Bersahaja, Berbagi dan Empati

Bersahaja

Ilustrasi. (Foto:Godaily.com)

Syahida.com – Sederhana bukan berarti tidak boleh kaya atau tak boleh memperlihatkan indahnya rizki Allah. Sederhana itu lebih kepada sikap jiwa yang selalu menempatkan diri untuk memberi manfaat bagi orang Iain, serta menjaga sikap dan penampilan agar tak ‘menyakiti’ si miskin. Mari kita ambil inspirasi itu dari miliarder-miliarder yang dijamin surga, sahabat Rasulullah saw.

Sederhana Berarti Pemimpin yang Bersahaja 

Pada kesempatan jamuan makan dalam perjalanan dinas Khalifah Umar bin Khattab ke salah satu provinsi, sang Gubernur menjamunya dengan hidangan istimewa. Umar bertanya, “Hidangan seperti inikah yang biasa dimakan Oleh rakyatmu?” Dengan serba salah sang Gubernur menjawab, “Tidak ya, Amirul Mukminin. lni sengaja kami buat istimewa untuk menghormati Anda,” Serta merta Umar bangkit dan berkata tegas, “Demi Allah, saya ingin menjadi orang terakhir yang menikmatinya. Jika seluruh rakyat bisa menikmati makanan seperti ini, baru saya mau memakannya.”

Ummul Mukminin Hafshah, putri Umar, pernah mengusulkan kenaikan tunjangan khalifah yang begitu kecil, berdasarkan permintaan sahabat-sahabat terkemuka saat itu. Alih-alih senang, Umar malah berang. “Siapa yang mengutusmu mengajukan usul ini? Jika aku tahu nama-nama mereka, akan kupukul wajah mereka!” la merasa tak layak berperilaku lebih dari Rasulullah saw yang hanya punya dua pakaian terbaik, makanan istimewanya hanya roti kasar, dan alas tidurnya hanya sehelai kain.
Umar juga rajin menginfakkan hartanya dalam jumlah sangat besar. Meski begitu, saat wafat, Umar masih meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 triliun dengan 70.000 ladang pertanian yang menghasilkan income Rp2,8 triliun setiap tahun jika dikonversi rupiah saat ini.

Sederhana Berarti Makin Kaya, Makin Berbagi 

Sejarah mencatat Abdurrahman bin Auf sebagai sosok pekerja keras, kaya raya dan sangat bersegera dalam berinfak. Untuk urusan jihad, seperti dalam Perang Badar, Uhud dan Tabuk, pengorbanannya sangat besar. Dalam Perang Tabuk yang amat sulit pendanaan, ia sampai tidak menyisakan harta untuk keluarganya karena menginfakkan 200 ‘uqiyah emas (kini senilai Rp2,9 miliar). Ketika ditanya, dengan yakin ia menjawab, “Keluarga saya tinggali sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah.” Rasulullah seketika mendoakan keberkahan bagi keluarga Abdurrahman bin Auf.

la pun pernah menginfakkan kafilah dagangnya, yaitu 700 onta yang sarat dengan barang kebutuhan pokok. Lebih dari itu, ia pernah menjual tanah seharga 40.000 dinar (kurang lebih setara Rp 90,4 miliar) untuk dibagikan kepada Bani Zuhrah dan kaum fakir dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Kebersahajaannya dengan gemar berinfak tak mengurangi hartanya. Di akhir hayatnya, Abdurrahman mewariskan sekitar 1.000 onta, 100 kuda, 3.000 kambing, serta emas dan perak.

==================



Sumber: Majalah Ummi

Share this post

PinIt
scroll to top