Khadijah Binti Khuwailid, Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga (Bagian ke-3): Wanita yang Subur dan Penyayang

Ilustrasi. (Foto : ngulik.co)

Ilustrasi. (Foto : ngulik.co)

Syahida.com – Pernikahan ini adalah pernikahan yang penuh berkah dan kebahagiaan. Karena Muhammad adalah suami terbaik dan Khadijah adalah isteri terbaik. Keduanya hidup penuh kasih dan sayang, ketenangan dan ketentraman.

Khadijah adalah simbol kebaikan, kemuliaan, dan kedermawanan. Ketika ia mengetahui bahwa Rasulullah saw sangat sayang kepada Zaid bin Haritsah, yang statusnya itu budak Khadijah. Khadijah langsung memerdekakan Zaid dan memberikannya kepada Rasulullah saw. tentu saja, hal ini membuat Rasulullah saw semakin sayang kepada Khadijah ra.

Saat Rasulullah saw, menanggung Ali bin Abu Thalib (keponakannya), Ali merasakan bahwa Khadijah seperti ibunya sendiri yang penyayang dan memperlakukannya dengan baik.

Allah melengkapi kebahagiaan keluarga ini dengan lahirnya putra-putri mereka. Dari keduanya, lahir putra pertama yang diberi nama Qasim. Karena itulah, Rasulullah dijuluki Abu Qasim (ayah Qasim). Setelah Qasim, lahirlah Zainab, Ruqayyah, Fathimah, dan Ummu Kultsum. Mereka lahir sebelum Muhammad diangkat sebagai nabi. Putra yang lahir setelah beliau menjadi nabi adalah Abdullah dengan nama lain Ath-Thayyib atau Ath-Thohir. Usia mereka berbeda dua tahun. Seperti wanita lainnya. Khadijah pun memilih anaknya diasuh dan disusui oleh wanita lain.

Ibnu ‘Abbas ra, menyebutkan, “Dari Rasulullah, Khadijah melahirkan dua anak laki-laki, yaitu Qasim dan Abdullah; dan empat perempuan, yaitu: Fathimah, Ummu Kultsum, Zainab dan Ruqayyah.”[1]

Adapun putra Rasulullah yang bernama Ibrahim adalah hasil pernikahan beliau dengan Mariyah al-Qibthiyah.

Semua putra Rasulullah saw meninggal dunia saat mereka masih kecil, sedangkan putri-putri beliau hidup sampai masa kenabian dan semuanya memeluk islam, ikut hijrah ke Madinah. Ruqayyah dan Ummu Kultsum menikah dengan Utsman bin Affan ra, Zainab menikah dengan Abul ‘Ash bin Rabi’ bin Abdi Syamsi. Fathimah menikah dengan Ali bin Abu Thalib.[2]

Mereka meninggal di saat Rasulullah masih hidup. Hanyalah Fathimah yang meninggal setelah Rasulullah wafat. Ia meninggal enam bulan setelah ayahnya wafat. [Syahida.com]



[1] Dala-ilun Nubuwwah, Baihaqi: 2/70.

[2] Tah-dzibul Asma’ wal-Lughat: 1/26. Tarikhul-Islam, adz-Dzahabi: 1/66. Al-Fushul, katsir: 242.

—–

Bersambung….

Sumber : Kitab 20 Sirah Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga, Ahmad Khalil Jum`ah

Share this post

PinIt
scroll to top