Hamba-Hamba Tuhan Yang Maha Penyayang Itu Ialah Orang-Orang Yang Berjalan di Atas Bumi dengan Rendah Hati

sendiri-3

Ilustrasi. (Foto: flickriver.com)

Oleh: Ust. Nouman Ali Khan

Syahida.com – 

وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا﴿٦٣

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al Furqan ayat 63)

Allah menyebutkan di akhir surat yang ke-25, ayat yang menerangkan tentang hamba dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Allah memiliki banyak nama, Allah memiliki banyak sifat. Allah biasanya memanggil manusia dengan sebutan, ‘Hamba Allah’, tapi di sini Allah memanggil dengan ‘Hamba dari Tuhan Yang Maha Penyayang’, maka itu artinya manusia yang Allah maksudkan di ayat ini adalah yang berkaitan dengan kasih sayang yang luar biasa dari Allah. Jadi hamba dari Tuhan Yang Maha Memelihara, yang amat mencintainya, yang terus menerus menunjukkan kasih sayangnya yang tak terkira. Artinya, ini adalah orang-orang yang spesial. Yang sedang dijelaskan di ayat ini adalah manusia yang amat sangat spesial. Semua orang yang beriman itu spesial, tapi manusia yang dijelaskan di ayat ini amat sangat luar biasa.

Jadi, sifat pertama yang harus kamu miliki agar kamu tergolong ke dalam ‘Ibadurrahmaan’ adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan segala kerendahan hati  (haunan), berjalan dengan lembut dan mengakui adanya kekurangan dalam diri. Karena biasanya saat kita berhasil mengerjakan sesuatu, kita merasakan adanya kekuatan dan merasa berkuasa, maka di saat seperti itulah kita seharusnya menerapkan kerendahan hati kita. Inilah yang pertama.

Dan ‘Haunan’ juga bermakna, “Kamu tidak berusaha pamer kekuatanmu di depan orang lain.” Allah membicarakan hal ini di banyak tempat di Al Qur’an. Misalnya, “Merendahkan diri di hadapan orang tuamu.” Apa maksudnya? Maksudnya saat kamu dewasa, kamu memiliki karir, uang, mobil dan rumah, dan orangtuamu sudah pensiun dan tua, maka jelas kamu lebih kuat dari orangtuamu yang lemah. Tapi kamu tidak boleh terlihat berlebihan mengepakkan sayapmu dan kamu harus sopan di depan orangtuamu. Perlihatkan sifat rendah hatimu.

Baru-baru ini saya bertemu seseorang ketika sedang bepergian. Lalu ada seseorang yang menjemput kami di bandara dan dia mengantarkan kami kemanapun. Orang ini sungguh terlihat seperti pelayan. Mengantar kami kemanapun. Mencari makan, mengantar kajian, ini dan itu… dan berkata, “Ada lagi yang bisa saya bantu? Boleh saya ambilkan makanan?” Dia sangat rendah hati. Dan di akhir perjalanan, kami baru tahu kalau orang ini adalah orang kaya yang punya uang 700 juta dollar. Saya benar-benar tidak percaya, bagaimana dia bisa serendah hati ini? Ada juga orang yang ‘hanya’ punya uang 700 ribu dollar, tapi dia seperti penguasa dunia. Tapi orang yang kaya tadi, kerendahan hatinya sungguh mencengangkan saya. Bagaimana itu bisa terjadi? Dan ini mengingatkan saya pada ayat ini. Itu tentang ayat yang pertama. ‘Ibadurrahman



Bentuk kerendahan hati adalah tidak pamer kekuatan finansial, dan juga tidak pamer kekuatan fisik yang mengintimidasi, juga tidak pamer kemampuanmu dalam hal mengalahkan lawan bicara. Mungkin kamu orang yang agresif, tidak ramah dan senang mengejek orang, kamu berusaha menundukkan seseorang di muka umum. Tenang dan tahan dirimu untuk tidak melakukannya. Karena, itu adalah bentuk kesombongan, karena kamu menundukkan seseorang dengan lidahmu, kamu bisa menundukkan seseorang dengan mulutmu. Kamu tahu letak kelemahan dia dan kamu serang dia dengan apa yang kamu tahu. Jangan kamu lakukan itu. Mungkin apa yang kamu tahu itu baik untukmu, tapi kamu tidak perlu berusaha membuktikan diri. Misalnya, seorang guru tidak perlu membuktikan pada muridnya bahwa dia banyak tahu. Pekerjaan guru ya berusaha mengajar saja. Kamu tidak perlu mengatakan kepada semua orang tentang kemampuanmu, kamu tidak perlu begitu. Jadilah dirimu sendiri, dan berusahalah rendah hati. Bahkan sebaliknya cobalah untuk sembunyikan kemampuanmu, bila itu rasanya akan membuat orang lain merasa takut. Ini adalah tentang ‘Haunan.’ Lalu ada bagian lainnya yang amat saya suka.

وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (Al Furqon: 63). Perhatikan setiap kata yang ada di sini. Di kajian singkat ini akan saya terangkan arti setiap katanya. Kata ‘idza’ itu berarti ‘ketika’ bukan ‘jika’. Yang artinya, kondisi ini tak mungkin dihindarkan, pasti akan terjadi, kamu pasti akan mengalaminya. Kondisi seperti apakah ini? Yaitu saat orang-orang yang tak bisa mengontrol emosinya, saat ada orang-orang yang menjengkelkan, saat ada orang yang kasar ucapan dan perilakunya. Saat ada orang-orang semacam itu menyapamu, dan ini pasti akan terjadi. Mustahil tak terjadi. وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ.

Hal lainnya adalah, kamu tidak mencari dan bicara dengan mereka, tapi mereka sendiri yang akan menemuimu. Jadi mereka menjadi ‘subyek’ dari kata kerja. Maka ini berarti kamu tidak mencari masalah, tapi masalah yang akan mendatangimu. Dan itu pasti terjadi. Tidak dicari, tapi tak berarti mustahil terjadi. Qaalu salaaman, Ketika orang yang bebal, yang tidak bisa dikendalikan atau orang tak beradab menemui Hamba dari Tuhan Yang Maha Penyayang ini, mereka akan berkata, (dimana ada 2 makna dari ‘Qoolu salaaman’ di sini),  ‘salam damai’. Dengan kata lain.. “Salam damai, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk berbicara, kita bicara di lain waktu.” Ia menjauh dari percakapan orang kasar itu. Ia tidak berkata seperti, “Betapa bodohnya kamu, saya akan buat kamu sadar!” Tidak, jangan begitu.. tapi bicara dengan damai. Ia tidak mau terlibat dengan percakapan yang kasar dan konyol, ia cuma berkata, “Salam damai.”

Pada zaman sekarang, hal ini tak hanya terjadi ketika Anda benar-benar mengobrol secara langsung. Tapi ini bisa terjadi di grup whatsapp, di sebuah postingan facebook, atau mungkin ada video youtube tentang kamu, lalu ada kata-kata yang mengejek kamu. Jangan pedulikan, tinggalkan saja. Terlebih dalam percakapan personal. Bila kamu sedang berbincang dengan seseorang dan apabila orang tersebut sudah melebihi batas, kamu harus mundur. Kadang ini terjadi di masjid. Kadang ada orang yang lebih tua memarahi kamu, contohnya, “Itu bukan sholat, kenapa berdirinya begitu???” atau “Astaghfirullah, sholat kok pakai kaos!” Mereka akan berkata begitu padamu. Tapi kalau kamu malah berkata, “Hati-hati pak tua, aku tak butuh nasihatmu!” Kemudian kamu pergi. Tidak, jangan begitu, tetap damai, doakan orang itu, biarkan dia marah, pindah dan sholatlah di sisi lain masjid. Itu saja. Biarkan saja, jangan hal itu membuatmu marah.

Arti lain dari ‘Qoolu salaaman’ adalah  mereka berbicara secara damai. Jadi kata ‘salaaman’ merupakan sebuah bentuk kata keterangan tambahan. Yang harus Anda pikirkan adalah.. mereka akan berbicara secara agresif dan dengan marah padamu, dengan nada yang sombong dan menyerang. Mereka seperti sedang mencoba memancing reaksimu. Tapi kamu harus tetap berbicara dengan damai, jangan biarkan mereka memancing amarahmu. Kamu belajar mengatur emosimu dalam perbincangan dengan orang seperti itu. Dan bukan kamu lakukan itu dengan menahan beban, dengan menahan amarah, berat sekali rasanya menahan amarah. Bukan begitu.. Kamu harus berusaha bersabar. Biarkan saja hal itu, jangan biarkan ia memancing amarahmu. Dan barulah kamu hadapi dengan cara yang masuk akal dan rasional. Sikap seperti ini sebenarnya adalah caramu berdakwah. Dan Allah berkata, Dia mencintai orang seperti ini.

Di ayat lain Allah menjelaskan sifat lain dari orang-orang yang beriman, misalnya, dia melaksanakan sholat malam, sholat Tahajud. Ada banyak sifat yang disebutkan, tapi sifat pertama yang dijelaskan tentang orang yang beriman adalah, mereka rendah hati. Mereka tak merendahkan orang lain. Dan bila orang lain merendahkannya, maka ia hadapi secara damai. Kalau ia tak tahu cara mengatasinya, ia cuma bilang, salam damai dan kemudian pergi. Salaaman

Semoga Allah berikan kekuatan pada kita agar kita dapat bersikap bijak mengamalkan ayat ini ketika dihadapkan apda situasi ini. Melafalkan ayat ini mudah, membicarakan ayat ini di video itu mudah, mendengarkannya juga mudah. Tapi ketika situasi sulit ini terjadi di keluargamu, diantara temanmu, di masjid atau di kampus, maka berusaha menghidupkan ayat ini tak akan semudah itu. Semoga Allah berikan kita sikap bijak untuk mengamalkan ayat ini ketika dihadapkan pada situasi sulit. [Syahida.com/ANW]

==

Sumber: Youtube

Share this post

PinIt
scroll to top