Kisah Nabi Yusuf (Bagian Ke-8) : Nabi Yusuf Dijebloskan ke Dalam Penjara

Advertisement

Syahida.com – Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّىٰ حِينٍ

وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ۚ ذَٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي ۚ إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ

وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَن نُّشْرِكَ بِاللَّهِ مِن شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ



يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَمَّا أَحَدُكُمَا فَيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا ۖ وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِن رَّأْسِهِ ۚ قُضِيَ الْأَمْرُ الَّذِي فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ

Maka Rabb memperkenankan doa Yusuf , dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu. Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, ‘Sesungguhnya, aku bermimpi memeras anggur,’ dan yang lainnya berkata, ‘Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.’ Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya, kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik.

Dia (Yusuf) berkata, ‘Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Rabb kepadaku. Sesungguhnya, aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka tidak percaya kepada hari akhirat. Dan mengikuti agama nenek moyangku; Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu.

Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Wahai kedua penghuni penjara, ‘Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku)’.” (Yusuf: 34-41).

Ilustrasi. (Foto : aptravelplus.ru)

Allah menuturkan tentang penguasa Mesir dan istrinya, setelah mengetahui Yusuf tidak bersalah, terlintas dalam pikiran mereka untuk memenjarakan Yusuf hingga waktu tertentu, untuk meredakan komentar-komentar orang terkait kasus ini, agar terkesan bahwa Yusuflah yang menggoda istrinya, hingga akhirnya ia dipenjara karenanya. Mereka memenjarakan Yusuf secara semena-mena dan sewenang-wenang.

Ini termasuk bagian dari takdir yang Allah tentukan untuk Yusuf, bagian dari perlindungan yang Allah berikan padanya, karena dengan cara ini Yusuf bisa menjauh dari pergaulan mereka.

Karena alasan ini, sebagian orang sufi menyatakan, seperti yang dituturkan Imam Asy-Syafi’i dari mereka, “Termasuk bagian dari ‘Ishmah (perlindungan dari perbuatan-perbuatan dosa) adalah jangan merasa sedih!”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara.” Ada yang menyatakan, salah satu di antara keduanya adalah pelayan yang biasa memberi minum raja, namanya, menurut salah satu sumber, Nabuwa, yang satunya adalah pelayan pembuat roti, yang oleh orang-orang Turki disebut Jasyinkir. Namanya, menurut salah satu sumber, Majlats. Raja menuduh keduanya terkait suatu kasus, lalu memenjarakan keduanya. Saat keduanya melihat Yusuf berada di dalam penjara, sifat dan perilaku Yusuf membuat keduanya kagum. Seperti itu juga dengan tindak-tanduk, jalan hidup, tutur kata dan perbuatan, banyak beribadah kepada Rabb, dan berbuat baik terhadap sesama yang diperlihatkan Yusuf. Hingga suatu ketika, kedua pemuda tersebut bermimpi sesuai profesi yang dijalani masing-masing.

Ahli tafsir menyebutkan, keduanya bermimpi pada malam yang sama. Pelayan yang biasa memberi minuman raja, bermimpi seakan melihat tiga dahan kurma mengeluarkan dedaunan dan tandan-tandan anggurnya sudah matang. Ia kemudian mengambil anggur itu dan memerasnya di dalam gelas milik raja, lalu memberikannya kepada raja. Sementara pelayan pembuat roti bermimpi, di atas kepalanya ada tiga lapis roti, lalu burung-burung buas memakan roti bagian atas.[1]

Kedua pemuda itu kemudian mengisahkan mimpi itu pada Yusuf dan memintanya untuk menjelaskan takwilnya. Keduanya mengatakan, “Sesungguhnya, kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik,”  Yusuf kemudian memberitahukan keduanya, ia mengetahui takwil mimpi itu. “Dia (Yusuf) berkata, ‘Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu,”  ada yang menyatakan, maknanya adalah meski kalian berdua melihat kesabaran seperti apa pun, aku tetap akan menakwilkan mimpi kalian sebelum mimpi itu menjadi kenyataan, dan akan terjadi tepat seperti yang aku katakan. Menurut yang lain, maknanya adalah aku akan memberitahukan makanan apa yang akan datang kepada kalian, apakah manis ataukah pahit, seperti yang dikatakan Isa, “Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.”  (Ali ‘Imran: 49).

Yusuf berkata kepada keduanya, “Ini adalah sebagian dari yang diajarkan Allah kepadaku, karena aku beriman kepada-Nya, mengesakan-Nya, mengikuti agama nenek moyangku yang mulia; Ibrahim Al-Khalil, Ishaq dan Ya’qub. “Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah karunia dari Allah kepada kami,”  yaitu karena telah menunjukkan kami kepada agama ini. “Dan kepada manusia (semuanya),”  yaitu dengan memerintahkan kami untuk menyeru manusia agama ini, menuntun dan menunjukkan mereka kepadanya, agama yang telah tertanam di dalam fitrah mereka, “Tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”

Yusuf Mengajak Kedua Rekannya untuk Bertauhid

Setelah itu, Yusuf menyeru untuk mengesakan Allah, mencela peribadatan kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla, menghina berhala-berhala dan mengentengkan hal ihwalnya. Yusuf berkata, “Wahai kedua penghuni penjara! Manakah ynag baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah,”  yaitu Dialah yang mengatur makhluk-Nya, berbuat sesuai kehendak-Nya, memberi petunjuk kepada siapa pun yang Ia kehendaki dan menyesatkan siapa pun yang Ia kehendaki.

Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia,”  semata tiada sekutu bagi-Nya, “Itulah agama yang lurus,”  agama dan jalan yang lurus, “Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” yaitu mereka tidak pendapat petunjuk kepada agama ini meski sudah jelas sekali.

Dakwah yang disampaikan Yusuf pada keduanya dalam situasi seperti itu amat sempurna sekali, karena mereka berdua mengagungkan itu, tepat sekali jika Yusuf menyeru keduanya menuju apa yang lebih berguna dari pertanyaan yang mereka ajukan.

Yusuf Menafsirkan Mimpin Kedua Rekannya di Penjara

Setelah itu Yusuf menunaikan kewajibannya dan menuntun menuju tujuan yang dimaksudkan. Yusuf berkata, “Wahai kedua penghuni penjara, ‘Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya,”  para mufassir menyatakan, dia adalah pelayan yang bertugas memberi minum tuannya, “Adapun yang seorang lagi dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya,” para mufassir menyatakanm, dia adalah pelayan yang bertugas membuat roti. “Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku),”  yaitu ini pasti terjadi dan tidak mustahil. Karena itu dalam sebuah hadist disebutkan, “Mimpi seseorang ibarat burung selama tidak ditakwilan. Jika ditakwilkan, mimpi itu menjadi kenyataan.[2]

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Mujahid, dan Abdurrahman bin Zaid bin Salam, kedua pemuda itu kemudian berkata, “Kami tidak bermimpi apa pun. Yusuf lalu berkata kepada keduanya, ‘Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku)’.”

Permintaan Yusuf Kepada Temannya yang Selamat

Dan dia (Yusuf) berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, ‘Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.’ Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya’.”  (Yusuf: 42).

Allah mengisahkan, Yusuf berkata kepada orang yang ia ketahui akan selamat di antara keduanya, dia adalah pelayan yang biasa memberi minum tuannya, “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu,”  yaitu sampaikan perihalku dan seperti apa kondisiku di dalam penjara kepada tuanmu bahwa aku sama sekali tidak punya salah. Ini menunjukkan, boleh melakukan sebab-sebab, dan hal ini tidak menafikan tawakal kepada Rabb seluruh tuan.

Firman-Nya, “Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya,”  yaitu setan membuat pemuda yang selamat di antara keduanya, lupa akan pesan yang disampaikan Yusuf. Demikian yang dinyatakan Mujahid, Muhammad bin Ishaq dan lainnya. Penjelasan ini benar, dan inilah teks yang tertera dalam kitab-kitab Yahudi Nasrani.

“Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya,”  ­al-bidh’u  adalah bilangan antara tiga hingga sembilam. Pendapat lain menyebut hingga tujuh. Ada juga yang menyebut hingga lima. Ada juga yang menyebut di bawah sepuluh. Demikian penjelasan yang disampaikan Ats-Tsa’labi. Pendapat lain menyebutkan, maksudnya ada beberapa wanita dan beberapa lelaki di dalam penjara.

Masa Penahanan Yusuf

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Karena itu dia (Yusuf) tetap dalam penjara beberapa tahun lamanya.”  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dalam beberapa tahun lagi.” (Ar-Rum: 4). Kedua firman ini menolak pernyataan Ats-Tsa’labi di atas.

Al-Farra’ menjelaskan, al-bidh’u bisa digunakan untuk puluhan, dua puluhan, hingga sembilan puluhan. Menurutnya, bilangan berikut tidak boleh bidh’ah-bidh’ah wa isyrun (dua puluh sekian) hingga sembilan puluhan. Dalam kitab Shahih disebutkan, “Imam itu ada enam puluhan sekian cabang.” Riwayat lain; “80 cabang, yang paling tinggi adalah ucapan ‘La illaha illallah,’ dan yang paling rendah adalah menyingkir ganguan dari jalan’.”[3]

Setelah jika ada yang menyatakan bahwa kata ganti dalam firman berikut merujuk kepada Yusuf, “Maka setan menjadi lupa meneragkan kepada tuannya.”  Pendapat ini dhaif, meski diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ikrimah.

Hadist yang diriwayatkan Ibnu Jarir terkait masalah ini, dhaif dari semua sisi. Hanya diriwayatkan Ibrahim bin Yazid Al-Khauri Al-Makki. Ia perawi matruk (riwayatnya tidak dijadikannya hujah oleh para ahli hadist pent). Riwayat mursal Hasan dan Qatadah juga tidak bisa diterima. Apalagi hadist yang ini. Wallahu a’lam.

Terkait pernyataan Ibnu Hibban dalam kitab shahih-nya terkait faktor yang membuat Yusuf mendekam di dalam penjara selama beberapa tahun sebagai berikut; Fadhl bin Habbab Al-Jumahi mengabarkan kepada kami, Musaddad bin Masrahad bercerita kepada kami, Khalid bin Abdullah bercerita kepada kami, Muhammad bin Amr bercerita kepada kami, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Semoga Allah merahmati Yusuf. Andai ia tidak mengatakan, ‘Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu,’ tentu ia tidak mendekam di dalam penjara selama itu. Semoga Allah merahmati Luth, ia berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu kulakukan).(Hud: 80). Beliau meneruskan, ‘Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun sesudahnya, melainkan orang yang paling mulia (nasabnya) di antara kaumnya’.”[4]

Hadist ini munkar dengan sanad di atas. Muhammad bin Amr bin Alqamah punya banyak hadist yang ia riwayatkan seorang diri dan riwayat-riwayat munkar. Matan di atas termasuk salah satu riiwayat yang paling munkar. Riwayat yang ada dalam kitab Shahihain memperkuat kekeliruan riwayat di atas. Wallahu a’lam.

=======

  1. Tafsir Ath-Thabari (ll/127).
  2. Ahmad dalam Musnad-nya (IV/10), Ibnu Majah, kitab: mimpi, bab: saat ditakwilkan, mimpi pasti menjadi nyata.
  3. Bukhari dalam kitab Shahih-nya, kitab: Iman, bab: Masalah-masalah iman, Muslim dalam kitab Shahih-nya, kitab: Iman, bab: Jumlah cabang iman.
  4. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya (Al-Ihsan bi Tartib Shahih Ibn Hibban, VIII/ 29)

===========

Bersambung……

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq

Advertisement
Admin Syahida

Disqus Comments Loading...
Share
Kontributor:
Admin Syahida

Recent Posts

Perhatian Rasulullah SAW Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian ke-1)

Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…

4 tahun yang lalu

Perhatian Al-Quran Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat

Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…

4 tahun yang lalu

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…

4 tahun yang lalu

Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…

4 tahun yang lalu

Antara Samiri dan COVID-19

Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…

4 tahun yang lalu

Antara Doa Nabi Ibrahim AS, Doa Nabi Muhammad SAW, Wabah COVID-19, dan Dajjal

Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…

4 tahun yang lalu
Advertisement

This website uses cookies.