Menikmati Kedekatan dengan Allah

Ilustrasi. (Foto : rinduku.wordpress.com)

Ilustrasi. (Foto : rinduku.wordpress.com)

Syahida.com – Sang Pencipta memberikan kekuatan tersendiri. Tidak saja membuat hati tenang dan jiwa tenteram, tapi juga berdampak pada kesehatan jasmani seseorang.

Kehidupan manusia memang tak terlepas dari masalah. Namun, salah menyikapinya dapat membuat kita terseret semakin jauh dari Allah. Menghadapi masalah kecil saja, emosi langsung meluap. Masalah besar, malah menyalahkan Tuhan. Batin pun terasa kosong, hidup seolah tanpa makna.

Besar kecilnya, sebetulnya bukanlah soal. Hal yang justru penting menurut Dr. Siti Urbayatun, S.Psi, M.Si Ketua Program Studi Psikologi Klinis Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, adalah bagaimana orang itu mampu mengatasi permasalahannya. Kemampuan mengatasi masalah, dalam istilah psikologi disebut copin behaviour,  dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor internal, yaitu kebergaman seseorang, spritualitas, kemampuan mengontrol emosi; dan, faktor eksternal, seperti dukungan sosial.

“Dari penelitian saya, strategi mengatasi masalah melalui dzikir, istighfar, doa, sabar, syukur, tawakal, ternyata memengaruhi personal strength (kekuatan) seseorang,” ujar Siti. Kekuatan inilah yang kemudian membuat seseorang dapat lebih baik dalam menghadapi masalah, menerima keadaan, dan menjadikan keadaan, dan menjadikan keadaan itu sesuatu yang baik pula untuk dirinya.

Manfaat dari kedekatan dengan Allah dirasakan oleh Retnadi Nur’aini, ibu dua anak di Jakarta. Ia membiasakan diri di Jakarta. Ia membiasakan diri berdzikir di sela-sela aktivitasnya. Mulai dari memasak sampai jalan-jalan sambil gendong anak, ia memperbanyak dzikir “subhanallaahi wabihamdih, subhanallaahil adziim” atau istighfar “rabbighfirli watub ‘alayya innaka antattawwaburrahiim.”

“Saya mulai membiasakan zikir setelah idul fitri tahun lalu. Rasanya kini saya jauh lebih tenang, lebih adem, lebih damai. Sungguh, janji Allah itu benar. Dengan mengingat-Nya, hati akan menjadi tenang,” ujar Retnadi.

Bukan hanya ketenangan, retnadi juga merasakan dirinya bisa lebih banyak tersenyum, lebih mampu meredam amarah, dan lebih menikmati kehidupannya yang seolah berjalan lambat. Perasaan tenang itu bisa membuat saya berpikir, ‘Begini sudah bikin saya tenang, yang lain enggak penting.’”

Menurut Siti Urbayatun, rasa tenang yang dialami Retnadi itu merupakan ketenangan mental, atau disebut juga kesejahteraan psikologis. Seseorang dikatakan sejahtera secara psikologi bila ia mengisi hidupnya dengan hal-hal yang bermakna, yang bertujuan, dan yang berguna bagi kesejahteraan oranglain dan pertumbuhan dirinya sendiri. Hal-hal inilah yang membuat kehidupan seseorang jadi lebih berarti.



Efek Menyembuhkan

Kedekatan dengan Allah juga diyakini membawa efek kesembuhan dari sakit ytang dialami, kita menempuh berbagai cara, baik itu pengobatan medis maupun pengobatan traditional. Namun, satu hal yang penting bahkan lebih penting dari obat menurut Ustadz Ahmad Junaedi, Lc, adalah kondisi kejiwaan pasien itu sendiri.

“Zikir yang paling mudah adalah istighfar. Dengan istighfar, seseorang akan merasakan betapa banyak kesalahan dan kekurangan kepada Allah. Dia merintih, mengadukan permasalahannya, seakan curhat dengan Tuhannya. Semakin dia mendalami makna istighfar, semakin dia merasakan dekat dengan Allah, sehingga melahirkan jiwa yang tenang dan tenteram,” ujar Ahmad.

Dari situ, tumbuh kesadaran bahwa Allah-lah yang menentukan dan tempat mengharap kesembuhan. “Ini yang kemudian membuat pasien meningkat kesabarannya, emosinya terkendali, yang pada akhirnya membuat dia mau mendengar nasihat dokter atau terapis, meminum obat, sehingga penyakitnya dapat cepat sembuh,” urai terapis di Rumah Ruqyah Indonesia ini.

Itulah mengapa dalam ruqyah pasien diminta berzikir, istighfar. Dengan menyebut asma Allah, hatinya akan bergetar, cepat tersambung dengan ayat-ayat Qur’an yang didengarnya dari pe-ruqyah. “Jadi ada upaya pemagaran diri dari dalam, yaitu dengan zikir, dan luar oleh pe-ruqyah. Sinergi ini akan mengundang pertolongan Allah untuk kesembuhan pasien,” jelas Ahmad.

Terhindar dari Psikomsomatik

Orang yang jiwanya tak tenang ditambah pikiran tertekan (stres) dapat memengaruhi kondisi fisiknya. Inilah yang disebut psikomatik, gangguan psikologis yang berefek pada fisik.

Mereka yang terkena psikomatik akan mengalami kegelisahan, mual-mual, jantung berdebar-debar atau kondisi lainnya, padahal tidak menderita sakit. Penyebabnya, menurut Dr. Dr Suzy Yusna Dewi , SpKJ, Karena stres yang dialami terus-menerus dan berlangsung cukup lama. “Orang yang tidak bisa beradapatasi dengan stresnya akan depresi. Sedangkan mereka yang bisa beradaptasi dengan stersnya, terhindar dari psikosomatik,” ujar Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto, Jakarta ini.

Penanganannya, selain oleh dokter (untuk mereka yang tingkat stersnya tinggi), jelas dr Suzy, juga dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui Ibadah shalat, zikir, istighfar, dan ikhlas. “Insya Allah, selain membuat tenang, gangguan pada fisiknya juga akan hilang.”

Rahmi Rizal

Wawancara: Didi, Yuli, Nur.

[Syahida.com]
Sumber: Ummi No.7/ XXVI/ Juli 2014/ 1435 H

Share this post

PinIt
scroll to top