Bagaimana Kondisi Bumi dan Manusia Ketika Hari Kiamat Tiba?

Ilustrasi.

Ilustrasi.

Syahida.com

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا ﴿١﴾ وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا ﴿٢﴾وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا ﴿٣﴾ يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا ﴿٤﴾ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا ﴿٥﴾ يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ ﴿٦﴾فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS. Al Zalzalah: 1-8)

Ibnu ‘Abbas r.a menafsirkan ayat, { إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا } “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat).” Yakni bumi bergerak dari bawah. 1 { وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا } “Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban (yang dikandung)nya,” yakni bumi melontarkan semua mayat yang terdapat di dalamnya. Beberapa kalangan ulama Salaf mengatakan demikian.

Ayat tersebut serupa dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,  “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu, sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.” (QS. Al-Hajj: 1) Dan seperti firman-Nya,  “Dan apabila bumi diratakan. Dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaaq: 3-4)

Muslim meriwayatkan dalam Shahiih-nya dari Abu Hurairah r.a, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bumi menyemburkan segala isi perutnya semisal tiang-tiang yang terbuat dari emas dan perak. Maka datanglah seorang pembunuh, ia berkata, ‘Dalam hal ini (emas dan perak) aku membunuh.’ Dan datanglah seorang pemutus silaturrahim, ia berkata, ‘Dalam hal ini (emas dan perak) aku memutuskan ikatan rahimku.’ Dan datanglah seorang pencuri, ia berkata, ‘Dalam hal ini (emas dan perak) tanganku dipotong.’ Kemudian mereka membiarkan emas perak itu, tidak mengambil sedikit pun darinya.” 2

Selanjutnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, { وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا } “Dan manusia bertanya, ‘Apa yang terjadi pada bumi ini?” Manusia tidak percaya ketika bumi bergoncang, karena sebelumnya bumi ini tenang, diam dan kokoh sementara dia tinggal di permukaannya. Namun tiba-tiba saja keadaan berbalik. Bumi bergoncang dengan hebat dan dahsyat. Sungguh telah tiba waktunya, apa yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada bumi, berupa goncangan hebat yang tidak bisa dihindari lagi. Kemudian bumi melontarkan seluruh mayat dari kalangan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian. Ketika itu manusia tidak mempercayai hal itu bisa terjadi, dan bumi diganti dengan bumi yang lain, begitu juga dengan langit. Mereka bermunculan dari dalam perut bumi untuk menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Selanjutnya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,” yakni bumi memberitahukan tentang apa yang telah diperbuat oleh manusia di permukaannya,

Imam Ahmad, at-Timidzi dan Abu ‘Abdirrahman an-Nasa-i meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Rasulullah SAW membaca ayat ini, “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,” beliau bersabda:



“Tahukah kalian apa beritanya?”

Para sahabat menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda:

“Sesungguhnya beritanya adalah bahwa bumi bersaksi tentang apa yang telah diperbuat oleh setiap manusia di muka bumi, dengan mengatakan bahwa orang ini telah berbuat begini dan begitu, pada hari begini dan begitu. Begitulah berita yang disampaikan oleh bumi.” Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Hadits shahih gharib.” 3

Selanjutnya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala { بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا } “Karena sesungguhnya Rabb-mu telah memerintahkan  (yang demikian itu) padanya.” Al-Bukhari berkata, “Kalimat  أَوْحَىٰ لَهَا  dan “auhaa ilaihaa” itu satu makna.” 4 Demikian juga Ibnu ‘Abbas berkata, “Kalimat  أَوْحَىٰ لَهَا yakni “auhaa ilaihaa5 Yang jelas kalimat tersebut mengandung makna “memberikan izin kepadanya”.

Syabib bin Bisyr berkata dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas r.a tentang ayat, “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya.” Dia berkata, “Yakni, Allah berfirman kepada bumi, ‘Katakanlah,’ maka bumi pun berkata (menyampaikan beritanya).” 6 Menafsirkan  أَوْحَىٰ لَهَا , Mujahid berkata, “Yakni Allah SWT memerintahkan kepada bumi.” 7 Al-Qurthubi berkata, “Yakni, Allah memerintahkan bumi agar terbelah.”

Selanjutnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, { يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا } “Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok.” Yakni manusia kembali dari tempat hisab masing-masing secara berkelompok-kelompok dan bermacam-macam. Ada yang sengsara, karena orang ini diperintahkan menuju Neraka. Ada pula yang berbahagia, karena diperintahkan menuju Surga. As-Suddi berkata, “Lafazh أَشْتَاتًا artinya secara bergolong-golongan. 8

Selanjutnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala {.لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ } “Untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.” Yakni, agar mereka dibalas sesuai dengan amal mereka masing-masing pada waktu di dunia. Amal baik dibalas baik, dan amal buruk dibalas buruk. [Syahida.com/ANW]

Catatan kaki:

1 Ad-Durrul Mantsuur (VIII/592).

2 Muslim (1013).

3 Ahmad (II/374). [Ahmad (No. 8867), sanadnya dha’if, Musnad Imam Ahmad, tahqiq Syaikh Syu’aib al-Arna-uth dan kawan-kawan, cetakan Mu-assasah ar-Risalah, Beirut]. Tuhfatul Ahwadzi (IX/285) dan an-Nasa-i dalam al-Kubraa (11693). [At-Tirmidzi (No. 3353) dan an-Nasa-i (No. 11693)].

4 Fat-hul Baari (VIII/598)

5 Ath-Thabari (XXIV/549)

6 Ad-Durrul Mantsuur (VIII/592)

7 Ath-Thabari (XXIV/548)

8 Ad-Durrul Mantsuur (VIII/593)

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 9, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top