Curhat Istri: Suamiku Tidak Pernah Memuji dan Memotivasiku

Ilustrasi. (Foto: vi.sualize.us)

Ilustrasi. (Foto: vi.sualize.us)

Syahida.com – Bukan rahasia lagi, kata memiliki kekuatan untuk memompa spirit cinta dan kasih sayang di antara manusia. Alangkah indahnya jika hal itu terjadi pada suami istri, dan lebih khusus lagi dari seorang suami kepada istrinya.

Andai suami bertanya kepada dirinya, berapa kali ia memuji tugas yang dikerjakan istrinya di rumah, jawabannya pasti jarang sekali. Padahal, motivasi memiliki peranan dan pengaruh yang besar dalam mendorong cita-cita dan menumbuhkan semangat. Ia ibarat energi yang menggerakkan kehidupan dan membangkitkan kegembiraan.

Seorang istri, sebagaimana umumnya wanita, pasti mengharapkan ada seseorang yang mau mengakui peranan dan eksistensinya. Ia juga mengharapkan ada seseorang yang mendorongnya untuk maju.

Pada dasarnya seorang istri adalah seorang yang mandiri. Ia juga memiliki berbagai pandangan dan pendapat sendiri. Namun, secara umum ia adalah pribadi yang lembut dan lebih mengedepankan perasaan dan emosinya. Selebihnya, ia adalah pribadi yang mudah diarahkan oleh orang yang menguasai seni kepemimpinan.

Bagi Anda para suami, Anda mudah mengajaknya untuk meraih tujuan bersama bila mampu menguasai emosinya, mengendalikan perasaannya, serta menyelami pemikirannya. Pada dasarnya, seorang istri tidak akan membuat susah hidup suaminya. Namun, ia akan berbuat demikian bila jiwa dan fisiknya tertekan. Begitulah tabiat wanita. Dalam beberapa keadaan wanita mudah terguncang dan sentimentil, seperti saat haid misalnya. Hiruk pikuk anak juga dapat memengaruhi kemampuannya untuk bersabar dan menanggung beban.

Jika istri adalah anggota keluarga yang pertama bangun dan terakhir tidur, tidakkah ia berhak mendapatkan penghargaan, penghormatan, dan motivasi dari suaminya. Dengan begitu ia merasa dihargai. Semua kepenatannya pun hilang dan semangatnya tumbuh kembali. Kepercayaan dan kemampuan menanggung beban pun semakin kuat.

Ketika semua anggota keluarga sakit, kehidupan rumah tangga tetap berjalan. Namun, jika istri yang sakit, roda kehidupan pun terhenti.

Perlu dipahami, wanita juga memiliki pandangan dan pemikiran tentang kehidupan yang akan ia bela. Hal itu biasanya berdasarkan pengalaman yang ia miliki.



Seorang istri juga memiliki karakter kecantikan tersendiri. Bukankah kecantikannya berhak mendapatkan sanjungan agar aura kecantikan itu tidak padam? Sebagian istri kadang mengeluh ketika telah menghabiskan banyak waktu untuk berhias dan memakai pakaian yang terindah, kemudian berdiri di hadapan suaminya, tapi seakan ia berdiri di depan benda mati yang tak bergerak.

Di manakah perasaan dan simpati suami? Apakah ia telah terkubur setelah malam pernikahan? Ataukah sebenarnya perasaannya tergerak namun tidak mampu mengungkapkannya karena tidak terbiasa.

Ada seorang istri yang berkata, “Sering aku mengangankan suamiku membuatku bergembira dengan satu pujian. Akan kupajang itu di rumah sebagai medali yang berharga.”

Pernah seorang wanita menyanjung kecantikan temannya. Setelah berterima kasih, temannya itu pun mengatakan, “Andai saja suamiku melihat dengan matamu.” Mendengar ucapannya itu, teman yang lain menimpali, “Kasihan sekali wanita yang cantik itu, suaminya tidak dapat melihat kecantikannya.”

Ada suami yang mengeluhkan istrinya yang tidak memerhatikan penampilannya dan tidak mau berhias untuknya. Ia justru memerhatikan penampilan saat akan mengunjungi kerabatnya. Jawabannya, mungkin karena kerabatnya bisa membuat si istri tersebut tersanjung dengan kecantikannya.

Banyak suami tidak melakukan itu karena tidak terbiasa. Ia jarang pula melihat atau mendengar ayah atau kerabatnya memuji kecantikan istrinya.

Sementara itu, seorang wanita merasa kecewa bila suaminya bersikap dingin dan tidak menghargainya.

Pernah terjadi seorang wanita dipuji oleh seseorang, “Kamu cantik sekali!” Wanita itu menjawab, “Suamiku bisa menilai segala sesuatu kecuali kecantikanku. Ia terkena penyakit buta kecantikan.”

Ada seorang wanita yang bertanya kepada suaminya, “Kenapa kamu tidak menyanjung kecantikanku sebagaimana sebelum menikah denganku?” Suami itu menjawab dengan bergurau,  “Sungguh, telah habis kata-kata pujian dari laut kecintaan yang aku miliki. Aku menggunakan pujian itu sebagai senjata untuk memasukkanmu ke dalam sangkar pernikahan dan mengikatmu. Sekarang semua itu sudah tercapai, untuk apa kupasang umpan untuk ikan yang sudah tertangkap.”

Seorang istri menyatakan, “Seorang istri sedang dan merasa tersanjung dengan orang yang menghargai kecantikannya serta memerhatikan kemolekan tubuh dan pakaiannya, juga merespons kegenitannya. Seorang wanita akan sangat bahagia ketika suaminya menyanjung karena pakaian dan pekerjaannya sebab ia telah bersusah payah mempercantik diri dan memperbaiki penampilannya. Ia membutuhkan seseorang yang memetik buah usaha kerasnya tersebut dengan ucapan penghargaan dan sanjungan.

Seorang istri butuh dihargai atas eksistensi dan usaha kerasnya. Hasil usahanya juga perlu dihargai. Istri senang jika penampilannya diakui oleh seseorang di sekitarnya, terutama suaminya. Motivasi dan keceriaan dapat mendorong seorang istri bersemangat memperbaiki penampilan luar dan dalamnya di hadapan suaminya.”

Oleh karena itu, kepada para suami, marilah kita ambil faedah dari nasihat ini, lalu mengaplikasikannya kepada istri kita. [Syahida.com/ANW]

“Seorang wanita akan sangat bahagia ketika suaminya menyanjung karena pakaian atau pekerjaannya sebab ia telah bersusah payah mempercantik diri dan memperbaiki penampilannya.”

==

Sumber: Buku Suamiku, Dengarkanlah Curahan Hatiku. Isham Muhammad Syarif, AQWAM.

 

Share this post

PinIt
scroll to top