Bertaubatlah Selagi Muda

Ilustrasi. (tilulas.com)

Ilustrasi. (tilulas.com)

Syahida.com – Wahai orang yang menunda-nunda taubat hingga tua! Wahai orang yang menyia-nyiakan masa muda dengan kelalaian! Wahai orang yang terusir dengan dosa-dosanya dari pintu Tuhan! Berapa janji Tuhan yang telah Dia penuhi denganmu? Bukanlah demikian perbuatan orang-orang yang mengaku cinta! Berapa banyak kemaksiatan yang telah engkau lakukan? Dan berapa banyak tabir yang telah engkau singkap? Masa-masa baik sepanjang umurmu telah berlalu dalam dosa-dosa. Apakah kiranya engkau akan kembali kepada kebenaran?

Sungguh merupakan kelalaian bila engkau baru bertaubat setelah engkau dimakan usia. Seandainya engkau sudah taat di masa mudamu, tentu perhitungan amal (hisab) akan menjadi ringan bagimu. Bila uban di rambutmu telah memberi peringatan kepadamu untuk segera berangkat ke arah jalan-Nya, namun engkau belum juga mempersiapkan bekal, maka dengan apa engkau memberi jawaban kelak? Padahal Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan (alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka).”   (Saba’: 51)

Diriwayatkan dari Hasan al Bashri ra, bahwa ia membaca firman Allah Ta’ala, “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang waktu itu kamu semua dikembalika kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al Baqarah: 281)

Hasan al Bashri lalu berkata, “Ini adalah nasehat Allah kepada kaum muslimin. Itu karena bidadari yang bermata tajam berkata kepada wali Allah yang sedang bersandar di tepi sungai madu (di surga), dan bidadari itu memberikan gelas minuman kepadanya. Keduanya sangat bergembira dan merasakan nikmat. Dan sang bidadari itu bertanya kepada kekasih Allah itu, ‘Apakah engkau tahu wahai kekasih Allah, kapan Tuhanku mengawinkanku denganmu?’

Orang itu menjawab, ‘Tidak tahu!’

Maka bidadari itu berkata, ‘Dia melihat kepadamu pada suatu hari yang cerah di tempat yang jauh jarak pandang kedua tepinya. Ketika itu engkau kehausan diterpa teriknya matahari siang. Dia kemudian membanggakanmu di hadapan malaikat, dan berfirman, “Lihatlah hamba-Ku itu wahai para malaikat-Ku! Ia telah meninggalkan keinginan nafsunya, kelezatannya, istrinya, makanan dan minumannya karena keinginannya dengan apa yang ada pada-Ku. Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuninya.” Ia kemudian mengampunimu pada saat itu dan menikahkanku denganmu.’”

Sungguh bahagianya kaum yang memperoleh kelembutan dan kesenangan kepada-Nya. Maka mereka mendekatkan diri kepada-Nya dengan hati yang tenang. Allah memberi mereka rasa nikmat dalam bermunajat dengan-Nya. Mereka tenggelam dalam cinta kepada-Nya. Hatinya menjadi tentram dengan mencintai-Nya.

Ibrahim bin Adham ra suatu hari berada di sebuah bukit di kota Mekkah. Ia lalu berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Sekiranya seorang wali Alla Ta’ala berkata kepada bukit ini, ‘Hancurlah!’, maka ia akan hancur. Bukit itu kemudian bergerak. Lalu Ibrahim menghentakkan kakinya dan mengatakan, ‘Diamlah! Aku hanya membuatmu sebagai contoh bagi sahabat-sahabatku.’”



Dan diriwayatkan pula bahwa ia pernah menaiki sebuah perahu menyeberang lautan. Kemudian datang badai berhembus kencang. Ibrahim malah meletakkan kepalanya dan tidur. Para sahabatnya berkata, “Tidakkah engkau melihat bahaya yang kami hadapi?”

Tapi Ibrahim dengan santai menjawab, “Inikah yang kalian bilang bahaya?”

Mereka berkata lagi, “Ya!”

“Tidak!” jawab Ibrahim. “Sesungguhnya yang disebut bahaya itu adalah bila kita tergantung pada pertolongan manusia.” Kemudian ia berdoa, “Ya Tuhanku! Engkau telah memperlihatkan kekuasaan-Mu kepada kami, maka perlihatkan kepada kami maafmu.” Maka sekonyong-konyong lautan itu berubah tenang.

Diriwayatkan pula tentang Ibrahim bin Adhan ini, bahwa suatu hari saat sedang berada di suatu jalan bersama sahabat-sahabatnya, mereka dihadang oleh seekor singa. Para sahabatnya berkata kepadanya, “Hai Ibrahim, lihatlah ada singa di depan kita!”

Ia berkata, “Tunjukkan kepadaku, mana dia?”

Maka ketika Ibrahim melihat singa itu, ia berkata, “Hai binatang buas! Jika kamu diperintahkan melakukan sesuatu kepada kami, maka lakukanlah perintah itu. Tetapi kalau tidak, maka menyingkirlah!” kemudian singa itu mengibas-ngibaskan ekornya, lalu menjauh sampai menghilang dari pandangan mata Ibrahim dan para sahabatnya, membuat mereka semua heran pada Ibrahim. Semoga Allah meridhai Ibrahim bin Adhan. [Syahida.com]

Sumber : Kitab Ibnu Jauzi                  

Share this post

PinIt
scroll to top