Menundukkan Nafsu Perut; Orang Mukmin Itu Makan Dalam Satu Usus, Bukan Dalam Tujuh Usus

Ilustrasi. (Foto: gigamir.net)

Ilustrasi. (Foto: gigamir.net)

Syahida.com – Nafsu perut termasuk perusak yang amat besar. Karena nafsu ini pula Adam a.s dikeluarkan dari surga. Dari nafsu perut pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda, dan akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua itu berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut. Rasulullah SAW bersabda,

Orang mukmin itu makan dalam satu usus, dan orang kafir makan dalam tujuh usus.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain disebutkan,

“Tidaklah anak Adam mengisi bejana lebih buruk selain dari perut. Cukuplah anak Adam beberapa suapan sekedar yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jika tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Al-Baghawi).

Uqbah ar-Rasibi menuturkan, “Aku memasuki tempat tinggal Al-Hasan yang saat itu dia sedang makan siang. Dia berkata, “Kemarilah”

“Aku sudah makan, hingga tak bisa makan lagi,” kataku.

Dia berkata, “Subhanallah. Adakah orang muslim makan hingga dia tidak bisa makan lagi?”

Segolongan ahli zuhud ada yang makan terlalu sedikit dan sabar menghadapi rasa lapar. Yang baik adalah seperti yang disabdakan Nabi SAW, “Sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”



Makan secara sederhana akan menyehatkan badan dan mengusir penyakit. Caranya, makanlah selagi nafsu makan sudah bangkit dan berhentilah selagi makanan itu bernafsu agar engkau tetap memakannya. Terus menerus mengkonsumsi makanan yang terlalu sedikit bisa melemahkan badan dan mengurangi kekuatannya. Banyak orang yang makan terlalu sedikit, yang justru mengurangi kewajibannnya melaksanakan yang fardhu, dan dengan kebodohannya mereka menganggap hal itu sebagai keutamaan. Padahal yang benar tidaklah begitu. Siapa yang ingin memuji rasa lapar, hendaklah kembali ke jalan pertengahan seperti yang sudah kami jelaskan sebelumnya.

Cara lain untuk menundukkan nafsu perut, bahwa siapa yang terbiasa membuat perutnya kenyang, maka dia harus mengurangi porsi makanannya sedikit demi sedikit seiring perjalanan waktu, hingga sampai batas pertengahan seperti yang sudah kami isyaratkan. Karena sebaik-baik berbagai urusan adalah pertengahannya.

Yang paling penting ialah mengambil sesuatu yang tidak menghambat ibadahnya dan menjadi sebab untuk mempertahankan kekuatannya, jangan sampai lapar dan jangan sampai kenyang. Bila seperti itu keadaannya, tentu badannya menjadi sehat, hasrat menjadi terhimpun dan pikiran menjadi bening.  Siapa yang terlalu banyak makan, tentu membuatnya mengantuk dan pikirannya menjadi lamban, karena produksi uap di dalam otaknya terlalu banyak, hingga mendidih fungsi otaknya, di samping bisa mendatangkan berbagai macam penyakit.

Siapa yang sudah bisa meninggalkan sebagian nafsu hendaklah bersikap waspada, agar dia tidak terseret kepada riya. Ada orang yang membeli alat penggerak nafsu lalu digantung di dalam rumahnya, lalu dia berzuhud dengan menjauhi nafsu itu di dalam rumahnya, tanpa diketahui orang lain dan menutupi zuhudnya. Iniilah perbuatan para shiddiqin, yang menuangkan jiwanya ke dalam bejana kesabaran dua kali lipat. [Syahida.com/ANW]

(Sumber: Kitab Minhajul Qashidin Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk, Oleh: Ibnu Qudamah, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar)

Share this post

PinIt
scroll to top