Apakah Orang-Orang Beriman Itu Sama dengan Orang-Orang yang Fasik? Mereka Tidak Sama

Ilustrasi.

Ilustrasi.

Syahida.com – Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka Surga-Surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasik, maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya”. Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 18-22)

Pada ayat di atas Allah mengabarkan tentang keadilan dan kemuliaan-Nya. Allah menjelaskan bahwa pada hari Kiamat kelak, tidaklah sama dari sisi hukum antara orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah dan mengikuti para Rasul-Nya dengan orang-orang yang fasik yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan mendustakan para Rasul-Nya. Ayat ke-18 ini memiliki makna yang sama dengan firman Allah,

Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jaatsiyah: 21).

Dan firman Allah,

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma’siat?” (QS. Shaad: 28)

Dan firman Allah,

“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni Surga; penghuni-penghuni Surga itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 20). Oleh sebab itu, pada ayat ini Allah SWT berfirman,

Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama.” Maksudnya, mereka di sisi Allah tidak sama pada hari akhirat kelak.



‘Atha’ bin Yasar, as-Suddi dan para ahli tafsir lainnya menyebutkan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan ‘Ali bin Abi Thalib r.a dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith.

Disebabkan perbedaan antara kedua golongan ini, maka Allah SWT memberikan perincian hukum bagi mereka satu persatu. Allah berfirman, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih.” Maksudnya, orang-orang yang hatinya menyakini kebenaran ayat-ayat Allah, mengamalkan isi dan kandungannya, serta melakukan amal-amal shalih, “Maka bagi mereka Surga-Surga tempat kediaman,” yang di dalamnya terdapat tempat tinggal, rumah-rumah megah dan bangunan-bangunan tinggi, “Sebagai pahala.” Yakni, sebagai hidangan dan kemuliaan. “Atas apa yang mereka kerjakan.”

Selanjutnya Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang fasik.” Maksudnya, orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah, “Maka tempat mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya.” Ayat ini memiliki makna yang sama dengan firman Allah SWT, “Setiap kali mereka hendak keluar dari Neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.” (QS. Al-Hajj: 22).

Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Demi Allah! Sesungguhnya tangan-tangan mereka dirantai dan kaki-kaki mereka dibelenggu. Sungguh, api Neraka yang menyala itu niscaya akan melalap mereka. Dan para Malaikat memukul bagian atas mereka.

Selanjutnya Allah berfirman,

Dan dikatakan kepada mereka, ‘Rasakanlah siksa Neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” Perkataan itu dilontarkan kepada mereka dengan nada menghina dan mencemooh.

Firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat).”

Ibnu ‘Abbas r.a berkata, “Yang dimaksud dengan, al ‘adzaabul adnaa (adzab yang dekat (di dunia)), pada ayat ini adalah bencana, malapetaka dan kesusahan di dunia berikut semua deraan kepedihan yang menimpa para penghuni bumi. Allah memberikan cobaan itu kepada hamba-hamba-Nya semata agar mereka mau bertobat kepada-Nya.”

Firman Allah, “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya?” Maksudnya, tidak ada yang lebih zhalim daripada mereka yang diberi peringatan oleh Allah dan diberi penjelasan tentang ayat-ayat Allah, namun setelah itu mereka meninggalkan, mengingkari, berpaling darinya dan melupakannya, seakan mereka tak pernah mengenalnya.

Qatadah berkata, “Jauhilah sikap berpaling dari mengingat Allah, karena barangsiapa yang berpaling dari mengingat-Nya, niscaya ia telah terpedaya oleh penipuan yang sangat besar. Ia telah mengalami kemiskinan spiritual yang sangat dahsyat dan telah melakukan sebuah dosa besar.”

Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” Maksudnya, kelak, Kami akan memberikan siksaan terhadap orang-orang yang melakukan itu (berpaling dari ayat-ayat Allah) dengan siksaan yang sangat pedih. [Syahida.com/ANW]

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 7, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top