Orang Beriman yang Mendapat Taufik, Mampu Bertutur Kata Indah Kepada Kedua Orang Tua

Ilustrasi. (Foto : thomy265.wordpress.com)

Ilustrasi. (Foto : thomy265.wordpress.com)

Syahida.com – Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra [17]: 23)

Di antara orang beriman yang mendapat taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah mereka yang mampu bertutur kata dengan cara yang baik kepada kedua orangtua, yaitu bisa berupa kalimat yang indah dalam ungkapan ringan. Sebagian ada yang bisa memilih kata-kata indah, namun diungkapkan dengan cara yang kasar, sehingga malah difahami sebagai ungkapan yang berisi ancaman!

Apa pendapat Anda tentang ungkapan Jazaka Allah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), atau Thayyib, yashir khairan insya’ Allah (Baik, insya Allah akan menjadi baik) atau Insya Allah (Jika Allah menghendaki)?

Saya tahu Anda pasti akan mengatakan bahwa ungkapan di atas adalah ungkapan yang baik. namun, saya ingin agar Anda mengucapkan ungkapan tersebut dengan nada ancaman atau dengan logat yang mengandung murka sambil melihat ekspresi muka Anda di cermin. Hal itu saya maksudkan agar Anda dapat memahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk memilih kalimat-kalimat yang indah dan mengungkapkannya dengan cara santun! Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra [17]: 23)

                                    #                      #                      #                      #

Betapa indah menyimak ungkapan salah seorang sahabat saya, seorang insinyur berusia 40 tahun. Jika memanggil ayahnya, ia senantiasa menggunakan ungkapan berikut, ‘ya abati!’ (wahai ayahandaku!). Demi Allah, ia memanggilnya demikian, tanpa ada kesan dibuat-buat, dan mengiringi ungkapan indah itu dengan doa untuk ayahnya. Sepengetahuan penulis, sang ayah amat berbahagia dengan tutur kata anaknya.

Adapun ungkapan-ungkapan yang menyakitkan itu seperti “kepala beruban datang” atau “aku akan mengunjungi si tua” dan seterusnya. Yang dimaksud dengan “si kepala beruban” dan “si tua” itu tidak lain adalah ayah atau ibunya sendiri.

Penulis bertanya, “Apakah itu termasuk kategori qautan kariman (perkataan yang mulia)?!



Apakah jika Anda telah menjadi tua nanti, Anda rela dipanggil oleh anak-anakmu dengan sebutan seperti itu?

#                      #                      #                      #

Alangkah indah jika Anda memanggil kedua orangtua, terutama apada momen-momen istimewa seperti hari raya misalnya, dengan sebutan berikut; “Wahai ayahanda, Jazaka Allah khairan (semoga Allah membalas kebaikan kepadamu), “Wahai ibunda, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan memberi umur panjang untukmu! Engkau berdua telah mengasuh kami dengan penuh pengorbanan. Sekarang kami telah dewasa, tetapi di hadapanmu kami adalah anak kecil. Kami merasa terhormat berkhidmat kepada kalian bebas, dan bangga dengan perintah dan nasihat kalian berdua.”

Sesudah itu, lihatlah kebahagiaan yang terpancar dari wajah orangtuamu. Bahkan, tidak jarang apabila mereka sampai meneteskan airmata bahagia. [Syahida.com]

Sumber: Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani (Keramat Hidup: Orang Tua)

Share this post

PinIt
scroll to top