8 Pelajaran Berharga Dari Sebuah Persahabatan

Syahida.com – Diriwayatkan dari Syaqiq Al Balkhi, bahwasanya dia berkata kepada Hasan Al Basri, “Engkau telah menemaniku selama beberapa waktu, maka apakah yang telah engkau dapatkan dariku?”

Dia menjawab, “delapan permasalahan.”

Ilustrasi. (Foto: abhineet.in)

Ilustrasi. (Foto: abhineet.in)

Pertama: Aku melihat manusia. Setiap mereka memiliki kekasih dan apabila mereka telah sampai di kuburnya, mereka ditinggalkan oleh kekasihnya. Maka aku menjadikan amal baikku sebagai kekasihku, agar dia senantiasa bersama di kubur.

Kedua: Apabila aku membaca firman Allah Ta’ala, “Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu.” (QS. An-Naazi’aat (79): 40), maka aku senantiasa berusaha mengendalikan diri dari keinginan hawa nafsu, sehingga aku senantiasa dalam ketaatan kepada Allah.

Ketiga: Aku melihat pada setiap orang yang memiliki sesuatu yang berharga. Dia senantiasa menjaganya. Lalu aku merenungi firman Allah, “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An-Nahl (16): 96). Maka setiap aku mendapatkan sesuatu yang berharga, aku menyerahkan kepada-Nya, agar sesuatu itu kekal di sisi-Nya.

Keempat: Aku melihat manusia mengejar harta, kedudukan, dan popularitas. Padahal semua itu tidak ada apa-apanya. Lalu aku merenungi firman Allah: “Sesungguhnya orang paling mulia diantara kamu di sisi Allah, ialah orang paling bertaqwa diantara kamu.” (QS. Al Hujuraat (4): 13), maka aku melaksanakan amalan yang menuju ketakwaan agar aku menjadi orang mulia di sisi-Nya.

Kelima: Aku melihat manusia saling iri dan dengki. Lalu aku merenungi firman Allah Ta’ala, “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. Az-Zukhruf (43): 32). Maka aku meninggalkan sifat iri dan dengki.

Keenam: Aku melihat mereka bermusuhan. Lalu aku merenungi firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya syethan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu).” (QS. Faathir (35): 6). Oleh karena itu aku tinggalkan permusuhan dengan mereka. Kemudian aku menjadikan syeitan sebagai satu-satunya musuh.



Ketujuh: Aku melihat mereka menghinakan diri mereka dalam mengejar rezeki. Lalu aku merenungi firman Allah Ta’ala, “Dan tidak ada sesuatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Huud (11): 6). Maka aku menyibukkan diriku dengan harta yang ada padaku dan menyerahkan yang menjadi milikku kepada-Nya.

Kedelapan:  Aku melihat mereka bertawakkal pada perdagangan produksi, dan kesehatan badan mereka, maka aku bertawakkal hanya kepada Allah Ta’ala.

Hatim al’Asham berkata, “Aku mengetahui bahwasanya rezekiku berasal dari sisi Rabbku, maka aku tidak menyibukkan diri kecuali kepada Rabbku. Aku mengetahui bahwasanya Allah mewakilkan kepadaku dua malaikat yang menulis apa saja yang aku katakan. Maka aku tidak berkata kecuali yang benar. Aku mengetahui bahwasanya manusia memandang pada apa yang nampak pada diriku, sedangkan Allah melihat apa yang ada dalam diriku. Maka aku memandang bahwasanya pengawasan-Nya lebih utama. Lalu akupun meninggalkan segala pengawasan manusia, dan aku mengetahui bahwasanya Allah senantiasa memanggil hamba-Nya untuk datang kepada-Nya, maka aku mempersiapkan diriku.” [Syahida.com/ANW]

==

Sumber: Kitab Popularitas di Mata Orang-orang Bertaqwa, Karya: Said Abdul Azhim, Penerjemah: Andi Arli S.Ag., Penerbit: Pustaka Azzam

Share this post

PinIt
scroll to top