Istriku, Janganlah Kau Mencari-cari Kekuranganku dan Janganlah Kau Mengeksploitasi Titik Kelemahanku

Ilustrasi. (Foto: syamsq.com)

Ilustrasi. (Foto: syamsq.com)

Syahida.com – Titik kelemahan adalah sifat yang terdapat dalam diri semua manusia, yang sama-sama dimiliki oleh laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak kecil, yang terus berlangsung sepanjang zaman yang berbeda, dan dialami oleh semua generasi, dalam semua tempat keberadaan manusia yang berbeda.

Jika ini adalah keadaan kedua jenis manusia dan ini adalah kondisi kemanusiaannya yang rendah yang tidak dapat mendatangkan kerusakan dan manfaat, apakah jiwa kemanusiaan yang rendah ini dapat mencapai tingkatan kesempurnaan atau memiliki kesempurnaan?

Aku yakin bahwa suami tidak memiliki kesempurnaan, tidak dapat mengaku sempurna, dan tidak akan mampu mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan yang mutlak hanyalah milik Allah, yang tidak dapat disaingi oleh seorang makhluk pun di atas dunia ini. Di waktu yang sama, kelemahan dan kekurangan kemanusiaan ini menyaksikan kemuliaan, ketuhanan, dan keperkasaan Sang Pencipta.

Betapa pun besarnya kekuatan dan kemampuan seorang manusia, serta betapa pun tingginya kehormatan jabatan, dan kekuasaan, dia tetap seorang manusia yang lemah dan serba kekurangan yang membutuhkan rasa kasihan Tuhannya, penjagaan dan taufik-Nya.

Kemanusiaan yang lemah, yang serba membutuhkan, selalu merasa butuh kepada Yang Mahasempurna dan Mahamulia, yang meniupkan dari dalam ruh-Nya ke dalam diri manusia pengakuan akan ketuhanan-Nya, kekurangan diri, kelemahan, dan kekuatan-Nya.

Karena keadaan manusia yang lemah dan serba kekurangan, baik secara zahir maupun batin, dalam setiap beberapa waktu, pasti tampak padanya tanda-tanda kelemahan, kebutuhan, kekurangan, dan keterbatasan. Betapa pun kerasnya usaha manusia, serta betapa pun besarnya kemampuan mereka untuk menyembunyikan kelemahan, keterbatasan, dan kekurangan yang dimiliki, serta selalu berusaha menutupi kekurangannya di beberapa waktu, kelemahan dan kekurangan ini suatu saat pasti akan tampak dengan jelas dan nyata. Bisa jadi, berbagai kekurangan ini akan tampak dengan sangat jelas dibandingkan waktu sebelumnya.

Betapa pun rapatnya kekurangan dan keburukan manusia ditutupi sehingga tersembunyi dari pandangan mata dan penglihatan, pada suatu saat pasti akan tampak dan mengapung di atas permukaan. Kekurangan tersebut dapat dilihat oleh semua orang yang melihatnya, yang selalu mencari dan mengorek-ngorek cela dan kekurangan orang lain, dan setiap orang yang merasa senang untuk membongkar cela dan kekurangan orang lain. Selalu mengejar kesalahan dan kealpaan orang lain, meskipun dia sendiri memiliki berbagai cela, kesalahan, dan kekurangan. Dia hanya memandang manusia dengan matanya saja sehingga semua orang juga dapat memandang celanya melalui matanya.

Ada sebuah syair yang mengatakan,



Dan matamu jika menampakkan suatu cela kepadamu

Maka jagalah dan katakanlah, wahai mata manusia juga memiliki mata

Istri adalah orang yang paling dekat dengan suami yang merupakan partner hidupnya. Dia adalah orang yang dapat melihat semua sifat suaminya yang tersembunyi dan tertutupi, serta berbagai kekurangan yang bisa jadi sangat tersembunyi.

Karena sang istri hidup di dekat sang suami, dia selalu melihat hal yang dilakukan oleh suaminya dan yang tampak ketika tidur, terbangun, ketika makan, ketika minum, dan ketika tengah berkumpul dengan keluarganya. Ia juga selalu ada ketika sedang berdua-duaan dengan sang suami, dalam kegembiraan, dalam kesedihan, dalam masa muda, dan masa tua. Ia ada dalam kekuatan, kelemahan, serta sakit suami. Ia pun hadir ketika suami tengah dipenuhi insting dan nafsu syahwat. Dalam merespons suami terhadap godaan, ketika marah dan meluap emosinya, ia ada. Pada saat suami merasa tenang, nyaman dan dalam keadaan sendirian, ia selalu menemani.

Jika ini semua adalah kondisi yang dihadapi oleh seorang istri, dia pasti dapat menyingkap kelemahan suaminya serta mengetahui berbagai sifat negatif, kekurangan, dan cela yang dimiliki suami. Jika memang ini adalah semua kondisi yang dia hadapi, berarti seperti inilah posisi dan keadaan sang suami.

Apakah posisinya yang seperti ini membuat seorang istri menjadi pedang yang melingkari kepala dan leher suaminya, yang setiap saat bisa saja dia tebas kepala suaminya dengan pedang ini?

Apakah istri akan menjadikan berbagai sifat negatif dan kekurangan suaminya ini sebuah panah yang diarahkan kepada suaminya pada waktu yang dia kehendaki, untuk merendahkan harga diri dan menjatuhkan kemampuan serta posisi suaminya sehingga sang suami menjadi orang yang selalu menuruti perintah dan keinginannya, dengan mengeksploitasi kelemahan, kekurangan, dan cela yang dimiliki oleh suaminya? Dengan sama sekali melupakan bahwa jiwa kemanusiannya yang lemah dan rendah memenuhi celah-celah kekurangan dan cela dirinya sendiri, sama dengan suaminya, bahkan bisa jadi lebih banyak dibandingkan dengan suami.

Sesungguhnya, perempuan yang selalu memegang kendali, mencuri kesempatan, mempergunakan sifat negatif suami untuk melawan suaminya, berusaha mengepung dan menahannya di tempat yang lemah dalam kondisi yang rendah dan hina, dan menjatuhkan di hadapan tali kekangnya, kekerasannya, dan keotoriterannya. Dia tegakkan tubuhnya di depan ketertundukan suami karena berbagai titik kelemahan, kenegatifan, dan kekurangan yang dia pergunakan untuk melawan suaminya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa dia adalah seorang perempuan yang tidak dapat dipercaya.

Dia juga tidak berhak untuk dijuluki sebagai seorang istri yang dapat membedakan kestabilan, keamanan, dan ketenteraman kepada suaminya. Istri yang dapat memberikan suaminya sesuatu yang diinginkan dari sebuah pernikahan yang merupakan pelaksanaan firman Allah, “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (ar-Ruum: 21)

Wahai istriku, aku adalah seorang manusia. Sebagai manusia, aku bawa di antara kedua sayapku semua sifat negatif dan kekurangan yang dimiliki oleh semua orang, juga berbagai titik kelemahan dan kekuatan, sebagaimana aku bawa dalam diriku orang yang menjadi saksi bagi kemanusiaanku dan kelemahanku.

Aku telah terima dirimu sebagai istriku dengan berbagai keutamaan dan kekurangan yang kaumiliki. Sebab itu, berusahalah agar kita hidup bersama-sama dengan menerima semua kelemahan, kekurangan, cela dan keutamaan yang kita miliki. Marilah kita perbaiki berbagai kekurangan kita. Mari tambah keutamaan kita dengan anugerah dan taufik dari Allah SWT. [Syahida.com/ANW]

====

Sumber: Kitab Istriku Dengarlah Aku Bertutur, Asy-Syawadifi al-Baz. Penerbit; Gema Insani

Share this post

PinIt
scroll to top