Banyak Berdzikir Akan Mendapat Rahmat Allah dan Para Malaikat Memohonkan Ampunan Untukmu

Ilustrasi. (Foto: asaarham.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto: asaarham.blogspot.com)

Syahida.com – “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS. 33: 41-44)

Allah SWT berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memperbanyak dzikir kepada Rabb mereka, Rabb yang telah melimpahruahkan nikmat yang beragam dan beraneka jenis. Memperbanyak dzikir ini mengandung pahala yang sangat besar dan membawa mereka ke tempat tinggal yang sangat indah (Surga).

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdullah bin Busr r.a, ia berkata, “Dua orang dari suku pedalaman Arab datang kepada Rasulullah. Salah satu dari mereka berkata,

“Wahai Rasulullah! Manusia yang mana yang paling baik?”

Beliau menjawab; “Orang yang usianya panjang dan amal perbuatannya baik.” Seorang lagi bertanya, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya syari’at Islam sudah banyak kami terima. Maka perintahkan kepadaku suatu perkara yang harus selalu aku pegang teguh!” Rasulullah SAW bersabda; “Hendaklah lidahmu harus selalu basah dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala.”

Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Amr r.a. Ia berkata, “Rasulullah SAW telah bersabda;
“Tidak ada satu pun kelompok manusia yang sama-sama duduk di sebuah majelis, namun tidak berdzikir kepada Allah, kecuali mereka akan melihatnya pada hari Kiamat nanti dengan penuh penyesalan.”

‘Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu ‘Abbas r.a tentang firman Allah; udzkurullahi dzikran katsiiran. Ia berkata, “Sungguh, Allah SWT tidak mewajibkan suatu kewajiban kepada hamba-hamba-Nya terkecuali Dia jadikan kewajiban itu memiliki suatu batasan tertentu. Kemudian Allah menentukan batasan-batasan udzur yang membolehkan seseorang meninggalkan kewajiban tersebut, terkecuali kewajiban berdzikir. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak membuat batasan-batasan tertentu dan tidak seorang pun yang berudzur meninggalkannya melainkan karena terpaksa ia meninggalkannya.



[Dzikir itu harus dilakukan dalam segala keadaan], sebagaimana firman-Nya; “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan terbaring.” (QS. An-Nisaa’: 103). Baik di malam hari atau pun di siang hari, di daratan ataupun di lautan, di perjalanan atau pun di rumah, di saat kaya ataupun miskin papa, di saat sehat ataupun sakit, pada saat tersembunyi atau pun tampak kelihatan oleh manusia, dan pada segala situasi. Firman-NYa, “Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” Apabila kalian telah melakukan hal itu, niscaya Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan para Malaikat akan mendoakan kalian.

Hadits-hadits, ayat-ayat Al Qur’an serta atsar (perkataan para Sahabat) yang menganjurkan manusia untuk memperbanyak dzikir sangat banyak. Ayat ke-42 dari surat ini pun mengandung anjuran agar manusia memperbanyak berdzikir. Banyak pula ulama yang menulis bacaan-bacaan dzikir yang dipanjatkan di tengah malam dan siang hari, seperti Imam an-Nasa-i, al Ma’mari dan selain keduanya.

Firman Allah SWT: “Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” Sebagaimana firman-Nya,

“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur.” (QS. Ar-Ruum: 17-18)

Firman Allah; “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu).” Ini merupakan faktor pendorong yang mengobarkan manusia untuk selalu berdzikir. Maksud ayat ini adalah bahwa Allah SWT senantiasa mengingat kalian, maka kalian hendaklah selalu mengingat dan berdzikir kepada-Nya.

Sebagaimana firman-Nya;

“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni’mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 151-152)

Rasulullah SAW bersabda;

“Allah SWT berfirman; ‘Barangsiapa yang mengingat-Ku dalam hatinya, niscaya Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barangsiapa mengingat-Ku dalam kumpulan, niscaya Aku akan mengingatnya dalam kumpulan yang lebih utama dari manusia (yakni kumpulan para Malaikat).’”

Shalawat dari Allah SWT adalah pujian Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang dikemukakan di hadapan para Malaikat. Pengertian seperti ini dikemukakan oleh al-Bukhari yang mengutip pendapat Abul ‘Aliyah. Pendapat yang sama juga diuangkapkan oleh Abu Ja’far ar-Razi yang mengutip pendapat ar-Rabi’ bin Anas. Pendapat lain mengatakan bahwa shalawat yang berasal dari Allah adalah rahmat. Dan kedua pendapat ini tidak saling bertentangan.

Adapun shalawat dari Malaikat memiliki arti bahwa Malaikat berdoa dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk manusia. Sebagaimana firman-Nya;

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘and yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. Al Mu’min: 7-9)

Firman Allah; “Supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).” Maksudnya, dengan sebab rahmat-Nya kepadamu, pujian-Nya atas dzikir dan tasbihmu, serta doa para Malaikat yang dipanjatkan bagimu, niscaya Allah akan mengeluarkanmu dari gelapnya kebodohan dan kesesatan menuju cahaya hidayah dan keyakinan.

“Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” Dia Maha penyayang kepada mereka, baik di dunia atau pun di akhirat. Di dunia, Allah membimbing mereka (orang-orang yang beriman) kepada jalan kebenaran (agama Isam). Dia telah memperlihatkan kepada mereka jalan lurus yang ditinggalkan dan dijauhi oleh manusia selain mereka; yaitu para penyeru bid’ah dan kekufuran, berikut para pengikut mereka yang berlaku zhalim dan melewati batas.

Adapun rahmat-Nya di akhirat kepada orang-orang mukmin, Allah melindungi dan memberi rasa aman kepada mereka dari keterkejutan yang dahsyat di akhirat kelak, dan perintah-Nya kepada para Malaikat-Nya untuk menyampaikan berita gembira berupa kebahagiaan di Surga dan keselamatan dari siksa Neraka. Hal itu tidak lain hanya karena berkat rasa cinta dan kasih sayang Allah kepada mereka.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Anas r.a. Ia berkata, “Suatu hari, Rasulullah SAW bersama serombongan para Sahabat melintas di sebuah jalan. Di tengah-tengah jalan itu ada seorang balita yang sedang bermain. Ketika ibu balita ini melihat ada serombongan orang akan melewati jalan itu (dengan tunggangan mereka), ia pun khawatir anaknya akan terinjak-injak oleh mereka. Ia berbalik menghadap anaknya, bergegas menghampiri buah hatinya itu seraya berkata, “Wahai anakku, wahai anakku!’ Ia segera bertindak dan menggendong anaknya pergi. Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Ibu ini tidak akan rela melemparkan anaknya ke Neraka?” Sambil merendahkan suaranya, beliau menjawab;

“Tidak. Dan demi Allah, Dia (Allah) tidak akan melemparkan hamba yang disayangi-Nya ke Neraka.”

Allah SWT berfirman; “Dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” Yang dimaksud dengan “pahala yang mulia” adalah Surga dengan segala kenikmatan yang berada di dalamnya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, wanita, berbagai kelezatan dan pemandangan-pemandangan indah. Segala kenikmatan dan kemewahan itu belum pernah dilihat sebelumnya oleh mata kepala, belum pernah didengar sebelumnya oleh telinga dan belum pernah dibayangkan oleh hati manusia. [Syahida.com/ANW]

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 7, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top