Istriku, Jangan Sampai Kau Tertipu dengan Harta, Kecantikan, Kedudukan, dan Keturunan yang Kaumiliki

Ilustrasi. (Foto: an-nafisah.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto: an-nafisah.blogspot.com)

Syahida.com – Kaum perempuan selalu memiliki tendensi untuk membanggakan diri sendiri. Dia selalu berusaha untuk menunjukkan kepada orang yang ada di sekelilingnya bahwa dia berasal dari kalangan elite dan dia memiliki level yang sangat tinggi.

Jika dia seorang yang kaya, dia terus menghitung harta dan barang yang dia miliki, harta yang akan dia miliki, harta yang akan datang kepadanya, dan yang akan turun kepadanya di masa yang akan datang.

Dia juga selalu menunjukkan kepada orang-orang bahwa dia berasal dari kalangan dan keturunan yang elite. Jika bapaknya masih hidup, lidahnya tidak pernah berhenti menyebutkan berbagai harta, barang-barang, harta benda, tanah dan hewan ternak yang dimiliki bapaknya.

Jika dia memiliki nasab dan kedudukan yang tinggi, pembicaraannya akan dipenuhi dengan segala sesuatu yang dapat menunjukkan asal-usulnya yang elite ini dengan adanya alasan ataupun tanpa adanya alasan. Dengan tanpa merasa bosan memamerkan dan menyebutkan harta yang dia miliki.

Perbuatannya ini akan semakin menjadi-jadi ketika dia berkumpul dengan perempuan lainnya. Ketika mereka tengah berada di suatu tempat perkumpulan yang dipenuhi dengan berbagai kisah dan cerita yang intinya bertujuan membangga-banggakan keluarga, kedudukan dan keturunan. Hal ini mereka sebutkan di sela-sela pembicaraan, dengan beralasan ataupun tanpa alasan agar dia dapat menunjukkan keelitan asal-usul, kedudukan dan nasabnya. Yang membuat dirinya mengangkat kepalanya dengan tinggi.

Sementara itu, teman-temannya, para sahabat, para tetangga, serta semua perempuan lain yang ada di sekitarnya, tidak pernah merasa bosan dan lelah terhadap pembicaraan ini. Hal itu disebabkan oleh berikut ini.

Pertama, sesungguhnya perempuan suka mencela dan menghina. Mereka memiliki tendensi untuk membuat iri perempuan yang lain dengan alasan ketenaran, rasa cemburu, iri dan dengki. Dia juga senang membicarakan apa yang dia rasakan di dalam hatinya, akibat tendensi suka tampil dan merasa lebih tinggi dibandingkan perempuan lain yang ada di sekelilingnya. Betapa pun tingginya posisi dan kedudukan yang telah dicapai oleh suaminya, suaminya tersebut sebenarnya tidak layak untuk dirinya.

Kedua, sesungguhnya perempuan berdasarkan tabiatnya cerewet dan suka berbicara. Dia ingin memiliki trotoar pembicaraan dari setiap sisi. Hal ini membuatnya terpancing untuk memenuhi tempat perkumpulannya dengan pembicaraan yang dia sukai dan yang dekat kepada diri dan hatinya, yaitu pembicaraan tentang dirinya sendiri.



Dia juga tidak merasa bosan untuk berbicara tentang orang lain dengan tujuan untuk merendahkan dan meremehkan orang lain, yang tercermin dari pembicaraannya yang tinggi tentang kondisi diri dan posisinya.
Dalam obrolannya tersebut juga ditambahkan sikap kebanggaan dan kesombongan. Bagaimana dia dapat merendahkan posisi orang lain jika dia tidak angkat tinggi posisi dirinya sendiri dan dia letakkan di tempat yang terpuji meskipun pembicaraan ini hanya berupa obrolan yang kosong?

Ketiga, tendensinya yang terus-menerus untuk mengingatkan orang lain yang berada di sekitarnya bahwa dia memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Menikmati apa yang tidak dinikmati oleh orang lain, yang berupa berbagai hal yang dicari oleh kaum perempuan dan diinginkan oleh kaum laki-laki yang merupakan fokus dan pokok kehidupannya, serta yang memang selalu dia cari-cari.

Kalau begitu, mengapa dia tidak ungkapkan semua kekayaan, potensi, dan harta yang dia punyai dan dia miliki? Agar semua hal yang dia miliki ini menjadi tanda bagi keunikan, keistimewaan, serta kelayakannya untuk memperoleh apa yang tidak diperoleh teman-temannya dan orang-orang yang dalam pandangannya berada di bawahnya.

Kesombongan dan kebanggaan ini dapat semakin bertambah ketika dia merasa ada sesuatu yang melanggar harga dirinya dan merendahkan kemampuan serta posisinya. Dalam kondisi yang seperti ini, dia bisa saja mengambil sesuatu yang dia inginkan dari orang yang membuatnya kecewa tersebut. Dalam lubuk hatinya, dia merasa yakin bahwa itu adalah haknya, bukan hak orang lain.

Dalam dirinya, dia juga merasakan pertempuran antara dia dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya, demi mendapatkan kemenangan untuk memperoleh laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Rasa bangga yang ada di dalam dirinya meluap untuk mendukung apa yang dia klaim. Dari dalam dirinya meledak kawah kebanggaan, kesombongan, dan sifat ketakaburan tanpa mau memandang kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Tanpa mau peduli dengan apa yang mereka katakan dan ucapkan.

Jika seperti ini tabiat dan kondisi kaum perempuan, kita juga harus memaparkan kondisi dan tabiat kaum laki-laki. Laki-laki selalu tidak menyukai sifat kesombongan. Dia juga tidak suka jika ada temannya dan orang yang berada di sekitarnya berlaku sombong kepadanya. Apakah laki-laki rela jika ada seorang perempuan yang bersifat sombong kepadanya? Meskipun perempuan ini adalah istrinya yang hidup berdekatan dengannya. Yang selalu dia lihat di hadapannya di setiap waktu. Yang ketika dia hidup di sisinya, dia berikan perasaan tenang dan aman kepadanya, serta dia embuskan kepadanya perasaan nyaman dan tenteram?

Tentu saja tidak. Mengapa? Karena apabila ini terjadi, perempuan ini menjadikan suaminya menelan perasaan rendah, lemah dan hina di dalam dirinya. Dia tunjukkan kelebihannya dibandingkan suaminya. Apakah dengan kondisi yang seperti ini neraca kehidupan dapat berdiri dengan lurus? Apakah hubungan pernikahan dapat terus berlangsung dalam kondisi yang seperti ini?

Aku yakin, meskipun hubungan ini terus berlanjut, tidak akan mampu bertahan lama dan tidak akan ditakdirkan untuk mendapatkan kesuksesan dan keberhasilan. Sesungguhnya, termasuk di antara penunjang bagi keberlangsungan kehidupan pernikahan adalah keseimbangan dan sikap yang moderat. Bukannya sikap yang menyimpang, menyeleweng dan berpaling dari sikap yang moderat dan pertengahan. Manusia yang terbuat dari tanah liat ini sempat lupa bahwa dia terbuat dari tanah liat yang hina yang suatu saat akan hancur dan kembali ke asalnya.

Ini adalah tabiat manusia yang selalu melupakan dirinya, melupakan asal usulnya, dan tempat pertumbuhannya yang berupa tanah liat dan debu. Dia berjalan di atas debu dan pada akhir kehidupannya juga akan kembali menjadi debu.

Wahai istriku, berusahalah untuk mengendalikan tabiatmu dan mempersantun gaya bicaramu. Jangan sampai kau jadikan sikap membanggakan diri, sikap sombong dan selalu mengungkapkan apa yang kaupunyai dan kaumiliki menjadi pusat pembicaraan dan perhatianmu.

Sesungguhnya, hubungan yang paling mulia dan paling baik adalah hubungan dan ikatan suami istri. Sesungguhnya perkara yang paling membuat indah dan mengangkat hubungan ini, serta menjadikannya taman yang dihiasi rasa sayang, cinta, pemahaman dan keselarasan adalah terhindarnya suami istri dari sikap saling membanggakan dan menyombongkan diri di antara keduanya, juga menghilangkan perasaan tinggi dan berlebih-lebihan. Juga, menghiasi dirinya dengan berbagai faktor yang membanggakan yang suatu saat pasti akan hilang dan musnah.

Yang paling baik bagi seorang istri adalah menjaga suami dan mengambil hatinya di dalam rumahnya dan dalam kerajaannya. Jangan sampai dia bangga-banggakan dirinya dengan harta, kecantikan, kedudukan, nasab, kehormatan, dan kekuasaannya.

Sesungguhnya, segala sesuatu ini tidak berguna dan tidak diperlukan oleh suami yang mengetahui dan menjaga hak istrinya. Suami yang juga menghormati keberadaaan, pendapat, diri dan kemanusiaannya.

Sesungguhnya jika suami hilang, tidak dapat dikembalikan dengan harta, kedudukan, kekuasaan, atau jabatan. Jika memang dia memiliki harga diri, akhlak, akal, agama dan kebaikan.

Kita tutup dengan hadits Rasulullah SAW,

“Tiga perkara yang termasuk sifat jahiliyah adalah kebanggaan dengan kedudukan, mencela nasab, dan meraungi kematian.” (HR. Muslim). [Syahida.com/ANW]

Sumber: Kitab Istriku Dengarlah Aku Bertutur, Asy-Syawadifi al-Baz. Penerbit; Gema Insani

Share this post

PinIt
scroll to top