Kisah Nabi Yusuf (Bagian Ke-9) : Raja Membutuhkan Seorang Ahli Tafsir Mimpi

Syahida.com –  

وَقَالَ الْمَلِكُ إِنِّي أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ ۖ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي رُؤْيَايَ إِن كُنتُمْ لِلرُّؤْيَا تَعْبُرُونَ

قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ ۖ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الْأَحْلَامِ بِعَالِمِينَ

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُم بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ

يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِي سَبْعِ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ لَّعَلِّي أَرْجِعُ إِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ

قَالَ تَزْرَعُونَ سَبْعَ سِنِينَ دَأَبًا فَمَا حَصَدتُّمْ فَذَرُوهُ فِي سُنبُلِهِ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تَأْكُلُونَ

ثُمَّ يَأْتِي مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّا تُحْصِنُونَ

ثُمَّ يَأْتِي مِن بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌ فِيهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ



“Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), ‘Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkal (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.’ Mereka menjawab,(itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kita tidak mampu menakwilkan mimpi itu.’

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).’ ‘Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betona) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.’

Dia (Yusuf) berkata, ‘Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk makan. Kemudian sete;ah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)’.” (Yusuf: 43-49).

Ilustrasi. (Foto : dalocollis.com)

Ilustrasi. (Foto : dalocollis.com)

Kisah ini merupakan satu di antara serangkaian sebab yang mengeluarkan Yusuf dari penjara secara mulia dan terhormat. Suatu ketika, raja Mesir, Rayyan bin Walid bin Tsarwan nin Arasyah nin Faran bin Amr bin Amlaq bin Lawudz bin Sam bin Nuh, memimpikan hal di atas.

Ahli kitab menuturkan bahwa raja bermimpi seakan-akan berada di tepi sungai, seakan-akan dari sungai itu keluar sembilan sapi betina gemuk. Kerbau-kerbau ini kemudian makan rerumputan yang ada di sana, setelah itu ada tujuh sapi betina kurus muncul dari sungai itu, lalu ikut memakan rerumputan bersama tujuh sapi betina gemuk, kemudian sapi-sapi kurus itu menghampiri sapi-sapi gemuk lalu memakan semuanya. Raja bangun dari tidurnya dalam kondisi ketakutan. Setelah itu raja tidur lagi. Ia bermimpi ada tujuh tangkai gandum dalam satu ruas, lalu ada tujuh tangkai lainnya yang kurus dan kering, tangkai-tangkai kering ini kemudian memakan tujuh tangkai yang penuh berisi biji gandum. Raja kembali bangun dengan ketakutan.

Setelah ia ceritakan mimpi itu kepada para pemuka kaumnya, juga kepada kaumnya. Tak seorang pun di antara mereka yang bisa menakwilkan mimpi itu. Mereka justru mengatakan, “(Itu) mimpi-mimpi yang kosong,” yaitu hanya sekedar bunga tidur saja, mungkin tidak ada takwilnya. Selain itu, kami pun tidak memiliki pengalaman tentang takwil mimpi. Untuk itu mereka mengatakan. “Dan kami tidak mampu menakwilkan mimpi itu.”

Saat itulah pemuda yang selamat, yang pernah dipesani Yusuf untuk menyampaikan kisah tentangnya kepada tuannya lalu terlupa, sontak teringat. Ini adalah bagian dari takdir Allah, dan Ia memiliki hikmah di baliknya. Saat ia mendengar mimpi raja, dan ia melihat tidak ada orang yang bisa menakwilkan mimpi itu, ia baru teringat Yusuf dan teringat pesan Yusuf untuk sang raja.

Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan berkatalah orang yang selamat antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya,”

Aku lupa, padahal sebelumnya aku tidak pernah melupakan suatu kata-kata pun

Seperti itulah waktu, ia mengabaikan akal

Si pemuda itu kemudian berkata kepada kaumnya dan juga sang raja, “Aku akan memberitahu kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu. maka utuslah aku (kepadanya),” yaitu utuslah aku untuk menemui Yusuf. Ia kemudian menemui Yusuf dan berkata padanya, “Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahu.”

Yusuf Menafsirkan Mimpi Raja

Menurut versi Ahli Kitab, setelah pelayan yang biasa memberi minum raja mengatakan seperti itu, raja kemudian memanggil Yusuf. Setelah Yusuf datang, raja menceritakan mimpinya itu lalu ditakwilkan Yusuf. Ini keliru.

Yusuf kemudian mencurahkan segala ilmu yang ia miliki tanpa ia tunda-tunda lagi, tanpa syarat apa pun, juga tidak meminta agar segera dikeluarkan dari penjara. Yusuf segera menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan menakwilkan mimpi yang dialami raja. Yusuf memberitahukan akan terjadi masa subur selama tujuh tahun, kemudian disusul masa kemarau hebat selama tujuh tahun. “Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup),” yaitu hujan turun kepada mereka, tanah kembali subur, dan hidup kembali makmur, “Dan pada masa itu mereka memeras (anggur),” yaitu apa pun yang mereka peras dari tebu, anggur, zaitun, dan lainnya.

Yusuf kemudian menakwilkan mimpi itu dan menuntun mereka menuju kebaikan. Yusuf menjelaskan apa yang harus mereka kerjakan dalam kedua kondisi tersebut; saat masa subur dan masa kemarau. Mereka harus menyimpan biji-bijian tetap berada di tangkainya selama masa subur pada tujuh tahun pertama, selain untuk keperluan makan. Selanjutnya pada masa tujuh berikutnya, jangan menanam biji terlalu banyak, karena besar kemungkinan biji-biji yang ditanam tidak akan tumbuh. Ini menunjukkan ilmu, pandangan, dan pemahaman Yusuf yang sempurna. [Syahida.com]

===========

Bersambung……

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq

Share this post

PinIt
scroll to top