Syahida.com – Ghaida Tsurayya (23) Ibu Rumah Tangga, Desainer, Bandung.
Nikah muda buat saya proses paling aman dalam menjalin hubungan. Ketimbang berpacaran ala cinta monyet, tidak ada tujuannya, hanya menghabiskan tenaga, membuat lelah pikiran dan hati.
Memang, dulu saya merencanakan menikah setelah lulus kuliah. Tapi seiring waktu berjalan, saya berpikir, kalau sudah ada seseorang yang dekat, dan dia mau serius, kenapa tidak nikah saja?
Bapak (Abdullah Gymnastiar, red) pun pernah minta agar saya menikah di umur 20 tahun. Namun, ketika permintaanya itu terpenuhi-saya bilang kalau saya mau menikah dan itu tepat saat saya berusia 20 tahun- bapak malah kaget. Pasalnya, saya belum mandiri dan masih kekanak-kanakan. Urusan mencuci baju dan pekerjaan rumah tangga lainnya, belum terbiasa saya kerjakan sendiri. Tapi, syukurlah, semua bisa memahami.
Dengan suami, saya sudah kenal sebelumnya. Kami pernah umrah bareng, tapi waktu itu biasa saja, belum ada rasa suka. Nah, tiga bulan sebelum menikah, kami bertemu lagi dan dia meminta saya menikah dengannya. Berbekal niat dan istikharah, saya terima pinangannya, meski saat itu saya masih kuliah.
Awal menikah, saya sempat khawatir kuliah terbengkalai. Tapi ternyata tidak. Suami rupanya sangat mendukung agar saya segera lulus. Sebenarnya, menurut saya, kendala yang terjadi di kuliah itu berasal dari diri kita. Kalau kita menghendaki diri untuk malas, pasti sama lulusnya. Kalau rajin, bisa lulus cepat. Alhamdulillah, saya bisa lulus tepat waktu, padahal sedang hamil. Motivasinya, khawatir kalau saya punya anak akan terasa malas kuliah.
Tentang pergaulan, saya juga sempat khawatir akan terbatas. Namun, jika kita sudah berkomitmen, semua mengalir saja. Ketika keluar rumah, biasanya seorang istri akan sering ingat anak dan suami di rumah sehingga ingin segera pulang. Jadi keterbatasan yang ada bukan karena tak bisa main tetapi karena ada orang yang butuh perhatian lebih, yaitu suami dan anak.
Kendala pasti ada di setiap sisi kehidupan, tak terkecuali ketika kita memilih menikah muda. Karena umur yang cukup muda, emosi cenderung labil. Maka, saya pikir, komunikasi adalah hal penting yang harus dijalankan. Lalu, ingat tujuan kita menikah untuk apa. kalau untuk ibadah, tak seharusnya bertengkar terus dengan pasangan, harus ada yang mau mengalah. Dan, percaya sama Allah. Allah pasti kasih kita jodoh seseorang yang bisa melengkapi diri kita.
Hal penting yang perlu dipertimbangkan jika kita ingin menikah muda, jangan sampai terburu-buru karena kita membayangkan yang enak-enaknya saja. Menikah memang enak, sebab pacarannya jadi halal. Cuma, perlu dipikirkan juga, setelah menikah pasti ada ujiannya. Jangan sampai hal tersebut malah sama sekali tidak kita perhatikan. Citra Septianingtyas [Syahida.com]
Sumber: Ummi No.7/ XXIII/ November 2011/ 1432 H