Semut, Umat yang Memahasucikan Allah

Ilustrasi. (Foto: amazine.co)

Ilustrasi. (Foto: amazine.co)

Syahida.com – Dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Seekor semut menggigit salah seorang Nabi. Maka ia memerintahkan (untuk menemukan) tempat semut-semut itu. Lalu tempat itu dibakar. Maka Allah mewahyukan kepadanya (nabi) supaya semut itu menggigit kamu. Kamu telah membakar umat yang memahasucikan Allah (membaca ‘subhanallahu’).”

Rawi Hadits :

Al Bukhari dalam Shahihnya: Kitabul Jihad (3019). Muslim dalam shahihnya: Kitabus Salam (2241/148), Bab: Larangan membunuh semut.

Abu Dawud dalam Sunannya: Kitabul Adab (5266), Bab: Tentang membunuh semut-semut kecil, An-Nasa’i dalam As-Sunanus Shugra: KItabush Syaidi (7/210, No. 4358), Bab: Membunuh semut-semut. Ibnu Majah dalam Sunannya: Kitabush Sahaidi (3225), Bab: Sesuatu yang dilarang membunuhnya. ‘Ahmad dalam Musnadnya (2/403).

Penjelasan:

Al Hafidz dalam Kitab: A;-Fath (6/358) mengatakan “Desa semut, tempat berkumpul mereka. Orang Arab memberi bermacam-macam nama untuk beberapa tempat tinggal. Mereka mengatakan “wathan” untuk tempat tinggal manusia. “Athan” untuk kandang onta. “Arin” dan “ghabah” untuk harimau. “Kinas” untuk kijang. “Wijar” untuk biawak, “Asysyu” untuk burung; “kur” untuk kumbang besar; “waafaq” untuk binatang sejenis tikus; “qaryah” untuk semut.

Al Hafidz (6/359) juga mengatakan bahwa Al-Qurthubi mengatakan, “Menurut lahirnya, Hadits ini menerangkan bahwa Allah telah mencela Nabi ini karena dia dendam, lalu menghancurkan semut-semut, padahal yang menyakiti dia hanya seekor. Dan yang lebih utama baginya adalah sabar dan memaafkan.

Dan yang terjadi (menimpa) pada dia semacam ini seolah-olah menyakiti anak cucu Adam, dan kehormatan anak cucu Adam dan kehormatan anak cucu Adam lebih tinggi dari pada kehormatan hewan, bila berpikir secara egois. Nabi ini tidak dicela, jika terkumpul rasa balas dendam (dalam tindakannya).



Al Qurthubi berkata: “Yang menguatkan pendapat ini yaitu berpegang (berpedoman) bahwa para Nabi, menurut aslinya, dijaga (ma’shum) dan mereka itu lebih tahu perihal Allah dan hukum-hukum-Nya daripada yang lain dan yang paling takut kepada-Nya.

Semut adalah binatang yang paling cerdik dalam mencari rizki. Dan perihal semut yang paling mengherankan adalah bila menemukan sesuatu walaupun sedikit, mereka memberitahu yang lain. Dan menimbun di musim kemarau untuk musim hujan, bila takut bijian-bijiannya membusuk, dikeluarkan di atas tanah. [Syahida.com/ANW]

====

(Sumber: Hadits Qudsi yang Shahih dan Penjelasannya, Al-Haditsu Al Qudsiyyah Ash-Shahihah, Karya: Al-Imam Abi Al-Hasan Nuruddin, Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qoriy, Penerjemah: Drs. M. Thalib, Penerbit: Gema Risalah Press Bandung)

Share this post

PinIt
scroll to top