Adakah Berbohong yang Halal?

Ilustrasi. (Foto : valeriudgbarbu.wordpress.com)

Ilustrasi. (Foto : valeriudgbarbu.wordpress.com)

Syahida.com – Seorang penyair bersenandung:

Dua orang kekasih boleh saja saling mencela

Namun jika terlalu sering, akan merusak cinta

Adakah kebohongan yang diperbolehkan? Iya ada, bahkan orang yang melakukannya diberi pahala. Ummu Kultsum binti Uqabah radhiyallau ‘anha meriwayatkan sebuah hadits, Aku tidak pernah mendengar Rasulullah memperbolehkan berbohong kecuali dalam 3 hal yaitu: orang yang berkata bohong dengan tujuan untuk mendamaikan perselisihan, orang yang berkata bohong dalam kondisi perang, dan seorang sumai yang menceritakan tentang istrinya atau seorang istri yang menceritakan tentang suaminya. (HR. Bukhari)

Yang dimaksud dengan “Seorang suami yang menceritakan tentang istrinya atau seorang istri yang menceritakan tentang suaminya” adalah berkata bohong dengan tujuan memperat cinta dan menghindari pertengakaran.

Apa salahnya suami memuji istri dan memuji tugasnya menata rumah, walaupun ada kekurangan? Apa salahnya istri memuji suami dan mengungkapkan kebahagiaan dan kecintaanya, bahkan secara berlebihan jika mau?

Berkaitan dengan masalah ini ada satu kisah yang menarik bagi saya, yaitu kish Abu Ghurzah yang terjadi pada masa ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu. Konon, Abu Ghurzah terkenal sebagai suami yang suka mencerai istri-istrinya, baik itu karena suatu sebab atau tidak.

Pada suatu hari, Abu Ghurzhah mengajak salah seorang temannya bernama Ibnu al-Arqam pergi ke rumahnya untuk mendengarkan pembicaraan Abu Ghurzah berkata, “Aku memohon padamu demi Allah, apa engkau membenciku?” istrinya menjawab, “Jangan bersumpah.” Abu Ghurzah berkata lagi, “Aku memohon padamu demi Allah, apa engkau membenciku?” istrinya menjawab, “Iya!” Abu Ghurzah lalu berkata kepada Ibnu Al-Arqam, “Engkau tentu mendengar, bukan?”



Abu Ghurzah dan Ibnu al-Arqam pergi menghadap ‘Umar bin al-Khaththab. Abu Ghurzah berkata, “Kalian telah menuduhku sebagai orang yang paling zalim terhadap istri dan paling suka cerai, tanyalah kepada Ibnu al-Arqam. Ia menjawab pertanyaan dengan menceritakan apa yang telah di dengarnya dari perkataan istri Abu Ghurzah. Kemudian ‘Umar memanggil istri Abu Ghurzah. Ia datang bersama bibinya.

‘Umar bertanya, “Engkau telah mengatakan kepada Abu Ghurzah bahwa engkau memebencinya? “Istri Abu Ghurzah menjawab, “Aku adalah orang yang paling menyegerakan bertaubat dan memohon kepada Allah dalam segala hal. Ketika suamiku memohon penadapatku dengan menyebut nama Allah, aku merasa tidak enak untuk berbohong kepadanya. Apa aku boleh berbohong, wahai Amirul Mu’minin?

‘Umar menjawab, “Iya, berbohonglah. Bila salah seorang di antara kalian tidak menyukai pasangannya, maka jangan engkau menyampaikan hal itu. Rumah tangga yang dibangun dia atas fondasi cinta amat sedikit. Sebab, orang-orang terbiasa untuk merajut pernikahannya atas dasar agama dan nasab.”

Dalam riwayat laiin, ‘Umar mengatakan, “Iya kalian boleh berbohong dan basa-basi. Tidak semua rumah tangga dibangun di atas fondasi cinta, karena orang-orang cenderung menjalin pernikahan atas dasar agama dan nasab.”

Pencerahan!

Batas yang memisahkan antara kebahagiaan dan kesengsaraan seorang suami adalah posisi Anda. Apakah Anda sebagai penolong dalam musibah atau justru menjadi pendukung terjadinya musibah.[1]

-Musibah yang menimpa kebanyakan adalah rahmat yang tersembunyi di balik baju laknat-

[Syahida.com]

Sumber : Kitab Teruntuk Sepasang Kekasih, Karim Asy-Sadzili 

 

[1] Musthafa as-Siba’i, Hakadza ‘Allamatni al-Hayah

Share this post

PinIt
scroll to top