Kisah Nabi Adam (Bagian Ke-20) : Penciptaan Anak Cucu Adam

Ilustrasi. (Foto : rumaysho.com)

Ilustrasi. (Foto : rumaysho.com)

Syahida.com – Abu Hatib bin Hibban meriwayatkan dalam kitab shahih-nya, dari Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, dari Muhammad bin Basyar, Shafwan bin Isa bercerita kepada kami, Harist bin Abdurrahman bin Abu Dzubab bercerita kepada kami, Harist bin Abdurrahman bin Abu Dzubab bercerita kepada kami, dari Sa’id Maqburi, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Saat Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh pada dirinya, ia bersin lalu mengucapkan, ‘Alhamdulillah.’ Ia memuji Allah atas izin-Nya. Rabb kemudian menjawab, ‘Semoga Rabb-mu merahmatimu. Hampirilah segolongan di antara para malaikat yang tengah duduk itu, lalu ucapkan salam pada mereka!’ Adam kemudian mengucapkan, ‘Assalamu’alaikum.’ Para malaikat menjawab, ‘Wa’alaikumssalam wa rahmatullah.’ Setelah itu Adam kembali menghampiri Rabb, Ia berfirman, ‘Itulah ucapan salammu, dan ucapan salam antara kamu dengan mereka.’

Allah kemudian berfirman dengan kedua tangan menggenggam, ‘Pilihlah mana saja yang kau kehendaki!’ Adam berkata, ‘Aku memilih  tangan kanan Rabb-ku,’ kedua tangan Rabb-ku kanan dan penuh berkah. Setelah itu Allah membuka kedua telapak tangan Rabb-ku kanan dan penuh berkah. Setelah itu Allah membuka kedua telapak tangan-Nya, dan di kedua tangan itu ada Adam dan keturunannya. Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Mereka siapa?’ Allah menjawab, ‘Mereka itu keturunanmu.’ Usia masing-masing di antara mereka tertulis di antara kedua matanya, dan di antara mereka ada seseorang yang mengeluarkan cahaya paling terang dan hanya ditetapkan memiliki usia 40 tahun. Adam berkata, ‘Ya Rabb! Siapa itu?’ Allah menjawab, ‘Dia anakmu, Dawud.’ Allah menetapkan usianya 40 tahun. Adam berkata, ‘Ya Rabb, tambahkan usianya.’ Allah menjawab, ‘Itu sudah di tetapkan untuknya.’ Adam berkata, ‘Aku tambahkan 60 tahun dari usiaku.’ ‘Baik. silahkan kau tinggal di surga,’ jawab Allah.

Adam kemudian tinggal di surga selama yang dikehendaki Allah, setelah itu Adam diturunkan dari sana. Adam selalu menghitung usianya. Suatu ketika, malaikat maut datang lalu Adam berkata padanya, ‘Kau terburu-buru. Allah menetapkan usiaku seribu tahun.’ Malaikat menyahut, ‘Betul, tapi 60 tahun diantaranya sudah kau berikan untuk anakmu, Dawud.’ Adam mengingkari, hingga keturunannya (memiliki watak) lupa. Sejak saat itu diperintahkan untuk membuat catatan dan menghadirkan sejumlah saksi’.” Demikian watan riwayat Ibnu Hibban.

Imam Bukhari meriwayatkan, dari Abdullah bin Muhammad, dari Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Himam bin Munabbih, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Allah menciptakan Adam dengan panjang 60 hasta, setelah itu Allah berfirman, ‘Pergilah lalu ucapkan salam pada keturunanmu.’ Adam kemudian mengucapkan, ‘Assalamu’alaikum.’ Para malaikat mengucapkan, ‘Assalamu’alaika warahmatullah.’ Mereka menambahkan, ‘Warahmatullah.’ Siapa pun yang masuk surga bentuknya seperti Adam. Lalu bentuk fisik terus menyusut hingga sekarang’.”

Hadist yang sama juga diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Al-Isti’dzan (meminta izin) dari Yahya bin Ja’far dan Muslim dari Muhammad bin Rafi; keduanya dari Abdurrazzaq.

Imam Ahmad mengatakan, “Rauh bercerita kepada kami, Hammad bin Salamah bercerita kepada kami, dari Ali bin Zai, Sa’id bin Musayyib, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Tinggi Adam 60 hasta dan lebarnya 7 hasta’.” Hanya Ahmad yang meriwayatkan hadist ini.

Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari Affan, dari Hammad bin Salamah, dari Ali bin Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, “Saat ayat tentang hutang turun, Rasulullah SAW menyampaikan, ‘Sungguh, orang pertama yang mengingkari adalah Adam. Sungguh, orang pertama yang mengingkari adalah Adam. Sungguh, orang pertama yang mengingkari adalah Adam. Saat menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggungnya itu Allah mengeluarkan seluruh keturunannya hingga hari kiamat.

Allah kemudian memperlihatkan seluruh keturunan Adam padanya. Adam melihat seseorang diantara mereka mengeluarkan cahaya terang, ia bertanya, ‘Ya Rabb! Siapa dia?” Allah menjawab, ‘Dia anakmu, Dawud.’ Adam bertanya, ‘Ya Rabb! Berapa usianya?’ Allah menjawab, ‘Enam puluh tahun.’ Adam berkata, ‘Ya Rabb! Tambahkan usianya.’ Allah menjawab, ‘Tidak, kecuali jika Aku tambahkan dari usiamu.’ Usia Adam tadinya seribu tahun, lalu Allah menambahkan 40 tahun untuk Dawud (diambilkan dari usia Adam). Allah mencatat hal itu dan mempersaksikan para malaikat untuknya.



Saat Adam sekarat, malaikat maut datang  menghampiri untuk mencabut nyawanya, Adam bilang, ‘Usiaku masih tersisa 40 tahun lagi.’ Dikatakan padanya, ‘Itu sudah kau berikan pada anakmu, Dawud.’ Adam mengatakan, ‘Aku tidak melakukan itu.’ Allah kemudian memperlihatkan catatan dengan saksi para malaikat’.”

Ahmad mengatakan, “Aswad bin Amir bercerita kepada kami, Hammad bin Salamah berecrita kepada kami, dari Ali bin Yazid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, orang pertama yang mengingkari adalah Adam, beliau mengucapkannya tiga kali. Saat menciptakan Adam, Allah mengusap punggungnya, lalu dari punggungnya itu Allah mengeluarkan seluruh keturunannya, Allah kemudian memperlihatkan seluruh keturunan Adam padanya.

Adam melihat seseorang diantara keturunannya mengeluarkan cahay terang, ia bertanya, ‘Ya Rabb! Tambahkan usianya.’ Allah menyahut, ‘Tidak, kecuali jika Aku tambahkan dari usiamu.’ Allah kemudian menambahkan 40 tahun untuk Dawud diambilkan dari usia Adam. Allah mencatat hal itu dan mempersaksikan para malaikat untuknya. Saat Allah hendak mencabut nyawa Adam, ia berkata, ‘Ajalku masih tersisa 40 tahun lagi.’ Dikatakan padanya, ‘Itu sudah kau berikan pada anakmu, Dawud.’ Adam mengingkari lalu Allah memperlihatkan catatan dan memberikan bukti. Allah menggenapkan usia Dawud menjadi seratus tahun, dan menggenapkan usia Adam sebanyak seribu tahun’.” Hanya Ahmad dan Ali bin Zaid yang meriwayatkan hadist ini. Dalam hadist ini terdapat suatu hal yang kurang berkenan.

Hadist ini juga diriwayatkan Thabrani dari Ali bin Abdul Aziz, dari Hajjaj bin Minhal, dari Hammad bin Salamah, dari Ali bin Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, dan lainnya, dari Hasan, ia menuturkan, “Saat ayat tentang hutang turun, Nabi SAW bersabda, ‘Sungguh, orang pertama yang mengingkari adalah Adam beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali,’ Thabrani menyebutkan lanjutan hadist hingga tuntas.

Imam Malik bin Anas meriwayatkan dalam Al-Muwattha’ dari Zaid bin Abu Unaisah, bahwa Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khattab mengabarkan kepadanya, dari Muslim bin Yasar Al-Juhani, suatu ketika Umar bin Khattab ditanya tentang ini, “Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi.’ Dan seterusnya. (Al-A’raf: 172).

Umar bin Khattab mengatakan, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang ayat ini, ‘Sungguh, Allah menciptakan Adam A.S, setelah itu mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, kemudian dari punggungnya itu Ia mengeluarkan keturunan Adam, Allah berfirman, ‘Aku menciptakan mereka untuk surga dan dengan amalan penghuni surga yang mereka kerjakan.’ Setelah itu mengusap punggungnya, kemudian dari punggungnya itu Ia mengeluarkan keturunan Adam, Allah berfirman, ‘Aku menciptakan mereka untuk neraka dan dengan amalan penghuni neraka yang mereka kerjakan.’

Seorang sahabat kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, lalu untuk apa kita melakukan amalan (toh semuanya sudah ditakdirkan)?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Ketika Allah menciptakan seorang hamba untuk surga, Allah membuat orang tersebut melakukan amalan penghuni surga hingga ia meninggal dalam kondisi melakukan salah satu amalan penghuni surga, sehingga dengan amalan itu ia masuk surga. Dan ketika Allah menciptakan seorang hamba untuk neraka, Allah membuat orang tersebut melakukan amalan penghuni neraka hingga ia meninggal dalam kondisi melakukan salah satu amalan penghuni neraka, sehingga dengan amalan itu ia masuk neraka’.”

Demikian riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Jaris, Ibnu Abi Hatim, Abu Hatim bin Hibban dalam kitab Shahihnya dari sejumlah jalur riwayat, dari Imam Malik, dengan matan yang sama.

At-Tirmidzi mengatakan, “Hadist ini hasan. Muslim bin Yasar tidak mendengar dari Umar.” Pernyataan senada juga disampaikan Abu Hatim dan Abu Zur’ah. Abu hatim menambahkan, “Di antara keduanya ada (perawi perantara bernama) Nu’aim bin Rabi’ah.”

Hadist ini juga diriwayatkan Abu Dawud dari Muhammad bin Mushaffa, dari Baqiya, dari Umar bin Ju’tsam, dari Zaid bin Abu Unaisah, dari Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zid bin Khattab, dari Muslim bin Yasar, dari Nu’aim bin Rabi’ah, ia menuturkan, “Suatu ketika aku berada di dekat Umar bin Khattab, ia ditanya tentang ayat ini,” Abu Dawud menyebutkan hadist di atas hingga tuntas.

Al-Hafizh Daruquthni menyatakan, “Abu Farwah bin Yazid  bin Sinan Ar-Rahawi juga meriwayatkan hadist ini mengikuti riwayat Umar bin Ju’tsam, dari Zaid bin Abu Unaisah. Perkataan mereka berdua ini lebih tepat dari perkataan Malik.”

Seluruh hadist di atas menunjukkan, Allah mengeluarkan keturunan Adam dari punggungnya laksana semut, kemudian Allah membagi mereka dalam dua golongan; golongan kanan dan golongan kiri, Allah berfirman, “Mereka (Aku ciptakan) untuk surga dan Aku tidak peduli mereka (Aku ciptakan) untuk surga dan Aku tidak peduli.”

Terkait persaksian dan pengakuan akan keesaan Allah dengan tutur kata yang diucapkan keturunan Adam, tidak ada hadist-hadist kuat tentang hal itu. Jika ayat dalam surah Al-A’raf di atas diartikan sebagai persaksian dan pengakuan seperti ini, masih perlu didiskusikan lebih lanjut, seperti yang telah kami paparkan dalam kitab tafsir. Disana juga telah kami sebutkan sejumlah hadist dan atsar lengkap dengan sanad dan lafazh matan masing-masing. Bagi yang ingin mengetahui lebih dalam, silahkan merujuk kitab tafsir (Ibnu Katsir). Wallahu a’lam. [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq 

Share this post

PinIt
scroll to top