Kisah Nyata : Telepon yang Menyengsarakan

Ilustrasi. (Foto : pixabay.com)

Ilustrasi. (Foto : pixabay.com)

Syahida.com – Telepon berdering dan seorang gadis mengangkatnya dengan tangan gemetar. Kening berkeringat dan hatinya berharap-harap cemas. Terdengar suara laki-laki asing yang berbicara dengannya. Ucapannya manis, penuh dengan angan-angan indah dan janji-janji bermadu untuk menumbuhkan hubungan erat antara keduanya, sementara kedustaannya telah menguasai akal dan hatinya. Keduanya menutup telepon itu setelah terjadi perkenalan. Seterusnya si gadis hidup dalam mimpi di siang hari.

Telepon berdering berkali-kali. Gadis itu sekarang telah berani melayani pembicaraan. Lalu ketika laki-laki itu mendengar suaranya dan dialah yang menelepon. Yakinlah dia bahwa gadis ini telah terjerat oleh perangkapnya. Selanjutnya dia meminta bertemu. Gadis ini menjawab dengan keluguan. Bagaimana? Mengapa? Aku takut? Dan mungkin? Keluargaku? Jawaban-jawaban kampungan, seolah-olah pemuda itu adalah satu-satunya harapan dalam hidupnya. Gadis ini menutup telepon dengan penuh kebingungan terhadap permintaan laki-laki itu: dituruti atau ditolak? Suaranya masih terngiang di kedua telinganya. Janjinya hanya bertemu dan melihat, tidak lebih. Dia berpikir keras. Dia meminta pendapat temannya yang buruk. Hasilnya, dia mengalah dengan mengirim surat berikut foto yang indah. Setelah surat itu berada di tangan pemuda, maka dia langsung menelepon untuk berterima kasih atas hadiahnya.

Telepon berdering. Hatinya berdegup karena deringnya. Siapa gerangan? Ternyata pemuda impiannya. Suaranya dan nada bicaranya telah berubah. Ia mengancam agar mau keluar bersamanya. Jika tidak, maka foto ini akan disebarluaskan. Penyesalan di dada, bagaimana dia memberinya umpan yang dengannya pemuda itu justru memancingnya. Sekarang, dia memintanya keluar bersamanya di bawah tekanan dan ancaman. Akhirnya, gadis malang ini menerima ajakannya. Dia sengaja membiarkan dirinya tertinggal oleh bus sekolah agar bisa jalan-jalan bersama kekasihnya di pagi hari. Alhasil, kekasihnya merenggut kesuciannya, menodai kehormatannya dan mengotori nama baik dan kemuliaannya. Sesudah itu dia diantarkan pulang dalam keadaan tidak mempercayai apa yang telah terjadi.

Gadis itu mengangkat gagang telepon. Dia ingin berbicara kepada si pemuda tentang apa yang telah terjadi. Tetapi cara dia berbicara terlihat ogah-ogahan. Dia melihat gadis itu seperti bunga yang telah dihisap putik sarinya, layu kemudian dibuang. Dia mengangkat pedang kehinaan dan kenistaan lalu menancapkannya di hati dan perasaannya. Pembicaraan dengan pemuda itu berlangsung lama dengan tetesan air mata kepedihan. Gadis itu mengingatkannya tentang janji-janjinya melalui telepon. Bahwa dia adalah pemuda impiannya, dan dirinya adalah pendamping hidupnya serta calon ibu dari anak-anaknya. Sambil tertawa dia menjawab, “Waniita mana yang berbicara denganku, dia pasti berbicara dengan orang lain. Dan wanita mana yang keluyuran bersamaku, dia pasti keluyuran dengan orang lain. Menjalin hubungan denganmu dengan cara seperti ini adalah memalukan, apalagi telah terjadi semuanya.”

Pemuda itu menutup telepon, mencampakkannya untuk selamanya setelah merampas satu perhiasan yang paling pada dirinya. Gadis ini menangis penuh penyesalan, sementara dia tertawa sinis setelah mengambil kenikmatan darinya.

Gadis ini menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam. Mengapa dia meladeni pembicaraannya dan menyimak teleponnya? Dia sekarang membiarkannya menanggung malu sendirian setelah keduanya mereguk kenikmatan beberapa saat. Dia pergi dan dirinya menelan kepedihan sendiri. Inilah kenikmatan haram. Langkah seribu mil dimulai dengan satu langkah, dan sesudahnya adalah beberapa langkah yang sulit untuk ditinggalkan.

Mutiara yang terjaga mengetahui apa yang ada di balik pesawat telepon, ajakan berkhianat dan berenang di lumpur penuh dosa. Dia mengetahui kalau dia akan memuji kecantikannya. Tetapi jika dia telah mendapatkan sesuatu darinya, maka dia membuangnya sambil berkata, ‘Wanita murahan’. Dia menyanjungnya sebagai ratu kecantikan. Dan jika dia telah menodainya, dia bilang, “Wanita terburuk.”

Betapa banyak gadis yang hanya karena telepon, dia hidup terpenjara di rumah dengan memikul aib dan tidak ada yang datang melamarnya.



Telepon membawa daftar kerugian di bawah bayangan penyesalan, ai mata dan kenistaan, hanya demi seorang pemuda yang cuma bermain-main dengannya. Padahal harga yang harus dibayar oleh kehormatannya.

Telepon ada awal keisengan dan akhir yang menyesakkan.

Firman Allah,

Dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami  mereka…” (QS An-Nur: 31).[1]

  1. Al-L’luah Al Maknunah, hlm 38-40

 

Hikmah :  Wahai wanita Islam, sebuah fitnah besar telah dirancang demi mengubah dirimu, bermain-main dengan tubuh dan kehormatanmu. Kisah nyata ini adalah fakta besar. Betapa gadis-gadis muslimah di negeri-negeri Islam yang memegang tradisi tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan syar’i bisa terenggut kesuciannya oleh para pemuda yang hatinya keras, gelap dan busuk. Berlindunglah kepada Tuhanmu! Karena tidak ada yang dapat menyelamatkanmu kecuali Allah Ta’ala.

Sumber: Khalid Abu Shalih (Waspadalah Putriku, Serigala Mengintaimu!)

Share this post

PinIt
scroll to top