Mengapa Umat Islam Tersinggung dan Geram Ketika Al-Qur’an Dinistakan? (Bagian 1)

Oleh: Ust. Hilman Rosyad Syihab

al-quranagung

Syahida.com – Sebulan ini kaum muslimin Indonesia heboh dengan berita tentang penistaan terhadap Al Qur’an. Kenapa kita umat Islam tersinggung, geram dan malah menggelar aksi demo? Di dua pekan yang lalu (Oktober 2016), demonya sampai puluhan ribu, mungkin angkanya lebih dari itu. Mengekspresikan ketidaksukaan kepada siapapun yang menistakan dan menodai Al Qur’anul Karim. Apakah itu gubernur DKI, apakah siapa, pokoknya kita semuanya tersinggung.

Perlu dipahami bahwa penistaan agama, penodaan terhadap Al Qur’anul Karim di Indonesia adalah melanggar hukum positif karena di Indonesia ada Undang-Undang itu. Dan sudah beberapa kali kejadian, dan sudah ditangkap, kemudian disidik, dituntut oleh jaksa di pengadilan, disidangkan dan divonis ada yang 4 bulan, ada yang sekian bulan dan seterusnya. Karena di Indonesia penistaan terhadap agama adalah hal yang bersifat kriminal yang harus dituntut oleh pengadilan sehingga kemudian divonis dengan hukuman.

Tentu saya tidak akan bicara tentang detail darimana penistaan terhadap Al Qur’an terjadi, tapi lebih kepada, kenapa kita kaum muslimin menjadi tersinggung, menjadi terhina, ternistakan diri dan komunitas kita sebagai kaum muslimin ketika Al Qur’an itu dinista. Itu disebabkan tidak lain dan tidak bukan bahwa Al Qur’an itu adalah mulia. Makanya disebut, “Al Qur’anul Karim”, “Al Qur’anul Azim”, atau “Qur’an yang mulia, Qur’an yang agung.”

Darimana kemuliaan Al Qur’an itu? Atau kenapa Qur’an disebut mulia atau agung? Minimal ketika kita mengetahui tentang definisinya, maka kita tahu bahwa Al Qur’an itu adalah mulia bahwa Al Qur’an itu adalah agung.

Apa definisi Al Qur’an yang disepakati oleh para ulama? Adalah sebagai berikut:

“(1) Kalamullah, firman Allah, (2) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, (3) melalui perantara Jibril, (4) derajat keriwayatannya pasti benar karena Mutawattir, (5) bernilai ibadah sekedar membacanya, (6) dari Surat Al Fatihah sampai Surat An-Naas sebanyak 114 surat, dan (7) petunjuk buat manusia agar manusia keluar dari kegelapan menuju kepada alam terang benderang.”



Yang pertama, Kalamullah, firman Allah.

Kalau Al Qur’an adalah firman Allah SWT maka bukanlah dia makhluk. Karena kalau Al Qur’an itu adalah makhluk, berlaku sifat kemakhlukan pada Al Qur’an tersebut, yaitu fana, artinya dia hanya cocok untuk satu masa, tidak cocok untuk masa yang lain; dia cocok untuk satu bangsa, tidak cocok untuk bangsa yang lain. great-allahPadahal Al Qur’an tidak demikian, dia harus berlaku sepanjang masa sampai dengan kiamat, dia harus berlaku di seluruh negeri dimanapun juga berada, karena Al Qur’an adalah ditujukan untuk seluruh manusia, tanpa kecuali. Oleh karena itu, firman Allah atau Kalamullah dalam Bahasa Arabnya, ini adalah hal yang paling utama dari Al Qur’an. Kalau Al Qur’an itu adalah firman Allah, Kalamullah, maka melekat kepadanya segala Kemahaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita tahu bahwa Allah itu adalah ‘Aliim, Maha Mengetahui, maka Al Qur’an melekat padanya segala ilmu Allah, Al Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan, terutama bagaimana kita menjalani kehidupan di muka bumi ini, terutama juga kita memahami apa yang terjadi setelah kematian di kehidupan akhirat nanti. Allah SWT itu adalah “Hakim”, Maha Bijaksana, maka segala kebijaksanaan kita temukan di dalam Al Qur’an; syariat yang digariskan, perintah yang Allah sampaikan kepada kita, larangan yang dilarangkan untuk manusia, semuanya dibaliknya kita temukan hikmah, ditemukan kebaikan yang sangat luar biasa, karena Al Qur’an adalah kalamullah, yang karenanya segala kemahaan Allah SWT melekat padanya. Atau sifat yang lain, Al Haq, Al Mutakabbir, atau sifat yang lainnya, apa saja, yang itu merupakan sifat Allah, maka pasti melekat pada Kalamullah, pada Al Qur’anul Karim.

Yang kedua, adalah Al Qur’an itu diturunkan kepada Qalbunya Nabi Muhammad.

Ini penting untuk difahami untuk kita yakini bahwa dalam Al Qur’an tidak ada yang namanya human error. Karena wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad melalui Jibril ini, secara langsung masuk ke dalam Qalbu Nabi Muhammad, langsung masuk ke dalam hati Nabi Muhammad.

Di Surat Al Qiyamah ayat 16, Allah SWT berfirman,

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ ﴿١٦﴾ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ﴿١٧﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ ﴿١٩

’Janganlah kamu gerakkan lidah mu untuk (membaca) Al-Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya’’. (QS.75;16-19)

Ilustrasi. (Foto: carefreegroup.com)

Ilustrasi. (Foto: carefreegroup.com)

“Wahai Muhammad, jangan kau gerakkan lisanmu untuk mengikuti bacaan Jibril karena kami yang menghimpunkan di dalam hatimu dan engkau tinggal ikuti saja bacaannya, kau tinggal menyampaikannya”, sehingga apapun yang disampaikan kepada para sahabat, itu pasti benar. Ini 15 abad yang lalu. Kalau sekarang, kita mengenal apa yang disebut dengan transfer data; lagu sekian puluh menit, atau sekian puluh lagu, film sekian puluh jam, itu bisa ditransfer hanya dalam hitungan detik dan utuh tidak ada yang berkurang dari sumber data itu dimana kita tepat memindahkan data tersebut. Begitulah Al Qur’anul Karim diturunkan oleh Allah melalui Jibril kepada Nabi Muhammad, adalah secara otomatis kepada hatinya, kepada qalbunya, sehingga tidak ada yang dimungkinkan yang disebut human error. Karena Nabi Muhammad adalah manusia biasa, yang tentu saja karena beliau manusia, ada salah, ada lupa.

Dalam sejarah nabi juga ada ketika nabi lupa. Shalat Zuhur misalnya seharusnya 4 rakaat, beliau shalat 2 rakaat saja dan sahabat bingung, “Ini kok shalat hanya 2 rakaat.” Akhirnya ditanya, “Ya Rasulullah apakah engkau meng-qashar shalat?” Kata Rasulullah, “Tidak.” “Kalau begitu engkau shalat hanya 2 rakaat, kurang 2 rakaat lagi.” Disempurnakan 2 rakaat lagi secara berjamaah. Dan kemudian akhirnya berlaku hukum yang disebut sujud sahwi. Belum lagi, Rasulullah juga punya emosi dan Surat ‘Abasa wata walla, menjelaskan tentang itu.

Jadi kalau Jibril menyampaikan wahyu, diperdengarkan kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian Rasulullah mengingat-ingat yang menghafalnya, baru setelah hafal disampaikan kepada para sahabat, dimungkinkan ada yang disebut human error. Tapi karena tidak demikian, maka tidak ada yang disebut human error. Ini menunjukkan tentang keaslian, autentitas Al Qur’anul Karim yang sangat luar biasa.

Yang ketiga adalah melalui perantaraan Jibril.

Ini penting, karena bagian daripada keimanan kita kepada malaikat. Dalam rukun iman yang 6, ada rukun iman mengimani malaikat. Yang kita imani itu ada sepuluh (malaikat). Dari sepuluh itu ada Jibril dan kita imani flashquran205tugasnya menyampaikan wahyu, dari sejak Taurat, Zabur, Injil dan juga menyampaikan Al Qur’anul Karim, sehingga SOP nya, “Standard Operating Procedure” nya, wahyu itu disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, harus melalui Jibril alahissalaam dan Al Qur’an juga demikian. Makanya, kita temukan ada firman Allah langsung kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi itu tidak termasuk ke dalam Al Qur’an. Kenapa tidak termasuk ke dalam Al Qur’an? Karena dia tidak melalui Jibril. Contohnya seperti perintah shalat 5 waktu, yang Allah sampaikan langsung kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, maka kita tidak akan temukan di dalam Al Qur’an, perintah sholat 5 waktu disebutkan jenis-jenis sholatnya yaitu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh di dalam Al Qur’anul Karim. Betul bahwa kita temukan di dalam Al Qur’an banyak sekali perintah sholat, lebih dari 70 ayat yang menerangkan tentang kewajiban kita sholat, keharusan kita sholat. Tetapi menjelaskan kefardhuan, kewajiban sholat 5 waktu dengan jenis sholatnya masing-masing, dan bagaimana kaifiyat (tata cara) nya, maka kita tidak akan temukan (dalam Al Qur’an). Kenapa? Karena Allah langsung sampaikan kepada Nabi Muhammad, tidak melalui Jibril. Sementara Al Qur’an, harus melalui Jibril.

Tiga definisi pertama ini menjadi penting, harus kita yakini dan yang karenanya kita meyakini bahwa Al Qur’an itu adalah mulia. Yang pertama, adalah Kalamullah, dia adalah omongan, pembicaraan, kata-kata Allah, firman Allah, yang diturunkan kepada qalbu Nabi Muhammad sehingga tidak dimungkinkan adanya human error karena Rasulullah hanya mendengarkan saja, langsung hafal, langsung ada di dalam hatinya, tinggal beliau bacakan kepada para sahabat, dan Al qur’an harus melalui malaikat Jibril sebagai malaikat yang kita imani, yang bertugas menyampaikan wahyu. Karenanya maka Al Qur’anul Karim adalah mulia, adalah terhormat, dia agung, tidak boleh ada yang menistakan, apakah umat Islam, apalagi dia adalah orang kafir.

Empat definisi berikutnya, bersambung pada artikel selanjutnya. [Syahida.com/ ANW]

==
Sumber: Youtube

Share this post

PinIt
scroll to top