Menyelami Makna Istighfar

Ilustrasi. (Foto : suffagah.com)

Ilustrasi. (Foto : suffagah.com)

Syahida.com – Apa rahasia di balik istighfar sehingga Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak mengucapkannya?

Istighfar terasa seperti ucapan yang ringan, pendek dan mudah diucapkan. Namun, tahukah Anda bahwa ucapan ini mengandung kedalaman makna dan manfaat yang demikian besar?

“Makna dari ucapan astaghfirullah adalah thalabul maghfirah atau pengakuan dari dosa-dosa dan meyakini akan adanya ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ucap Ustadz H Tolhah Nuhin, Lc, mubaligh dari Pusat Studi Al-Manar, Jakarta Timur.

Dengan melafalkan ucapan ini, hakikatnya seorang hamba mengakui bahwa dirinya penuh dosa, baik kecil maupun besar, disadari atau tidak. Disertai keyakinan bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Pengakuan ini, menurut Tholhah, yang membedakan seorang mukmin dan tidak. karena hanya orang muttaqin yang memiliki tabiat ini, disertai pemaknaan secara penuh dan mendalam.

Tidak Hanya Diucapkan Setelah Melakukan Dosa

Karena makna istighfar erat kaitannya dengan pengakuan dosa, sering kali muncul anggapan bahwa ucapan ini hanya dilafalkan saat seseorang sadar setelah melakukan dosa. Padahal di banyak riwayat disebutkan berbagai keutamaan membaca istighfar.

Salah satunya adalah cerita mengenai Hasan Al-Bashri yang di datangi seseorang yang mengeluhkan kondisi kekeringan akibat hujan yang tak kunjung turun. Jawab beliau, “Perbanyaklah istighfarkepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Lalu datang lagi orang yang mengadukan kemiskinan diri dan keluarganya, disusul seorang lelaki yang meminta solusi atas keinginannya memperoleh keturunan serta seseorang yang mengeluhkan kondisi tanah yang tidak menghasilkan panen yang baik. Untuk ketigannya, Hasan Al-Bashri menyampaikan nasihat yang sama yakni anjuran memperbanyak istighfar.

Beberapa sahabat Hasan Al-Bashri yang saat itu berada di sekitarnya terheran-heran dengan solusi yang diberikan sang ulama dan bertanya, “Mengapa engkau memberi nasihat yang sama untuk permasalahan yang berbeda-beda?” Hasan Al-Bashri menjawab, “Apakah kammu tidak membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bunyinya:



“Maka Aku katakan kepada mereka, mohonlah ampun (Istighfar) kepada Rabb-mu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untuknya kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,” (QS: Nuh: 71: 10-12)

Mendapat Jalan Keluar dari Segala Kesulitan

Dari riwayat tersebut, dapatkah disimpulkan bahwa istighfar menjadi salah satu cara untuk menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi manusia?

“Hal yang perlu diperhatikan, Istighfar ini harus menjadi tabiat keseharian kita. Dalam setiap kondisi, baik lapang maupun sempit. Dengan menjadikannya tabiat, hakikatnya seorang manusia senantiasa mengingat Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya. Bagi hamba-hmba yang seperti ini, malaikat sudah terbiasa mendengar suaranya dan Allah menjanjikan kemudahan atau pertolongan dalam setiap kesulitan hidup,” urai Tholhah.

Hal ini berdasar hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Kenalilah Allah saat kamu senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kammu sedang susah,” (HR. Ahmad, Hakim, dan Al-Baihaqi).

Artinya, prinsip bahwa istighfar bisa menjadi sarana untuk memohon pada Allah agar diberikan jalan keluar dari segala kesulitan, hanya berlaku bagi mereka yang telah menjadikannya kebiasaan. Sementara bagi mereka yang hanya mengingat Allah di saat-saat sempit dan susah saja, tidak dijanjikan keutamaan ini.

Hukum Membaca Istighfar

Hukum melafalkan istighfar, menurut Tolhah, bisa wajib, sunnah, makruh, bahkan haram. Wajib diucapkan saat seseorang menyadari bahwa dia telah berbuat dosa. Tentunya ucapan ini harus diikuti dengan komitmen untuk bertobat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Istighfar hukumnya sunnah diucapkan dalam setiap suasana dan kondisi dengan alasan meneladani akhlak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Rasul saja beristighfar minimal 70 kali sehari, di riwayat lain disebutkan 100 kali per hari. Padahal beliau maksum atau sudah dijamin Allah bersih dari dosa. Bagaimana kita yang setiap hari melakukan Dosa? Tentunya harus lebih banyak beristighfar,” ujar Tholhah.

Namun istighfar juga bersifat makruh ketika di lafalkan tanpa ada sanad dan Rasulullah tidak menganjurkannya. Seperti beristighfar saat berjalan di belakang jenazah ketika mengantarkannya ke liang lahat. Justru yang dianjurkan adlah beristighfar bagi mayit ketika shalat jenazah dan setelah pemakamannya.

Lalu beristighfar juga bisa menjadi haram jika dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dalam QS: At-Taubah: 9: 113 yang melarang seorang mukmin beristighfar atau memohonkan ampunan untuk saudaranya yang kafir, walaupun orang tersebut merupakan kerabat dekat.

Keutamaan Membaca Istighfar

Beberapa keutamaan melafalkan istighfar, menurut Ustadz Tolhah Nuhin,Lc, sebagai berikut:

  1. Menyelamatkan manusia dari azab.
  2. Bisa menurunkan hujan.
  3. Memberikan kenikmatan, kelimpahan rezeki dan barakah.
  4. Menghindarkan dari paceklik, kefakiran, tanaman yang kurang bagus, dan kemandulan.
  5. Kenikmatan yang terus ditambah.
  6. Allah berikan jalan keluar dari masalah hidupnya.
  7. Mendatangkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.

Aini Firdaus

Wawancara: Didi Muardi

[Syahida.com]

 

Sumber: Ummi No.7/ XXVI/ Juli 2014/ 1435 H

Share this post

PinIt
scroll to top