Diutusnya Nabi Muhammad SAW Merupakan Nikmat yang Sangat Besar Sehingga Kita Harus Senantiasa Mengingat Allah dan Bersyukur Kepada-Nya

Ilustrasi. (Foto: rasulullahmuhammadsaw.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto: rasulullahmuhammadsaw.blogspot.com)

Syahida.com

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ﴿١٥١﴾ فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٣

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (as-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. 2: 151-152).

Dia Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap nikmat yang telah Dia karuniakan kepada mereka berupa diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah Ta’ala kepada mereka secara jelas. Lalu Allah menyucikan jiwa mereka dari berbagai keburukan akhlak, kotoran jiwa, dan setiap perbuatan kaum Jahiliyah. Allah pun mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju alam terang benderang. Dia mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al Qur’an) dan al-Hikmah (as-Sunnah), dan mengajarkan kepada mereka apa yang belum mereka ketahui. Padahal sebelumnya mereka hidup dalam kebodohan (Jahiliyah) dan tidak mempunyai tata kesopanan dalam berbicara. Berkat risalah yang dibawa Rasulullah SAW dan perjalanannya yang penuh berkah, mereka berpindah ke derajat para wali dan tingkatan para ulama. Akhirnya mereka menjadi manusia yang ilmunya paling dalam, hatinya paling baik, sikapnya paling bersahaja, dan paling jujur dalam ucapannya.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka,” dan ayat seterusnya.” (QS. Ali ‘Imran: 164).

Dan Allah mencela orang yang tidak menyadari besarnya nikmat ini, Dia berfirman:

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan.” (QS. Ibrahim: 28).



Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Yakni nikmat Allah SWT dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala menghimbau orang-orang yang beriman untuk mengakui nikmat tersebut dan menyambutnya dengan mengingat dan bersyukur kepada-Nya. Allah berfirman: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Tentang firman Allah Ta’ala: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu,” Mujahid berkata, “Sebagaimana telah Aku lakukan, maka ingatlah kalian kepada-Ku.”

Berkaitan dengan firman Allah SWT: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,” al-Hasan al-Bashri mengatakan, “(Maksudnya) ingatlah kalian akan apa yang telah Aku wajibkan atas kalian, niscaya Aku pun akan mengingat kalian atas apa yang telah Aku tetapkan bagi kalian atas diri-Ku.”

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih:

“Allah Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Dan barangsiapa mengingat-Ku dalam sebuah majelis, niscaya Aku akan mengingatinya dalam majelis yang lebih baik darinya.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda,

‘Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Wahai anak Adam, jika engkau mengingat-Ku dalam dirimu, maka Aku akan mengingatmu dalam diri-Ku. Dan jika engkau mengingat-Ku di suatu majelis, maka Aku akan mengingatmu di tengah majelis para Malaikat. -Atau Allah berfirman, ‘Di tengah majelis yang lebih baik darinya’-. Dan jika engkau mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadamu sehasta. Dan jika engkau mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadamu sedepa. Dan jika engkau mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatangimu dengan berlari kecil.’”

Hadits ini sanad-sanadnya shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Dalam firman-Nya, “Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku,” Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya dan dengan rasa syukur itu Dia menjanjikan tambahan kebaikan.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan (ingatlah juga) tatkala Rabb-mu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat)-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Raja al-‘Atharidi, ia mengatakan, “Imran bin Hushain keluar menemui kami dengan mengenakan kain yang terbuat dari sutera. Kami belum pernah melihat ia mengenakannya sebelum dan sesudahnya. Lalu ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

‘Siapa saja yang Allah anugerahkan kenikmatan kepadanya, maka sesungguhnya Dia senang melihat bukti/dampak nikmat tersebut atas makhluk-Nya.”

Rauh menyebutkan dengan lafazh:

Atas hamba-Nya.” [Syahida.com / ANW]

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top