Kisah Abdullah Ibn Zubair | Sang Tentara Allah | Mengharukan

az-zubair-psnSyahida.com – Dia adalah seorang sahabat dan cucu dari seorang sahabat. Ibunya adalah Asma, putri Abu Bakar, dan bibinya adalah Aisyah r.a, ibu dari orang-orang beriman. Neneknya dari sisi bapaknya adalah Sofia binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW. Dari sisi ayahnya, kakeknya adalah Al-Awwam bin Khuwailid, saudara Khadijah r.a. Dia lahir di tahun Hijriah, dan dia adalah lelaki pertama yang lahir kepada umat Muslim setelah hijrah. Karena ketika umat Muslim berhijrah ke Madinah, umat Yahudi Madinah menyebarkan rumor bahwa, “Kami telah melakukan sihir kepada umat Muslim, sehingga mereka tidak akan punya anak laki-laki.” Mereka menyebarkan kabar ini. Dan setelah umat Muslim tiba di Madinah, setiap bayi yang lahir adalah wanita, dan setiap bayi laki-laki yang lahir, maka dia langsung meninggal. Sehingga orang-orang mulai percaya bahwa kaum Yahudi memberikan kutukan kepada umat Muslim, dan umat Muslim akan tamat riwayatnya karena mereka tidak bisa melahirkan bayi laki-laki.. Jadi orang-orang mempercayainya.

Pada saat itu, Asma sebagai putri Abu Bakar r.a, dia berada di hari terakhir kehamilannya, dia melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat, Abdullah ibn Zubair, dan dia tidak meninggal. Jadi umat Muslim sangat senang melihatnya dan mereka membawanya kepada kakeknya, Abu Bakar, dan dia menggendongnya dan umat Muslim mengikuti mereka. Mereka mengangkat anak ini dan bertakbir di sekitar Madinah, berkata, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Kemudian Abu Bakar r.a memberikannya kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW mengambil sebuah kurma, mengunyahnya dan menyuapi bayi itu. Dan Rasulullah SAW menamainya Abdullah! Orang-orang sering mengatakan bahwa dia mirip dengan kakeknya, yaitu Abu Bakar, melebihi siapapun. Dan kata pertama yang diucapkan Abdullah ibn Zubair ketika dia masih anak-anak adalah, “Pedang”. Dia dibesarkan dalam rumah seorang ksatria dan kata pertama yang dia ucapkan adalah “Pedang”. Mereka berkata bahwa dia tidak pernah meninggalkan pedang, dia terus menerus mengatakan pedang atau bermain dengan pedang. Karenanya dia menjadi salah satu ksatria terhebat, dan orang-orang mengatakan bahwa kau tidak bisa menantang Abdullah ibn Zubair dengan tiga hal: keberanian, ibadah dan kesopanannya.

Jika kita melihat dalam kitab fiqih, jika kita melihat bab tentang khusyu’, maka kita akan selalu menemukan riwayat dari Abdullah ibn Zubair r.a, karena dia tidak pernah bergerak dalam shalatnya, mereka menyebutnya bahwa ketika dia sedang shalat, maka burung-burung akan datang dan hinggap padanya, mengira bahwa dia adalah bagian dari pohon. Seorang saksi mata berkata, “Pada suatu waktu, Abdullah ibn Zubair sedang bersujud, dan ketika dia sedang bersujud, aku membaca Surat Al Baqarah dan Ali Imran, An-Nisaa, dan Al-Maidah, dan dia tetap tidak mengangkat kepalanya dari sujud.”

Jadi sekarang mereka membaiat Abdullah ibn Zubair dan dia pergi kepada ibunya, Asma, putri Abu Bakar r.a. Dan dia pergi kepada ibunya sedangkan ibunya berumur lebih dari 100 tahun dan buta. Ketika dia masuk dalam ruangannya, dia mengucapkan salam dan ibunya menjawab salamnya, kemudian ibunya bertanya, “Sudah sampai di mana orang-orangnya Al-Hajjaj?” Dan dia berkata, “Ya ibuku, dalam kematian aku menemukan ketenangan dan kedamaian. Wahai ibuku, semua sahabatku telah meninggalkanku, sampai-sampai keluarga dan anak-anakku sendiri telah meninggalkanku, dan hanya ada sebagian kecil orang yang menemaniku. Dan orang-orang siap memberikan apapun yang kuinginkan dari dunia. Artinya mereka membolehkan aku pergi kemanapun yang aku suka. Apakah pendapatmu wahai ibu?” Dan ibunya berkata, “Wahai anakku, kau lebih tahu tentang keadaanmu daripada aku, tapi aku ingin mengatakan: Jika kau berada di jalan kebenaran, maka matilah seperti sahabat-sahabatmu.” Ini adalah puteranya, dan ibunya berkata kepadanya, “Jika kau berada dalam jalan kebenaran, maka matilah seperti matinya sahabat-sahabatmu. Berapa lama kau akan tinggal di bumi? Terbunuh itu lebih baik!” Ini adalah seorang ibu yang menasehati anaknya agar terbunuh dan tetap teguh dalam keimanan, dan berkorban untuk Allah. Jadi dia berkata kepada ibunya, “Aku khawatir jika penduduk As-Syam membunuhku, maka mereka akan merusak jenazahku dan menyalibku.” Jadi ibunya memberitahu, “Wahai anakku, seekor domba yang telah mati tidak merasakan sakit ketika dikuliti.” (Artinya setelah kematian, sudah tidak terasa sakit lagi jika dikuliti). “Jadi pergilah dan minta pertolongan pada Allah.” Ketika ibunya berucap begitu, dia berdiri dan mengecup kening ibunya. Dan dia berkata, ‘Wahai ibuku, demi Allah, ini adalah pendapatku, dan aku tidak punya nafsu untuk hidup di dunia ini, karena keinginanku adalah akhirat dan di sepanjang hidupku, aku berpegang teguh pada kebenaran, tapi yang kutahu adalah pendapatmu, sehingga pendapatmu menguatkan pendapatku.”

Kemudian ibunya berkata, “Mendekatlah anakku.” Ketika dia mendekati ibunya, dia memeluknya dan ibunya merasakan sebuah baju besi yang dikenakannya, dan ibunya berkata, “Wahai anakku, apa ini? Karena orang-orang yang menginginkan syahadah, tidak mengenakan ini. Ini bukanlah tindakan seseorang yang menginginkan mati syahid, dan itulah yang kau inginkan.” Jadi ia memberitahu ibunya, “Aku mengenakannya hanya agar kau tidak khawatir akan diriku.” Kemudian ibunya berkata, “Lepaskan itu. Dan kencangkan pakaianmu sehingga auratmu tidak terlihat.”

Dan Abdullah pergi sambil berkata, “Jika aku mengetahui hari di mana aku akan mati, aku akan bersabar akannya.” Ibunya mendengarnya dan berkata, “Bersabarlah Abdullah, insya Allah, karena kakekmu adalah Abu Bakar, dan ayahmu Az-Zubair, dan nenekmu adalah Sofia, putri dari Abdul Muthalib.” Jadi dia pun pergi berperang.

Riwayat menyebutkan bahwa pada hari itu, Abdullah ibn Zubair berperang layaknya kekuatan 1000 orang. Dia berperang dan semua teman-temannya berperang dan mereka semua berperang sampai mereka terbunuh. Salah satunya yang melindungi Ibn Zubair adalah seseorang yang berperang dengan paling gigih seperti singa, dan merupakan temannya yang terakhir meninggal, adalah Abdullah ibn Muti, karena Abdullah ibn Muti pernah melarikan diri di Perang Al-Harrah di Madinah. Itu adalah perang yang sangat ganas di Madinah. Pada saat itu dia melarikan diri, dan hal ini membuat Abdullah ibn Zubair pedih hatinya melihat temannya melarikan diri di pertempuran yang sulit. Abdullah ibn Muti bertarung dan berkata, “Aku melarikan diri di perang Harrah, dan seorang merdeka hanya melarikan diri pada satu kesempatan.” Jadi dia tidak mau melarikan diri lagi pada hari ini, tahun ke-73 setelah Hijrah, dan setelah dia meninggal, Ibn Zubair masih bertarung seorang diri.



Riwayat menyebutkan bahwa Abdullah ibn Zubair, dari siang sampai malam DIA BERTARUNG!. Dia bertarung seorang diri sedangkan dia berumur 73 tahun! Dan musuh tidak mampu membunuhnya. Setiap kali musuh menyerangnya, dia menyerang kembali, sampai musuh berkata, “Wallahi, kami belum pernah melihat pertarungan seperti ini, dia setara dengan 1000 orang!” Dan musuhnya mengatakan, karakteristik dan perilaku Abdullah ibn Zubair, terlihat seperti ayahnya, Az-Zubair ibn Awwam r.a.

Kemudian datanglah waktunya shalat, dan dia memberitahu kepada mereka, “Biarkan aku shalat.” Jadi mereka membiarkannya dan dia pun shalat. Selagi dia shalat, sebagian dari mereka mengambil batu, dan melemparnya kepadanya ketika dia sedang shalat, dan sebagian batu itu mengenai tepat ke wajahnya, tapi dia tidak bergerak, dia tidak bergerak sedikitpun di sepanjang waktu dia shalat. Batu-batu itu mengenai wajahnya, dan mendarat di dekatnya, sedangkan dia tidak bergerak, dialah yang disebutkan dalam hadits, punya kekhusyukan dalam shalatnya. Kemudian pertempuran pun berlanjut, keseluruhan pasukan Al-Hajaj melawan satu orang dan seluruh pasukan melawannya, dari Subuh sampai Maghrib, seluruh pasukan tidak bisa mengalahkan satu orang! Hal ini menunjukkan betapa tangguhnya dia sebagai kesatria! Jadi mereka mulai melemparinya dengan batu, dan sebuah batu besar mengenai kepalanya dan dia terjatuh. Dia terjatuh ke tanah dan masih terus bertarung. Kemudian mereka memotong kakinya dan akhirnya membuatnya mati syahid.

Riwayat menyebutkan bahwa ketika mereka membunuhnya, Mekkah pun meledak dengan tangisan. Subhanallah, ketika dia lahir, Madinah pun meledak dengan kebahagiaan dan ketika dia meninggal, Mekkah pun meledak dengan tangisan. Dan Hajjaj ibn Yusuf as Tsaqafi bangkit dan berkata, “Wahai orang-orang, ketahuilah bahwa Abdullah adalah manusia terbaik, tapi ketika dia memberontak melawan khalifah, maka dia harus disingkirkan dari Mekkah, karena Adam adalah manusia terbaik, dan ketika dia memberontak melawan perintah Allah, dia mengusir dari surga, sedangkan Adam lebih baik daripada Zubair, dan surga lebih baik daripada Mekkah.” Dia menghasut orang-orang, sifat orang-orang yang suka menghasut adalah mereka selalu memberikan perumpamaan yang memfitnah. Dan tidak ada seorang pun yang lebih suka menghasut daripada Al-Hajjaj ibn Yusuf as-Tsaqafi, dia adalah penghasut paling jahat. Kemudian riwayat menyebutkan bahwa Hajaj menghampiri ibu Abdullah ibn Zubair r.a dan dia ingin membuatnya bersedih. Dia berkata, “Bagaimana Allah telah menghancurkan musuh-musuh-Nya.” Dan Asma r.a berkata, “Kau mungkin merusak dunianya, tapi dia telah merusak akhiratmu.”

Kemudian Hajaj mengambil jasadnya dan dia menggantungnya di jalan masuk Kota Mekkah. Sehingga orang-orang yang melintas. Ibnu Umar r.a melintas dan para pasukan bertakbir, mereka berkata, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Jadi dia berkata kepada mereka, “Kau bertakbir atas kematiannya, demi Allah, aku melihat umat Muslim bertakbir atas kelahirannya. Demi Allah, orang-orang yang bertakbir ketika dia lahir, lebih baik daripada orang-orang yang bertakbir atas kematiannya.” Dan setiap kali dia melintas dan melihat jenazahnya digantung, dia berkata, “Assalaamu’alaika ya aba Khubaib”, sebanyak tiga kali dan semua penduduk Mekkah memberi salam kepadanya setiap kali mereka lewat. Dan orang-orang berseru kepada Al-Hajaj, “Turunkan dia!” Tapi Hajaj berkata, “Tidak! Sampai ibunya memohon kepadaku!”

Kemudian riwayat menyebutkan bahwa ada bau harum yang berasal dari tubuhnya yang telah dimutilasi, dan yang dilakukan orang-orangnya Hajaj adalah mereka mengikatkan seekor kucing di sekitar pinggangnya, seekor kucing mati. Dan riwayat menyebutkan bahwa bau harumnya begitu semerbak sehingga bahkan mengalahkan bau bangkai kucing itu.

Kemudian mereka menghampiri Al-Hajaj dan berkata, “Al-Hajaj, turunkan tubuhnya, sekarang sudah berhari-hari.” Dan Hajaj berkata, “Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan menurunkannya sampai Asma r.a datang dan memohon kepadaku.” Dan ketika mereka memberitahu Asma r.a, dia berkata, “Bawalah aku ke tempat jenazah anakku.” Hal ini karena Asma buta. Jadi mereka membawanya ke tempat jenazah anaknya dan dia berdoa untuk anaknya. Lalu dia berkata, “Bukankah ini saatnya, ksatria Allah ini, diizinkan turun dari kudanya?”

Dan ketika mereka memberitahu Hajaj apa yang telah dikatakan ibunya Zubair, dia merasa begitu kerdil, dia tahu bahwa dia telah kalah dalam perangnya, dan kemudian dia menurunkan jasad Abdullah ibn Zubair r.a.

Inilah seorang pria yang hidup dan mati untuk Allah SWT. Asma r.a adalah ibunda dari Abdullah ibn Zubair, meninggal hanya beberapa hari setelah kematian anaknya. Semoga rahmat Allah selalu menyertai mereka. [ANW/Syahida.com]

Share this post

PinIt
scroll to top