Obat Taubat dan Mengobati Ketagihan Terhadap Dosa

islamic_wallpaper_allah_013-1280x800Syahida.com – Orang yang tidak membutuhkan obat tentunya adalah orang yang menghadapi penyakit. Apalah artinya obat jika dia tidak ingin mengenyahkan sumber penyakit. Suatu penyakit tidak bisa dienyahkan kecuali dengan kebalikannya. Penyebab ketagihan adalah lalai dan nafsu. Lalai tidak bisa dienyahkan kecuali dengan ilmu, nafsu tidak bisa dienyahkan kecuali dengan kesabaran memotong sebab-sebab yang menggerakkan kepada nafsu.

Kelalaian merupakan pangkal kesalahan. Jadi, tidak ada obat bagi taubat kecuali dengan perasaan yang diambilkan dari manisnya ilmu dan pahitnya kesabaran.

Para dokter yang biasa mengobati penyakit ini adalah para ulama. Karena ini termasuk penyakit hati. Sementara penyakit hati lebih banyak daripada penyakit badan. Ada beberapa sebab yang membuat penyakit hati lebih banyak, yaitu:

1. Orang yang ditimpa penyakit hati tidak merasa bahwa dia sedang sakit.

2. Akibatnya tidak bisa disaksikan di dunia ini. Berbeda dengan penyakit badan, yang akibatnya adalah kematian dan tampak jelas di depan mata, yang biasanya akan dihindari manusia. Sedangkan apa yang terjadi sesudah kematian, maka tidak bisa disaksikan lagi, sehingga jarang orang yang menghindari dosa-dosanya, sekalipun orang yang melakukannya juga menyadari hal itu. Karena itu engkau melihat seseorang akan pasrah diri kepada karunia Allah dalam menghadapi penyakit hati, dan dia berusaha mengobati penyakit badan tanpa harus pasrah.

3. Penyakit hati adalah penyakit menular yang tidak bisa dideteksi dokter. Dokter yang bisa mendeteksi dan mengobatinya adalah para ulama. Banyak penyakit yang merajalela pada zaman sekarang. Sebab penyakit yang paling merusak adalah kecintaan kepada dunia. Penyakit ini tidak mampu ditangani para dokter, bahkan penyakit ini pun sudah menjangkiti para dokter itu sendiri, sehingga mereka juga tidak memberikan peringatan kepada manusia, agar dia tidak diserang balik dengan ucapan, “Buat apa kalian menyuruh untuk berobat, sementara kalian lupa untuk mengobati diri sendiri?” Karena itu penyakit ini pun merajalela dan tidak bisa dihentikan oleh obat macam apapun.

Jika ada yang bertanya, “Lalu apa yang bisa dilakukan seorang pemberi nasihat dalam menghadapi perilaku manusia seperti ini?”

Jawabannya: Tentu saja uraiannya panjang lebar. Tetapi kami akan mengisyaratkan beberapa tindakan yang bermanfaat untuk itu, yaitu ada empat macam:



1. Dia bisa menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an yang menyebabkan rasa takut dari orang yang melakukan dosa, pengabaran dan atsar dengan kandungan yang sama. Hal ini juga diselingi dengan pujian terhadap orang-orang yang bertaubat.

2. Menyampaikan kisah para nabi, orang-orang salaf yang salih dan musibah yang menimpa mereka karena dosa, seperti keadaan Adam a.s dan akibat yang beliau alami karena kedurhakaan, yaitu dikeluarkan dari surga. Begitu pula yang dialami Daud, Sulaiman, Yusuf Alaihimus Salam. Al Qur’an tidak menyusahkan semua ini melainkan agar menjadi i’tibar. Mereka memperoleh kebahagiaan selagi dapat keluar dari dosa dan kesalahan itu. Sedangkan orang-orang yang menderita ialah yang suka meremehkan, sehingga dosanya semakin bertambah banyak. Padahal siksa di akhirat itu sangat pedih. Maka dari itu dia bisa banyak menyampaikan kisah-kisah ini kepada mereka yang tidak mau meninggalkan dosa, karena hal ini bisa menggerakkannya untuk bertaubat.

3. Memastikan kepada mereka bahwa siksa di dunia pasti akan terjadi. Apa pun musibah yang menimpa hamba, maka penyebabnya adalah perbuatan jahatnya. Ini hanya sekedar penegasan di hadapan mereka, agar mereka tergerak untuk meninggalkan dosa. Berapa banyak orang yang meremehkan urusan akhirat, karena takut siksa di dunia, hanya karena kebodohannya. Akibat dosa akan disegerakan di dunia, sebagaimana sabda Nabi SAW,

“Sesungguhnya hamba itu benar-benar tidak mendapatkan rezkinya karena dosa yang dilakukannya.” (Diriwayatkan Ibnu Majah, Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawi).

Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Aku benar-benar telah durhaka kepada Allah, yang kuketahui dari tingkah laku keledaiku dan pembantuku.” Abu Sulaiman ad-Darani berkata, “Mimpi itu merupakan hukuman. Shalat tidak dikerjakan seseorang, melainkan karena dosa yang dilakukannya.”

Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata. “Rasulullah SAW bersabda,

Sesungguhnya jika orang mukmin itu melakukan dosa, maka dosa itu menjadi noktah hitam di dalam hatinya. Lalu jika dia bertaubat, melepaskan dosanya dan memohon ampunan, maka hatinya menjadi mengkilap. Yang demikian itulah penutup yang disebutkan Allah SWT dalam Kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (A-Muthaffifin: 14). (Diriwayatkan At-Tirmidzi).

Al-Hasan berkata, “Kebaikan adalah cahaya di dalam hati dan kekuatan di badan. Sedangkan keburukan merupakan kegelapan di dalam hati dan kelemahan di badan.”

4. Menyampaikan beberapa bentuk siksaan yang berkaitan dengan minum khamr, zina, pembunuhan, takabur, dengki, ghibah dan lain-lainnya. Dia harus tampil layaknya dokter yang mengetahui obat dan tahu bagaimana menggunakan obat. Ada seseorang berkata kepada Nabi SAW, “Berilah aku nasihat!” Beliau menjawab, “Janganlah kamu marah!” Yang lain lagi berkata, “Berilah aku nasihat!” Maka dijawab, “Engkau haruslah putus asa mendapatkan apa yang ada di tangan orang lain.” Seakan-akan beliau bisa menangkap kebiasaan marah pada orang yang pertama. Sedangkan pada diri orang kedua beliau menangkap ketamakan. Yang kami sebutkan ini adalah cara pengobatan kelalaian. Berikut ini cara mengobati nafsu. Cara mengobatinya dibutuhkan kesabaran. Sebab, orang yang sakit karena jenis penyakit ini sudah cukup lama sakitnya. Yang mendorongnya adalah bisikan nafsu yang berlebih-lebihan, atau karena dia lalai memikirkan mudharatnya. Begitu pula dalam mengobati nafsu dalam masalah kedurhakaan. Seperti pemuda umpamanya. Jika nafsu sudah menguasai dirinya, maka dia tidak lagi sanggup menjaga matanya, hatinya, dan anggota tubuhnya untuk mengikuti nafsunya itu. Maka dari itu dia harus mendengarkan hal-hal yang menakutkan sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW. Jika dia benar-benar merasa takut, tentu dia akan menjauhi perkara-perkara yang membangkitkan nafsunya. Orang yang membangkitkan nafsunya dari luar ialah yang sengaja mendatangkan sesuatu yang diinginkannya dan memandangnya. Cara mengobatinya ialah dengan berpuasa terus-menerus. Tentu saja hal ini tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan kesabaran. Tidak ada kesabaran jika tidak ada rasa takut. Tidak ada rasa takut jika tidak ada ilmu. Tidak ada ilmu jika tidak ada mata hati. Pertama-tama yang bisa dilakukan ialah mendatangi majlis dzikir, mendengarkan dengan hati yang tulus, terbebas dari berbagai macam pikiran, memikirkan apa yang dikatakan, setelah itu tentu akan muncul rasa takut, lebih, mudah untuk sabar, sehingga mudah baginya untuk mencari obat penawarnya. Setelah itu tentu dia akan mendapatkan taufik kebenaran dari Allah. [Syahida.com/ANW]

==

Sumber : Kitab MINHAJUL QASHIDIN, “Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk”, Karya IBNU QUDAMAH, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka Al Kautsar

Share this post

PinIt
scroll to top