Kisah Nabi Adam (Bagian Ke-15) : Lokasi Diturunkannya Nabi Adam dan Berapa Lama Nabi Adam Tinggal di Surga

Ilustrasi. (Foto : sawahkita.com)

Ilustrasi. (Foto : sawahkita.com)

Syahida.com – Ibnu Abi Hatim menuturkan, “Abu Zur’ah bercerita kepada kami, Utsman bin Abi Syaibah bercerita kepada Kami, Jarir bercerita kepada kami, Dari Sa’id, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ‘Adam diturunkan di sebuah tempat bernama Dahna, tepat di antara Mekkah dan Thaif’.” Diriwayatkan dari Hasan, ia menuturkan, “Adam diturunkan di India, Hawa di Jeddah, Iblis di Dustumyan, beberapa mil dari Bashrah, dan ular diturunkan di Asbahan.” (HR. Ibnu Abi Hatim)

As-Suddi menuturkan, “Adam diturunkan di India bersamaan dengan Hajar Aswad dan segenggam dedaunan itu kemudian Adam tebarkan di sana dan menumbuhkan pepohonan yang baik di sana.” Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia menyatakkan, “Adam diturunkan di Shafwa sementara Hawa di Marwa.” (HR. Ibnu Abi Hatim).

BERAPA LAMA NABI ADAM TINGGAL DI SURGA?

Abdurrazzaq menuturkan, “Ma’mar mengatakan, ‘Auf mengabarkan kepadaku, dari Qasamah bin Zuhair, dari Abu Musa Al-Asy’ari, ia mengatakan, ‘Allah menurunkan Adam dari surga ke bumi dan mengajarkan segala kerajinan padanya, Allah membekali  Adam dengan buah surga. Buah-buah kalian ini adalah bagian dari buah-buahan surga, hanya saja buah-buahan dunia berubah, sementara buah-buahan surga tidak berubah.”

Hakim menuturkan dalam Al-Mustadrak, “Abu Bakar bin Balawiyah memberitakan kepada kami, dari Muhammad bin Ahmad bin Nadhir, dari Mu’awiyah bin Amr, dari Ammar bin Abu Mu’awiyah bin Amr, dari Zaidah, dari Ammar bin Abu Mu’awiyah Al-Bajali, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ‘Adam hanya berada di surga dalam rentang waktu antara shalat ashar hingga matahari terbenam’.” Hakim menyatakan, “Hadist ini shahih, sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, hanya saja keduanya tidak mentakhrij hadist ini.”

Disebutkan dalam Shahih Muslim dari hadist Az-Zuhri dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia menuturkan, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Hari terbaik yang matahari terbit pada hari itu adalah hari Jum’at; pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu dimasukkan ke surga, dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya’.” Disebutkan dalam kitab Shahih melalui jalur sanad berbeda, “Dan pada hari itu Kiamat terjadi.

Ahmad menuturkan, “Muhammad bin Mush’ab bercerita kepada kami, Al-Auza’i bercerita kepada kami, dari Abu Ammar, dari Abdullah bin Farukh, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Hari terbaik yang matahari terbit pada hari itu adalah hari Jum’at; pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan surga, pada hari itu ia dikeluarkan darinya, dan pada hari itu pula kiamat terjadi.” Hadist ini sesuai syariat Muslim.

Sementara hadist yang diriwayatkan Ibnu Asakir dari jalur Abu Qasim Al-Baghawi; Muhammad bin Ja’far Al-Warkani berserita kepada kami, Sa’id bin Maisarah bercerita kepada kami, dari Anas, ia mengatakan, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Adam dan Hawa turun (dari surga) dalam kondisi sama-sama telanjang, keduanya mengenakan dedaunan surga. Adam kemudian terkena udara panas, ia duduk dengan menangis dan berkata pada Hawa, “Hai Hawa! Rasa panas ini sangat menggangguku.” Jibril kemudian datang dengan membawa kapas, memerintahkan Hawa untuk menenun dan mengajarkan caranya, memerintahkan Adam untuk merajut dan mengajarkan caranya.’



Beliau juga bersabda, ‘Adam tidak menggauli istrinya selama berada di surga, hingga diturunkan dari sana karena kesalahan yang ia lakukan lantaran keduanya memakan pohon (terlarang).’ Beliau juga bersabda, ‘Masing-masing dari keduanya secara terpisah, salah satunya tidur di sebuah hamparan padang pasir dan yang lain tidur di sisi lain, hingga Jibril datang menemui Adam dan memerintahkan untuk menggauli istrinya.’ Beliau bersabda, ‘Jibril mengajarkan Adam cara menggauli istrinya. Setelah Adam menggauli istrinya, Jibril datang dan bertanya, ‘Bagaimana kau mendapati istrimu?’ Adam menjawab, ‘Baik’.”  Hadist ini gharib dan sangat munkar jika dikatakan marfu’. Mungkin hadist ini perkataan sebagian salaf. Sa’id bin Maisarah dalam sanad ini adalah Abu Umran Al-Bakri  Al-Bashri. Imam Bukhari  mengomentari, “Hadistnya munkar .” Ibnu Hibban menyatakan , “Ia meriwayatkan hadist-hadist maudhu’.” Ibnu Adi menyatakan, “Keberadaannya tidak jelas.”

Firman Allah SWT, “Kemudian Adam menerima beberapa kallimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 37). Ada yang berpendapat, kalimat-kalimat yang dimaksud adalah firman Allah SWT, “Ya Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A’raf: 23) seperti diriwayatkan dari Mujahid, Sa’id bin Jubair, Abu Aliyah, Rabi’ bin Anas, Hasan. Qatadah, Muhammad bin Ka’ab, Khalid bin Mi’dan, Atha’ Al-Khurasani, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.”

Ibnu Abi Hatim menuturkan, “Ali bin Hasan bin Askab bercerita kepada kami, Ali bin Isham bercerita kepada kami, Ali bin Islam bercerita kepada kami, dari Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubai bin Ka’ab, ia mengatakan, ‘Rasulullah SAW bersabda, Katakan padaku ya Rabb, jika aku bertobat  dan kembali (ke jalan yang benar), apakah Engkau akan mengembalikanku ke surga?’ ‘Ya,’ jawab Allah. Itulah firman-Nya, ‘Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 37). Hadist ini gharib dari jalur riwayat seperti di atas, sanadnya juga terputus.

Ibnu Abi Nujaih meriwayatkan dari Mujahid, ia mengatakan, “Kalimat-kalimat itu adalah, ‘Ya Allah, tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain-Mu, Mahasuci  Engkau dan dengan memuji-Mu. Ya Rabb!

Sungguh, aku telah menganiaya diriku, maka terimalah tobatku, sungguh Engkau Maha Penerima tobat lagi Penyayang.”

Hakim meriwayatkan dalam Al-Mustadrak dari jalur Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 37) Adam berkata, ‘Ya Rabb! Bukankah Engkau telah menciptakanku dengan tangan-Mu?’ Dijawab ‘Ya,’ ‘Kau tiupkan sebagian ruh (ciptaan-Mu) padaku?’ Dijawab, ‘Ya,’ ‘Aku bersin lalu Kau ucapkan, ‘Semoga Allah merahmatimu,’ dan rahmat-Mu mendahului murka-Mu?’ Dijawab, ‘Ya.’ Adam kemudian bertanya, ‘Katakan padaku, jika aku bertobat, apakah Engkau akan mengembalikanku ke surga?’ Allah menjawab, ‘Ya’.” Hakim berkata, “Sanadnya shahih, namun Imam Bukhari dan Muslim tidak mentakhrij hadist ini.”

Hakim, Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Umar bin Khattab, ia mengatakan “Rasulullah SAW bersabda, ‘Kala Adam melakukan kesalahan, ia berkata, ‘Ya Rabb, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad, ampunilah aku.’ Allah bertanya, ‘Bagaimana kau mengenal Muhammad sementara Aku sama sekali belum menciptakannya?’

Adam menjawab, ‘Ya Rabb! Saat Kau menciptakanku dengan tangan-Mu dan meniupkan sebagian ruh (ciptaan)-Mu, aku mengangkat kepala lalu aku melihat tulisan di kaki-kaki Arsy, “Tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah, Muhammad utusan Allah,’ aku pun tahu, nama orang yang Kau sandingkan dengan nama-Mu adalah makhluk yang paling Engkau cintai.’ Allah berfirman, ‘Kau benar, wahai Adam. Sungguh, dia adalah makhluk yang paling Aku cintai. Karena kau memintaku dengan (wasilah) haknya, maka kau Ku-ampuni.

Andai bukan karena Muhammad, tentu Aku tidak akan menciptakanmu’.” Al-Baihaqi menyatakan, “Hanya Abdurrahman bin Zaid bin Aslam yang meriwayatkan melalui jalur ini, dan hadist ini dhaif.’ Wallahu a’lam.

Ayat ini senada dengan firman Allah SWT, “Dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia. Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan menerima petunjuk.” (Thaha: 121-122). [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber :  Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq 

Share this post

PinIt
scroll to top