Kisah Pemuda yang Mendapat Ujian Besar Dalam Hal Berbakti Kepada Orangtua

Ilustrasi. (Foto : babymed.com)

Ilustrasi. (Foto : babymed.com)

Syahida.com – Ketika dalam proses penulisan buku ini, saya suatu hari berkesempatan menyampaikan khutbah dengan tema yang sama dengan isi buku.[1] Tanpa saya duga sebelumnya, Syaikh Hamad al-Mursyid, hakim di Pengadilan Khobar menyampaikan komentar berikut;

“Aku kenal seorang pemuda yang mendapat cobaan besar dalam hal berbakti kepada orangtua (birr al-walidain). Ia mempunyai ibu yang tunanetra. Suatu hari sang ibu jatuh terjerembab ke dalam tungku api yang membara, hingga ia lumpuh bertahun-tahun. Selama itu, dialah yang mencucikan pakaian, memasak, dan menjaga kebersihan ibunya, hingga sang ibu wafat.

Menyusul kepergian ibunya, ia memelihara sang ayah yang dijangkiti penyakit pikun. Sang ayah tidak mampu mengenali orang di sekelilingnya. Ketika penyakitnya kambuh, ia marah dan memukul siapa saja yang berada di dekatnya, kecuali anaknya. Suatu hari, ketika ia mengangkat tangan hendak memukul sang anak, tangannya kaku dan tidak dapat digerakkan dan sekonyong-konyong sang ayah menangis. Seolah ayahnya mengetahui bahwa ia anak yang berbakti.

Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, ini adalah buah dari birr al-walidain (bakti pada orangtua) yang didapat di dunia, sebelum ia mendapat buahnya kelak di kehidupan akhirat. Sang pemuda tetap tabah dan bersabar hingga ayahnya wafat. Demi Allah, tidak pernah aku menemukan lagi seorang anak yang diberi taufik oleh Allah dalam berbakti pada orangtua selain pemuda itu.” [Syahida.com]

  1. Di masjid Jami’ Khadimul Haramain di kota Khobar.

Sumber: Kitab Keramat Hidup : Orang Tua, Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani

Share this post

PinIt
scroll to top