini telah mendapatkan ketenteraman dan segala sesuatu sekehendak kami.’”

Pertanyaan yang sama difirmankan Allah hingga tiga kali, namun tetap saja mereka tidak mau untuk meminta sesuatupun. Kemudian mereka berkata, “Ya Rabb, kami ingin arwah kami dikembalikan ke jasad kami hingga kami bisa berperang di jalan-Mu lagi.” Lalu ketika Dia melihat bahwa mereka tidak lagi mempunyai keperluan, maka Dia pun meninggalkannya.”

Allah juga berfirman dalam Al Qur’an,



Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. Al Fajr (89) : 27-28)

Kemudian Allah memerintahkannya agar kembali kepada-Nya, masuk kepada golongan hamba-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya. Jika demikian maka hal itu akan menjadi bukti bahwa Dia adalah Maha memelihara. Kami memahami bahwa Jiwa yang tersebut dalam ayat di atas adalah roh yang berada dalam genggaman Allah yang telah dicabut. Bisa jadi hal itu adalah macam dari roh itu sendiri, sebab ada juga hadits shahih yang mendasari hal ini, yaitu ketika kebanyakan sahabat tertidur tidak melakukan shalat fajar sebab mereka dalam perjalanan, lalu beliau bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengenggam arwah kita sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya sekehendak-Nya,” namun dalam satu riwayat di katakan, “Sesungguhnya Allah mengenggam jiwa kita seperti yang Dia kehendaki.”

Allah berfirman dalam Al Qur’an,

“Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya.” (QS. Az Zumar (39): 42)

Adapun sesuatu yang tercabut dari orang yang telah meninggal dunia adalah roh, sebagaimana tersebut dalam Shahih Muslim dari Ummi Salamah, ia berkata, “Rasulullah pernah bertakziah kepada Abu Salamah, – pada saat ia sedang dalam keadaan matanya yang terbuka -, kemudian beliau menutup matanya dan bersabda,

Manaka roh dicabut, maka mata akan mengikutinya.”

Maka beteriak histerislah seluruh keluarganya, lalu Rasulullah bersabda lagi, “Janganlah kalian berdoa untuk diri kali sendiri kecuali kebaikan, sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian katakan.”

Lebih lanjut beliau bersabda, “Ya Allah berilah ampunan kepada Abu Salamah dan angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang mendapat petunjuk, dan ampunilah kami dan dia wahai Engkau yang menjadi pemelihara alam semesta. Luaskanlah kuburnya dan terangilah di dalamnya.”

Diriwayatkan pula oleh imam Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian sesungguhnya manusia jika meninggal dunia, maka matanya akan mengikuti keluarnya roh.” Kemudian mereka menjawab, “Ya”, Rasulullah bersabda, “Demikian juga ketika matanya mengikuti  jiwanya.”

Dalam beberapa kesempatan terkadang Rasulullah menyebut dengan menggunakan kata roh, namun di lain kesempatan beliau SAW menggunakan kata jiwa.

Diriwayatkan pula oleh Ahmad bin Hanbal, dari Syadad bin Aus, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian melayat –saudara kalian- yang meninggal dunia, maka pejamkanlah matanya, sebab mata –menjadi terbuka- karena mengikuti –keluarnya- roh, dan katakanlah yang baik, sebab ia mengamini apa yang dikatakan oleh orang yang serumah dengannya.’” 1

Inilah apa yang dijelaskan oleh Imam Ahmad bin Taimiyah yang terangkum dalam bab “Yang Tersembunyi” sebab banyak orang yang tidak mengerti tentang roh dan banyak orang pula yang tidak mau mengerti tentang hal ini, sehingga pantas jika dikatakan bahwa orang tersebut adalah bodoh.

Dari penjelasan Syaikh Islam itu dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang terpenting hati dan akan kepala bisa memahami apa yang telah saya sampaikan, yaitu bahwa roh benar-benar urusan Allah, ia berada pada suatu alam yang kita tidak dapat menjangkaunya dan memberikan kejelasan tentang hakikatnya, alam yang dimaksud adalah alam pembalasan dan penghitungan, dimana semua manusia tidak bisa turut campur dalam masalah ini kecuali Dia yang Maha Kuasa. [Syahida.com]

=======

1 Inilah pendapat yang diyakini oleh Al Imam Ahmad bin Taimiyah dalam kitabnya, Al Fatwa Al Kubra, 4/222-226 dalam pembahasan tentang I’tiqad. Dalam buku tersebut ada penjelasan tentang ruh; baik ketika dalam keadaan tidur atau ketika seseorang telah meninggal dunia. Terhadap permasalahan ini Al Imam telah membahasnya secara global dan terperinci yang didasarkan pada hadits dan nash lain, hal ini agar kita dapat mengerti kedudukannya, baik di dunia maupun di akhirat.

===========

 

Sumber :  Buku Menghadirkan Roh, Muhammad Abduh Maghwiri, Penerbit Cendekia

Share this post

PinIt
scroll to top