Kisah Nabi Hud (Bagian Ke-4) : Penolakan dan Penentangan Kaum Ad Terhadap Nabi Mereka

Ilustrasi. (Foto : designzzz.com)

Ilustrasi. (Foto : designzzz.com)

Syahida.com – Setelah Nabi Hud menyampaikan seruannya, kaum Ad berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu, kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Hud: 52-53).

Mereka mengatakan, “Kau tidak mendatangkan suatu mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang kau sampaikan. Kami tidak akan meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala kami karena kata-katamu yang tidak diperkuat dalil ataupun bukti nyata itu. Kami kira, kau tidak lain adalah orang gila atas kata-kata yang kau sampaikan. Dan menurut kami, yang menimpamu itu disebabkan sebagian tuhan kami marah padamu, hingga akalmu rusak dan kau terkena penyakit gila.” Inilah yang dimaksud dengan kata-kata mereka, “Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Hud: 53).

“Dia (Hud) menjawab, ‘Sesungguhnya, aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dengan yang lain, sebab itu jalankan semua tipu dayamu terhadapku dan jangan kamu tunda lagi’.” (Hud: 54-55).

Inilah tantangan Hud untuk kaumnya, sebagai wujud dari sikap melepaskan diri, sekaligus penghinaan terhadap dari tuhan-tuhan mereka. Selain juga menjelaskan, bahwa tuhan-tuhan itu sama sekali tidak bisa memberikan manfaat ataupun menimpakan mara bahaya. Berhala-berhala mereka hanya benda mati, hukum dan fungsinya juga tidak berbeda dengan benda mati. Jika memang kata-kata kalian benar bahwa berhala-berhala kalian bisa menolong, memberi manfaat dan menimpakan mara bahaya, ini aku, aku melepaskan diri dan mengutuk semua berhala itu.

“Sebab itu jalankanlah semua tipu dayamu terhadapku dan jangan kamu tunda lagi,” Silakan kalian semua lakukan itu, juga dengan berhala dan apa pun yang kalian miliki! Silakan kalian timpakan kepadaku sekarang juga, jangan membuang-buang waktu sesaat pun dan sekejap mata pun, aku tidka peduli, tidak akan pusing memikirkan kalian. “Sesungguhnya, aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Rabbmu. Tidak satu pun makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).” Yaitu, aku berserah diri kepada Allah, memohon pertolongan pada-Nya, percaya dengan pertolongan-Nya yang tiada pernah akan menyia-nyiakan siapa pun yang berlindung dan bersandar pada-Nya. Selain-Nya, aku tidak peduli dengan apa pun makhluk. Hanya pada-Nya jua aku berserah diri, dan hanya Dia-lah yang aku ibadahi.

Kata-kata yang disampaikan Hud ini juga merupakan bukti nyata bahwa ia adalah hamba dan utusan Allah, sementara kaumnya berada dalam kebodohan dan kesesatan karena menyembah selain Allah, karena mereka tidak mampu menimpakan keburukan ataupun petaka kepada Hud. Ini menunjukkan bahwa ajaran yang disampaikan Hud benar adanya dan tradisi yang dianut serta diyakini kaumnya batil dan rusak.

Dalil yang sama juga dijadikan pijakan Nuh sebelumnya, seperti disebutkan dalam firman Allah SWT  melalui lisan Nuh, “Wahai kaumku! Jika terasa berat bagimu aku tinggal (bersamamu) dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah aku bertawakal. Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku), dan janganlah keputusanmu itu dirahasiakan. Kemudian bertindaklahh terhadap diriku, dan janganlah kamu tunda lagi.” (Yunus: 71).

Juga seperti yang disampaikan Ibrahim Al-Khalil , “Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran? Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Manakah dari golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?’



“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-ornag yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapai kaumnya. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki. Sesungguhnya, Rabbmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui’.” (Al-An’am: 80-83).

“Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari kiamat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, ‘(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum.’ Dan sungguh, jika kamu menaati manusia seperti kamu, niscaya kamu pasti rugi. Adakah dia menjanjikan kepada kamu bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu, (kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (disanalah kita mati dan hidup) dan tidak akan dibangkitkan (lagi).” (Al-Mukminun: 33-37).

Mereka merasa aneh, jika Allah mengirm seorang utusan dari bangsa manusia. Syubhat seperti ini sering kali disampaikan oleh orang-orang kafir bodoh sejak dulu hingga kini, seperti yang Allah sampaikan, “Pantaskah, manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu kepada seorang laki-laki di antara mereka.” (Yunus: 2), “Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepadanya, selain perkataan mereka, ‘Mengapa Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang. Niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul’.” (Al-Isra: 94-95).

Karena itu, Hud berkata kepada kaumnya, “Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Rabbmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu?” (Hud: 69). Yaitu, ini tidak  aneh, karena Allah tahu di mana Ia menempatkan risalah-Nya.

Firman-Nya, “Adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang belakang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu, (kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (disanalah kita mati dan hidup) dan tidak akan dibangkitkan (lagi). Dia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-ngadakan kebohongan terhadap Allah, dan kita tidak akan mempercayainya. Dia (Hud) berdoa, ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku’.” (Al-Mukminun: 35-39).

Mereka mengingkari kebangkitan, mengingkari tubuh manusia bisa berdiri kembali setelah menjadi tanah dan tulang belulang. Kata mereka, “Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran),” yaitu ancaman ini jauh sekali dari kebenaran, “(Kehidupan itu) tidaklain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah kita mati dan hidup) dan tidak akan dibangkitkan (lagi),” yaitu suatu kaum mati, kemudian kaum lainnya muncul. Ini keyakinan atheis, seperti yang dinyatakan oleh sebagian kalangan zindiq bodoh, “Rahim melahirkan anak, dan bumi menelan manusia.”

Sementara kalangan Dauriyah, mereka meyakini bahwa manusia akan dikembalikan lagi ke dunia dalam siklus 36.000 tahun sekali.

Itu semua dusta, ingkar, kebodohan dan kesesatan, hanya pernyataan-penyataan batil, ilusi dan keliru tanpa bukti dan argumentasi. Disukai akal orang-orang keji dan kafir dari kalangan keturunan Adam yang tidak berakal dan tidak mendapat petunjuk, seperti yang disampaikan Allah, “Dan agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, tertarik kepada bisikan itu, dan menyenangi dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka lakukan.” (Al-An’am: 113).

Dalam nasihat yang disampaikan pada kaumnya, Hud mengatakan, “Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati, dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal?” (Asy-Syu’ara: 128-129).

Hud mengatakan kepada kaumnya, “Patutkah kalian mendirikan bangunan besar di setiap tempat tinggi laksana istana-istana hanya untuk mainan belaka karena sebenarnya bangunan-bangunan itu tidak kalian butuhkan,” karena mereka hanya tinggal di perkemahan-perkemahan, seperti yang Allah sampaikan, “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum (Ad)? (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.” (Al-Fajr: 6-7) Penduduk Iram kaum Ad ini adalah Ad pertama yang menempati perkemahan-perkemahan dengan tiang-tiang yang besar.

Salah bagi siapa pun yang menyatakan bahwa Iram adalah sebuah kota yang terbuat dari emas, perak, dan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pernyataan ini tidak berdasar.

Firman-Nya, “Apakah kamu mendirikan istana-istana.” Pendapat lain mengartikan menara. Yang lain mengartikan tempat pengambilan air. “Dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal?” yaitu kalian berharap menempati negeri ini dalam waktu lama. “Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka bertawakalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, dan tetaplah kamu bertakwalah kepada-Nya yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia (Allah) telah menganugerahkan kepadamu hewan ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar.” (Asy-Syu’ara: 131-135).

Mereka berkata kepada Hud, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!” (Al-A’raf: 70). Yaitu, apakah kedatanganmu kepada kami agar kami hanya beribadah kepada Allah semata, menentang nenek moyang, para pendahulu kami, dan keyakinan yang mereka anut? Kalau memang ajaran yang kau sampaikan itu benar, silahkan kau timpakan azab dan siksa yang kau ancamkan kepada kami itu, karena kami tidak beriman, tidak akan mengikuti dan mempercayaimu.”

Seperti yang mereka katakan, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu dan kami (sama sekali) tidak akan diazab.” (Asy-Syu’ara: 136-138).

Hud menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemungkaran dari Rabb akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya, aku pun bersamamu termasuk yang menunggu.” (Al-A’raf: 71).

Kata-kata kalian yang kotor ini membuat kalian patut mendapatkan murka dan siksa Allah. Patutkah kalian menentang peribadatan kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dengan penyembahan patung yang kalian pahat dan kalian beri nama sendiri seperti yang kalian dan nenek moyang kalian sepakati, yang sama sekali tidak Allah turunkan penjelasannya. Yaitu, Allah tidak menurunkan dalil ataupun bukti yang nyata atas keyakinan yang kalian anut itu. Karena kalian enggan menerima kebenaran, dan terus menerus berada dalam kebatilan. Kalian aku larang meyakini dan menyembah berhala-berhala ataupun tidak, tetap saja sama bagi kalian. Maka tunggulah azab Allah yang akan menimpa kalian, tunggulah siksa dan hukuman-Nya yang tiada dapat tertolak.

Allah SWT berfirman, “Dia (Hud) berdoa, ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku.’ Dia (Allah) berfirman, “Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal.’ Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang-orang yang zalim’.” (Al-Mukminun: 39-41).

Allah SWT berfirman, “Mereka menjawab, ‘Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kam jika engkau termasuk orang yang benar.’ Dia (Hud) berkata, ‘Sesungguhnya, ilmu (tentang itu) hanya pada Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang diwahyukan kepadaku, tetapi aku melihat kamu adalah kamu yang berlaku bodoh.’

Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.’ (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa’.” (Al-Ahqaf: 22-25). [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq

Share this post

PinIt
scroll to top