Amalan Agar Istri Makin Sayang (Bagian ke-1): Kini…Engkau Seorang Suami

Ilustrasi. (Foto : rumahshintazahaf.wordpress.com)

Ilustrasi. (Foto : rumahshintazahaf.wordpress.com)

Syahidaa.com – Pernikahan adalah salah satu episode kehidupan yang menjadi skenario bagi seorang gadis. Ketika akad nikah telah terucap dengan sempurna, maka status seorang laki-laki yang semula lajang, telah berubah menjadi suami dari seorang perempuan. Beban berat menunggu di hadapannya, namun bila mampu ditunaikannya, keberkahan dan keridhaan Allah akan menjadi kompensasi yang sangat memuaskan baginya.

Benar adanya, pernikahan adalah sebuah bahtera yang tidak mudah untuk dijalankan. Kadang kala badai datang menyapa, atau bahkan menghantam begitu keras. Kekecewaan, kemarahan, kesedihan dan pertikaian silih berganti kehadirannya menyelingi kebahagiaan dan canda tawa bersama istri tercinta. Tak jarang seorang suami harus rela menjalani rentetan episode mengorbankan perasaan, keinginan atau kebahagiannya demi berusaha membahagiakan istri dan anaknya.

Seorang suami memiliki tanggung jawab menjadi seorang imam (pemimpin) bagi keluarganya. Ia bertanggung jawab terhadap hal itu dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak.

Pesan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Seorang suami pemimpin bagi keluarganya dan harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Dan seorang istri pun pemimpin bagi rumah tangga suaminya, dan dia juga harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya pula.”[1]

Seorang pemuda yang berani memutuskan segera menikah adalah seorang pemuda yang jantan dan bertanggung jawab. Saya katakan engkau jantan, karena di tengah kehidupan yang serba primitif dengan kemaksiatan, engkau lebih memilih mengakhiri masa lajangmu dengan mempersunting sang belahan jiwa. Adapun saya katakan engkau bertanggung jawab, karena kedewasaanmu yang siap mengemban tanggung jawab karena kedewasaanmu yang siap mengemban tanggung jawab dan peran sebagai seorang suami, kepala keluarga, juga kelak akan menjadi ayah bagi anakmu.

Menikah memang butuh keberanian. Keberanian untuk meninggalkan dunia kebebasa, kemaksiatan dan kecenderungan menuruti hawa nafsu. Sementara di luar sana, banyak sekali pemuda yang secara usia dan ekonomi sudah sangat layak untuk menikah. Namun mereka menunda-nunda dengan berbagai macam alasan. Mereka tidak peduli dengan keadaa hati mereka yang merasa kesepian, sehingga mencari pelarian dalam kemaksiatan.

Seseorang yang belum menikah akan kecenderung terjerumus pada kebebasan pergaulan, sementara tidak ada penyaluran yang halal untuk nafsu syahwatnya. Kenyataan seperti ini diperparah dengan keadaan wanita-wanita di masa sekarang yang lebih memilih untuk mempertontonkan auratnya dan mempromosikan kecantikan paras serta kemolekan tubuhnya.



Wanita dapat berperan sebagai fitnah terbesar bagi kaum Ada. Kecantikan parasnya, kemolekan tubuhnya, kelembutan sikapnya dan kemerduan suaranya sering kali disalahgunakan atau diperuntukkan untuk hal-hal ynag dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Wanita yang demikian inilah yang kemudian menjadi sumber malapetaka bagi laki-laki yang kurang kuat iman dan pemahaman Diennya. Bila seorang laki-laki yang belum menikah tidak dibentengi dengan keimanan yang kuat, maka dirinya akan mudah melakukan berbagai bentuk kemaksiatan dan menjadi ironi manakala berujung pada perzinaan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara tegas berpesan kepada umatnya agar berhati-hati terhadap bahaya fitnah wanita pada saat mereka mulai menyimpang dari syariat dan kodratnya. Sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Takutlah kalian terhadap (fitnah) wanita, karena fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah karena wanita.”[2]

Tidaklah aku meninggalkan setelahku fitanh yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki (daripada) fitnah wanita.”[3]

Menikah akan menjadikan seorang menuju kepada dunia yang penuh dengan ketentraman hati dan tersaji di hadapannya ladang amal. Visi kehidupannya akan menjadi lebih terang dan terarah. Sementara kebutuhannya akan cinta kasih serta pemenuhan hasrat seksualnya akan tersalurkan pada muara yang sah dan penuh dengan keberkahan. Dengan demikian, ia akan mampu menundukkan nafsunya serta lebih mudah menghindari berbagai fitnah dan kemaksiatan yang setiap hari mengintai dirinya.

Engkau kini adalah seorang suami. Ada kewajiban yang harus kau kerjakan. Ada tanggung jawab yang harus kautunaikan. Sebagai seorang suami, apapun yang engkau usahakan dalam rangka membahagiakan keluargamu dan diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah, maka semua itu tegolong sebagai amal shalih dan dinilai sebagai ibadah di sisi-Nya. Inilah peluang bagi dirimu untuk meraih berlipat-lipat pahala karena sebuah rumah tangga merupakan lahan amal bagi penghuninya.

Bersama dengan istri, seorang suami berusaha sebaik mungkin untuk menjadikan keluarganya sebagai keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Samara, singkatnya. Keduanya harus bahu-membahu melakukan berbagi bentuk ketaatan kepada Allah. Keduanya juga berusaha menyelamatkan keluarga yang dibina dari segala keburukan diri dan amal yang bisa menjerumuskan anggota keluarganya ke dalam siksa api neraka.

Pesan Allah agar suami-istri mengajak keselamatan, diungkapkan-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(At-Takriim [66]: 6)

Ketika engkau telah mampu setiap kewajibabmu dan terbayarlah apa yang menjadi hak istrimu, engkau adalah suami yang berusaha mencintai dan mendidik keluarga dengan perasaan cinta karena dan hanya untuk Allah semata. Jika demikian adanya, maka dirimu adalah suami yang luar biasa. [Syahida.com]

        1. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi

             2. Muslim (4925)

             3. Muslim (4923)

Sumber: Kitab Asadullah Al-Faruq (24 Jam amalan agar Istri makin sayang)

Share this post

PinIt
scroll to top