Rasulullah SAW Memerintahkan Kaum Muslimin Untuk Memperhatikan Penampilan

Syahida.com – Pada suatu hari, Abu Hanifah sedang duduk mengajar muridnya di masjid. Dia merasakan sedikit kesakitan pada lututnya, sehingga dia duduk berselonjor dalam majelis, sambil bersender pada tembok.

Ilustrasi. (Foto: spicaku.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto: spicaku.blogspot.com)

Tiba-tiba, datanglah seorang pria berpakaian bagus, bersorban rapi, serta berpenampilan penuh wibawa. Dia tampak terhormat sekali dalam berjalan dan anggun dalam melangkah. Para murid langsung memberinya tempat sehingga dia bisa duduk tepat di samping Abu Hanifah.

Melihat penampilan, kewibawaan, dan kerapiannya, Abu Hanifah merasa malu sendiri akan caranya duduk. Maka dia langsung duduk bersila, sambil menahan rasa sakit, demi untuk menghormati pria tersebut.

Abu Hanifah terus melanjutkan pelajarannya, sementara orang ini mendengarkan, hingga akhirnya selesailah pelajaran tersebut. Mulailah murid-muridnya mengajukan beberapa pertanyaan. Lantas pria necis ini mengangkat tangannya pula untuk bertanya.

Abu Hanifah menoleh kepadanya dan bertanya, “Apa pertanyaan Anda?”

Dia bertanya, “Wahai Syaikh, kapankah waktu untuk melaksanakan shalat Maghrib?”

Abu Hanifah menjawab heran, “Jika matahari telah terbenam!”

Dia bertanya lagi, “Apabila malam telah tiba tapi matahari belum terbenam, apa yang harus kita lakukan?”



Abu Hanifah pun berkata, “Tibalah waktunya bagi Abu Hanifah untuk berselonjor lagi.” Dia pun kembali meluruskan kakinya.

Abu Hanifah diam saja, tidak mau meladeni pertanyaan yang nyeleneh tersebut! Sebab, bagaimana mungkin akan tiba malam jika matahari belum terbenam?

Kata orang, pandangan pertama orang lain kepada diri Anda akan menimbulkan citra dalam benaknya tentang diri Anda sebesar 70%.

Sepertinya, jika mereka lebih memperhatikan maka tidak menutup kemungkinan pandangan pertama itu akan mencitrakan lebih dari 95% tentang diri Anda.

Ketika Anda mulai berbicara, atau mulai memperkenalkan diri, barulah citra itu akan bertambah ataupun berkurang.

Jika Anda berjalan di lorong rumah sakit atau sebuah kantor, sementara di samping Anda ada seseorang berpenampilan rapi dan berjalan dengan penuh wibawa, begitu sampai di pintu lift -tanpa disadari- Anda akan melirik kepadanya dan berkata, “Silakan, Anda lebih dulu!”

Jika Anda menaiki mobil salah seorang teman, lalu isinya terlihat tidak karuan. Di sana terlihat lap sepatu, di sini ada bungkus makanan, tisue bekas, keset yang berserakan dan lain-lain. Pastilah langsung tercitra dalam benak Anda bahwa dia adalah seorang pemalas dan tidak peduli akan kerapian. Begitu pula dengan pakaian yang dikenakan orang, serta penampilannya secara umum. Yang saya maksudkan di sini adalah perhatian terhadap penampilan, bukannya bermewah-mewahan dalam pakaian, kendaraan, perabot rumah tangga, dan lainnya.

Rasulullah SAW sangat perhatian sekali terhadap hal yang satu ini. Beliau memiliki jubah khusus yang hanya dipakai pada hari raya dan hari Jumat saja. Beliau pun memiliki jubah khusus untuk dipakai menerima tamu utusan. Beliau sangat perhatian sekali terhadap penampilan serta aroma tubuh. Beliau sangat suka sekali pada minyak wangi.

Anas r.a bercerita, “Kulit Rasulullah SAW, putih bersinar, keringatnya bagaikan butiran permata. Jika berjalan cukup sigap. Aku tidak pernah menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah SAW. Aku tidak pula pernah mencium minyak wangi ataupun kesturi yang lebih harum dari aroma tubuh Rasulullah SAW. Tangan beliau selalu wangi, seolah-olah baru saja diangkat dari bejana berisi minyak wangi. Kedatangan beliau bisa diketahui dari aroma minyak wanginya.”

Anas r.a juga menuturkan, “Rasulullah SAW tidak pernah menolak minyak wangi. Beliau adalah seorang yang paling indah wajahnya. Wajah beliau bercahaya bagaikan mentari. Ketika sedang berbahagia, wajahnya akan bersinar terang, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa wajahnya adalah sepenggalan bulan.”

Jabir ibn Samurah bercerita, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW pada malam terang bulan, sehingga membuatku melihat Rasulullah SAW dan juga bulan purnama. Ketika itu beliau memakai jubah berwarna merah. Menurutku, beliau jauh lebih elok daripada rembulan itu.”

Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk memperhatikan penampilan.

Diriwayatkan oleh Abu Ahwash bahwa ayahnya r.a berkata, “Saya menghampiri Rasulullah SAW dengan mengenakan baju usang. Lantas bertanyalah beliau, ‘Apakah kamu memiliki harta?

Aku menjawab, ‘Punya.’

Rasulullah SAW bertanya lagi, ‘Harta apa?’

Aku menjawab, ‘Unta, sapi, kambing, kuda, dan hamba sahaya.’

Bersabdalah beliau, ‘Jika Allah telah melimpahkan harta kepadamu, hendaklah kamu menampakkan nikmat serta karunia Allah itu’.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa dianugerahi suatu kenikmatan oleh Allah, maka Allah akan senang melihat kenikmatan tersebut tampak pada diri hamba-Nya.”

Jabir ibn Abdullah r.a bercerita, “Rasulullah mengunjungi rumah kami. Lalu beliau melihat seorang pria berambut kusut acak-acakan. Maka bertanyalah beliau, ‘Apakah orang ini tidak menemukan sesuatu yang bisa dipakai untuk merapikan rambutnya?’ Ketika melihat orang lain yang memakai baju kotor, beliau pun bertanya, ‘Apakah orang ini tidak mendapatkan air untuk mencuci bajunya?”

Dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memiliki rambut, hendaklah dia memuliakannya.”

Beliau menganjurkan untuk selalu berperilaku baik, berpenampilan indah, berpakaian rapi, dan selalu mengenakan minyak wangi.

Di hadapan para sahabatnya, beliau selalu mengulang-ulang sabdanya:

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Bukhari). [Syahida.com/ANW]

Pengalaman

Pandangan pertama orang lain kepada diri Anda akan menimbulkan citra dalam benaknya tentang diri Anda sebesar 70%.

====

Sumber: Kitab Enjoy Your Life! Seni Menikmati Hidup, Karya: Dr. Muhammad al-‘Areifi, Penerjemah: Zulfi Askar, Penerbit: Qisthi Press

Share this post

PinIt
scroll to top