Ya Allah, Selamatkan Aku dan Keluargaku dari Bahaya

Advertisement

Foto : Nasib Pompeii yang mirip dengan kaum Nabi Luth

Syahida.com – Luth adalah anak Harun bin Tarikh, saudara lelaki Ibrahim. Ia beriman kepada Ibrahim dan menikahi wanita dari negeri pamannya, Ibrahim, dengan perintah dan izinnya. Kemudian Luth pergi ke kota Sodom yang merupakan bagian dan tanah Ghour Zaghur.

Penduduk kampung itu telah menciptakan suatu perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh siapa pun sebelumnya di dunia ini, yaitu melakukan hubungan seksual antar sesama lelaki. Allah swt mengutus Luth agar berdakwah kepada mereka untuk menyembah Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dan meninggalkan apa yang selama ini mereka sembah, seperti berhala dan melarang mereka untuk melakukan perbuatan hina itu, yakni berhubungan seks sesama lelaki.

Luth berkata kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an,

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan nista itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (al-A’raf [7]: 80-81)

Kaum Luth berkata,

“Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari kota ini; sesungguhnya mereka berpura-pura menyucikan diri.”

(al-A’raf [7]: 82)

Luth berkata kepada mereka,



“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (asy-Syu’ara’ [26]: 162-166)

Kaum Luth tidak memedulikan ajakannya dan tetap melanjutkan perbuatan mereka, bahkan mereka mengancam akan mengusir dan mengeluarkan Luth dari kampungnya. Mereka berkata,

“Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, kamu benar-benar termasuk orang-orang yang diusir.”

(asy-Syu’ara’ [26]: 167)

Luth berdoa kepada Allah untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an,

Luth berkata, “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu.” (Luth berdoa), “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan” (asy-Syu’ara’ [26]: 169)

Luth berdoa,

“Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (al-’Ankabut [29]: 30)

Allah mengabulkan doa Luth dan menyelamatkannya dari kaumnya yang ingkar, Allah juga menurunkan azab kepada mereka, sehingga kebinasaanlah bagi mereka. Hal ini menjadi bukti bagi generasi setelah mereka.

Allah swt juga membinasakan istri Luth. Ia binasa bersama kaumnya, disebutkan ia tidak beriman kepada Allah serta tidak mengikuti suaminya, nabi Allah dan rasul-Nya, bahkan ia mengikuti kaumnya, sehingga Allah menjadikannya perumpamaan (kaum istri Luth) bagi orang-orang kafir. Allah swt berfirman,

Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali istrinya. Kami telah menakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu) maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.

(an-Naml [27]: 57-58)

Kamu Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya). Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing.

(al-Qamar [54]: 33-34).

Mereka mengatakan, “Jibril meruntuhkan kota itu dengan ujung sayapnya yang di dalamnya terdapat kaum nabi Luth. Kemudian Jibril mengangkatnya sampai ke langit. Lalu ia membalikkannya kepada mereka sehingga mereka berada di bawahnya. Jibril juga menghujani kota itu dengan batu beracun dari Allah bagi orang-orang yang berlebihan, sehingga tidak ada yang selamat di antara mereka kecuali Luth dan kedua anak perempuannya.” (Lihat Ibnu Katsir, Qoshosh al-Anbiya dan 350 Kisah dari Qoshosh al- Anhiyi’ wal Mursalin). [Syahida.com]

Sumber: Agar Doa Dikabulkan Allah, Manshur Abdul Hakim 

Advertisement
Admin Syahida

Disqus Comments Loading...
Share
Kontributor:
Admin Syahida

Recent Posts

Perhatian Rasulullah SAW Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian ke-1)

Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…

4 tahun yang lalu

Perhatian Al-Quran Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat

Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…

4 tahun yang lalu

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…

4 tahun yang lalu

Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…

4 tahun yang lalu

Antara Samiri dan COVID-19

Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…

4 tahun yang lalu

Antara Doa Nabi Ibrahim AS, Doa Nabi Muhammad SAW, Wabah COVID-19, dan Dajjal

Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…

4 tahun yang lalu
Advertisement

This website uses cookies.