Tepat sikapi perubahan perilaku anak

Advertisement

Ilustrasi. (Foto : islamiclife.com)

Syahida.com – Saat anak tak berperilaku manis seperti biasanya, tentu orangtua jadi khawatir. Segera cari tahu penyebab dan penanganannya yang tepat.

Fitriyani F. Syahrul, M.Si, Psi, psikolog sekaligus Direktur Lentera Insan –Child Development and Educatioan Center, Depok, menegaskan bahwa sebenarnya orangtua dan guru cenderung mudah menemukan perubahan perilaku pada anak. Tentu saja setelah sebelumnya mereka mengenali sifat dasar si anak.

Ada anak yang periang, pemalu, tenang, dan sebagianya. Saat anak yang biasanya periang menjadi pemurung, atau anak yang tenang menjadi pemarah dan mudah mengamuk, tentu orang di sekitarnya akan langsung mengetahui perubahan itu. “Apalagi bagi orang tua yang mengetahui dengan baik kondisi psikis dan fisik anaknya, perubahan sedikit pun akan langsung diketahui. Yang jadi masalah kalau orangtua sangat sibuk hingga lalai mengenali perubahan itu,” papar dosen di Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al-Ahzar Indonesia ini.

Penyebab perubahan perilaku

Perubahan perilaku anak, menurut peraih gelar magister sains psikologi perkembangan Universitas Indonesia ini, biasanya disebabkan ia terpapar oleh sesuatu. Anak-anak usia 1-3 tahun merekam semua hal di sekitar. Mulai usia 4 tahun, dia mulai mengambil sikap dan meniru semua rekaman yang ada.

Orang-orang terdekat di sekitar anak memiliki andil besar dalam membentuk perilaku anak. Sikap orangtua sehari-hari amat mudah diserap anak untuk kemudian ditirunya. Perubahan perilaku anak pun bisa disebabkan perilaku orang tua. Sebuah kasus nyata diungkapkan Fitriani. Seorang siswa TK dikeluhkan guru dan teman-teman karena sering menciumi teman-teman perempuannya, tak peduli temannya menangis. Setelah ditelusuri, perilaku itu disebabkan ia sering melihat orangtuanya berhubungan intim.

Selain orangtua, anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah juga memengaruhi, seperti kakek, nenek, om, tante, termasuk pula pembantu/pengasuh anak. “Kakek dan nenek biasanya memanjakan cucunya saking sayangnya. Kemudian ada tante dan om yang belum menikah dan mungkin masih pacaran, semuanya berpengaruh pada anak.” Papar Fitriani.

Begitu pula dengan lingkungan bermain.  Bila orangtua minim mengawasi pergaulan anak, kata-kata kasar atau kotor dari teman mudah sekali ditiru anak. Pun perilaku lain yang tidak baik, semisal kebiasaan menonton tayangan yang tak pantas, dan sebagainya.



Tak kalah dahsyat, pengaruh perkembangan teknologi informasi. Tanpa pengawasan orangtua, anak-anak bisa melihat semua program yang ada di televisi dan perangkat komunikasi lainnya. Lantas, ditirunya. Gadget berisi aneka game yang sarat kekerasan, bahkan pornografi, tak ayal memberi pengaruh besar bagi perkembangan perilaku anak.

Cari tahu dan cari solusi

Ketika mendapati perubhan pada anak, orangtua jangan langsung panik. Langkah awal, menurut Fitriani, adalah membuat anak relaks terlebih dahulu. Buat anak nyaman untuk kemudian bercerita apa saja kepada orangtua, seperti kegiatan sehari-hari di sekolah, teman-temannya, dan sebagainya. “Betapapun remehnya cerita anak, mereka mau cerita ke orangtuanya saja sudah merupakan kebanggaan. Itu tandanya mereka percaya kepada orangtuanya.” Cetus ibu tiga putra ini.

Kelau sifat anak memang pendiam dan susah bicara, orangtua harus pandai memancing mereka untuk bercerita. Bila dimulai dari pertanyaan sepele, tentang permainan, misalnya. Intinya, buat mereka nyaman dan senang, lalu arahkan ke obrolan yang mulai serius untuk mengorek cerita mereka.

Saat mulai tahu apa penyebab perubahan perilaku mereka, ada baiknya orangtua menahan diri, tak langsung marah atau mengeluarkan emosi ekstrem lainnya. “Hindari paradigma yang terbentuk pada anak, bahwa kalau dia cerita kepada orangtuanya pasti akan dimarahi,” tegas Fitriani.

Setelah itu, lakukan upaya penganan. Bila perubahan perilaku anak disebabkan tayangan atau games bermuatan kekerasan atau pornografi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperketat penggunaan perangkat komputer dan gadget. “Kita bisa melihat history dari gadget-nya apa yang sering dia buka.”

Namun, bila perubahan perilaku yang dialami anak tampak parah, misal memegang alat kelamin secara intens di depan umum, bicara yang terlampau kasar sampai memaki-maki dan mengancam orang, atau justru terlihat selalu murung hingga prestasinya menurun drastis, sebaiknya bawa anak untuk berkonsultasi pada psikolog. Selain mencari akar permasalahan yang tak mampu mereka ungkapkan kepada orangtua, upaya ini juga untuk mencari solusi dan terapi untuk mengatasi perilaku anak  tersebut. Asmawati

Wawancara: Ken Andari [Syahida.com]

Sumber: Ummi No.7/ XXVI/ Juli 2014/ 1435 H

Advertisement
AS

Disqus Comments Loading...
Share
Kontributor:
AS

Recent Posts

Perhatian Rasulullah SAW Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian ke-1)

Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…

4 tahun yang lalu

Perhatian Al-Quran Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat

Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…

4 tahun yang lalu

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…

4 tahun yang lalu

Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…

4 tahun yang lalu

Antara Samiri dan COVID-19

Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…

4 tahun yang lalu

Antara Doa Nabi Ibrahim AS, Doa Nabi Muhammad SAW, Wabah COVID-19, dan Dajjal

Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…

4 tahun yang lalu
Advertisement

This website uses cookies.