Kisah Nabi Adam (Bagian Ke-19) : Peniupan Ruh ke Dalam Jasad Adam

Ilutrasi. (Foto : hello-pet.com)

Ilutrasi. (Foto : hello-pet.com)

Syahida.com –  Ibnu Hibban menyebutkan dalam kitab Shahih-nya, Hasan bin Sufyan bercerita kepada kami, Hudbah bin Khalid bercerita kepada kami, Hmmad bin Salamah telah bercerita kepada kami, dari Tsabit, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Saat ruh ditiupkan kepada Adam lalu ruh sampai di kepala, Adam bersin lalu mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.’ Allah Tabaraka wa Ta’ala menjawab, ‘Semoga Allah merahmatimu’.”

Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar menuturkan. “Yahya bin Muhammad bin Sakan bercerita kepada kami, Hibban bin Hilal bercerita kepada kami, Mubarak bin Fadhalah bercerita kepada kami, dari Ubaidullah, dari Hubaib, dari Hafsh bin Ashim bin Ubaidullah bin Umar bin Khattab dari Abu Hurairah, ia menyambung sanad hadist ini hingga Nabi SAW (marfu’), ia mengatakan, “Saat Allah menciptakan Adam, Adam bersin lalu mengucapkan, ‘Alhamdulillah!’ Rabb-nya menjawab, ‘Semoga Rabb-mu merahmatimu, wahai Adam!” Sanad ini lumayan, hanya saja para ahli hadist tidak mentakhrijnya.

Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Saat para malaikat bersujud, malaikat pertama yang bersujud adalah Israfil, kemudian Allah menuliskan Al-Qur’an di dahinya.” (HR. Ibnu Asakir)

Al-Hafizh Abu Ya’la mengatakan, “Uqbah bin Mukarram bercerita kepada kami, Amr bin Muhammad bercerita kepada kami, dari Isma’il bin Rafi’, dari Maqburi, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, Allah menciptakan Adam dari tanah, setelah itu Allah jadikan lumpur lalu Allah biarkan, hingga ketika telah menjadi lumpur hitam, Allah membentuknya setelah itu Ia tinggalkan, hingga ketika telah menjadi tanah liat seperti tembakar, Iblis melintas di hadapannya lalu berkata, ‘Kau diciptakan untuk suatu urusan besar.’

Allah kemudian meniupkan ruh (ciptaan)-Nya pada Adam. Ruh pertama kali masuk ke penglihatan dan penciumannya, ia kemudian bersin dan mengucapkan, ‘Alhamdulillah.’ Allah menjawab, ‘Semoga Rabb-mu merahmatimu.’ Setelah itu Allah berfirman, ‘Hai Adam! Hampirilah golongan malaikat itu, sampaikan salam pada mereka lalu perhatikan apa yang mereka ucapkan!’ Adam kemudian mengucapkan salam pada mereka, mereka lalu menjawab, ‘Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuhu.’ Allah berfirman, ‘Hai Adam! Itulah ucapan salammu, juga ucapan salam keturunanmu.’ Adam berkata, ‘Ya Rabb! Apa keturunanku?’ Allah menjawab, ‘Pilihlah satu tangan-Ku, wahai Adam!’ Adam berkata, ‘Aku memilih tangan kanan Rabb-ku,’ dan kedua tangan Rabb-ku kanan.

Allah kemudian membuka telapak tangan, dan semua keturunan Adam ada di telapak tangan Ar-Rahman, di antara mereka ada beberapa orang yang mulutnya bercahaya, seseorang di antara mereka mengeluarkan cahaya hingga Adam kagum. Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Siapa dia?’ Allah menjawab, ‘Dia anakmu, Dawud.’ Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Berapa usia yang kau berikan padanya?’ Allah menjawab, ‘Aku memberikan usia 60 tahun untuknya.’ Adam berkata, ‘Ya Rabb! Genapkan usianya menjadi seratus tahun dari jatah usiaku.’ Allah mengabulkan permintaan Adam dan mempersaksikan hal itu.

Setelah usia Adam habis, Allah mengutus malaikat maut, Adam berkata, ‘Bukankah umurku masih 40 tahun lagi?’ Sang malaikat menjawab, ‘Bukankah sudah kau berikan pada anakmu, Dawud?’ Adam mengingkari hal itu, akhirnya keturunannya (memiliki watak) mengingkari. Adam lupa, akhirnya keturunannya juga (memiliki watak) lupa’.” Hadist ini juga diriwayatkan Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, at-Tirmidzi, An-Nasa’i dalam Al-Yawm wal Lailah dari hadist Shafwan bin Isa, dari Harist bin Abdurrahman bin Abu Dzubab, dari Abu Sa’id Maqburi, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW At-Tirmidzi mengatakan, “Hadist ini munkar.” Juga diriwayatkan Muhammad bin Ajlan, dari ayahnya, dari Abu Sa’id Maqburi, dari Abdullah bin Salam.

At-Tirmidzi mengatakan, “Abd bin Humaid bercerita kepada kamu, Abu Nu’aim bercerita kepada kami, Hisyam bin Sa’ad bercerita kepada kami, dari Zaid bin Aslam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia mengatakan, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Saat menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya lalu dari punggungnya berjatuhan seluruh jiwa yang Allah ciptakan di antara keturunannya hingga hari kiamat. Allah memberikan kilauan cahaya di antara kedua mata setiap Insan di antara mereka, setalah itu Allah perlihatkan mereka kepada Adam, Adam bertanya, ‘Ya Rabb, siapa mereka itu?’ Allah menjawab, ‘Mereka itu keturunanmu.’



Adam melihat seseorang lalu kagum pada kilauan cahaya yang ada di antara kedua matanya, Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Siapa dia?’ Allah menjawab, ‘Seseorang yang berasal dari salah satu umat terakhir keturunanmu, namanya Dawud.’ Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Berapa usia yang Engkau berikan padanya?’ Allah menjawab, ‘Enam puluh tahun.’ Allah berkata, ‘Ya Rabb! Tambahan 40 tahun dari usiaku untuknya.’

Saat usia Adam habis, malaikat maut datang menghampiri, Adam mengatakan, ‘Bukankah usiaku masih tersisa 40 tahun?’ Sang malaikat menjawab, ‘Bukankah sudah kau berikan pada anakmu, Dawud?’ Adam mengingkari hal itu, akhirnya keturunannya (memiliki watak) mengingkari. Adam lupa, akhirnya keturunannya juga (memiliki watak) lupa. Adam keliru, akhirnya keturunannya memiliki watak) keliru’.”

Setelah itu At-Tirmidzi mengatakan, “Hadist ini hasan-shahih.” Hadist ini juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW melalui jalur riwayat berbeda. Diriwayatkan pula oleh Hakim dalam Al-Mustadrak dari hadist Abu Nu’aim Fadhl bin Dakin, Hakim menyatakan, “Shahih sesuai syarat Muslim. Hanya saja al-Bukhari dan Muslim tidak mentakhrij hadist ini.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari hadist Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari Atha bin Yasar, dari Abu Hurairah secara marfu’. Ibnu Abi Hatim menyebutkan hadist ini, dan di antara isinya, “Allah kemudian memperlihatkan mereka kepada Adam, Ia mengatakan, ‘Hai Adam! Mereka adalah keturunanmu, di antara mereka ada yang berpenyakit lepra, sopak, buta, dan berbagai penyakit.’ Adam berkata, ‘Ya Rabb! Kau melakukan ini pada keturunanku?’ Allah menjawab, ‘Agar kau mensyukuri nikmat-Ku.’ Setelah itu Ibnu Abi Hatim menyebutkan kisah Dawud yang akan disebutkan dari riwayat Ibnu Abbas berikutnya.

Imam Ahmad menyebutkan dalam Musnad-nya, “Haitsam bin Kharijah bercerita kepada kami, Abu Rabi’ bercerita kepada kami, Abu Rabi’ bercerita kepada kami, dari Yunus bin Maisarah, dari Abu Idris, dari Abu Darda, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Saat menciptakan Adam, Allah menepuk pundak sebelah kanannya lalu Ia keluarkan keturunannya yang berkulit putih laksana mutiara, lalu Allah menepuk pundak sebelah kiri Adam dan mengeluarkan keturunannya yang berkulit hitam laksana arang. Allah kemudian berfirman kepada keturunan yang ada di sebelah kanan Adam, ‘(Mereka) menuju surga, dan Aku tidak peduli,’ dan Ia berfirman kepada keturunan yang ada di pundak kiri Adam, ‘(Mereka) menuju neraka dan Aku tidak peduli’.”

Ibnu Abiddunya menuturkan, “Khalaf bin Hisyam bercerita kepada kami, Hakam bin Sinan bercerita kepada kami, dari Hausyab, dari Hasan, ia mengatakan, ‘Saat penciptaan Adam, Allah mengeluarkan para penghuni surga dari pipi kanannya, dan mengeluarkan para penghuni neraka dari pipi kirinya, mereka kemudian ditempatkan di muka bumi, di antara mereka ada yang buta, tuli, dan berpenyakit. Adam lalu berkata, “Ya Rabb! Kenapa Engkau tidak menyamakan anak-anakku?’ Allah menjawab, ‘Hai Adam! Aku ingin untuk disyukuri’.”

Hadist serupa juga diriwayatkan Abdurrazzaq dari Ma’mar, dari Qatadah, dari Hasan. [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq 

Share this post

PinIt
scroll to top