Sifat Nabi Isa, Almasih Putra Maryam

Ilustrasi. (Foto: cornerislam.com)

Ilustrasi. (Foto: cornerislam.com)

Syahida.com – Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar. Rasulullah SAW bersabda, “Ketika tidur aku bermimpi diperlihatkan oleh Allah di sisi Ka’bah, seorang manusia yang paling tampan dari semua manusia yang pernah kamu lihat. Rambutnya menjuntai hingga kedua pundaknya dan berombak serta kepalanya meneteskan air. Kedua tangannya memegang pundak dua orang laki-laki sambil bertawaf di Baitullah. Maka saya bertanya, ‘Siapakah dia?’ Orang-orang menjawab, ‘Dia adalah Almasih putra Maryam.’ Kemudian aku melihat di belakangnya seorang yang berambut pendek dan keriting serta buta mata kanannya. Saya lihat dia mirip Ibnu Qathan. Kedua tangannya memegang pundak seorang laki-laki dan bertawaf di Baitullah. Maka saya menanyakan siapa dia. Lalu orang-orang mengatakan dia adalah Almasih ad-Dajjal.’” (HR. Muslim).

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Isa tinggal di dunia selama tujuh tahun. Pendapat ini dapat dicocokkan dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa tinggalnya Isa selama 40 tahun. Lamanya tinggal 40 tahun dapat ditafsirkan sebagai keseluruhan beliau tinggal di bumi: yaitu tinggalnya Isa sebelum diangkat ke langit dan sesudahnya. Menurut pendapat yang shahih, sebelum diangkat ke langit Isa tinggal selama 33 tahun.

Dalam hadits Abdurrahman bin Adam diriwayatkan dari Abu Hurairah,

“Sesungguhnya Isa a.s tinggal di bumi, setelah dia turun selama 40 tahun. Kemudian ia diwafatkan dan dishalatkan oleh kaum Muslimin.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud. Al-Hafizh Abu al-Qasim bin Asakir menuturkan dalam biografi Isa bin Maryam pada bagian sejarahnya, dari ulama salaf bahwa Isa dimakamkan satu lahat dengan Nabi SAW. Wallahu’alam.

Isa mempersaksikan kepada Ahli Kitab bahwa dia telah menyampaikan risalah kepada mereka dari Allah dan dia pun sudah mengakui sebagai hamba Allah. Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maa’idah: 116-118).

Allah SWT berfirman, “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” (QS. An-Nisa: 171)

Allah Ta’ala melarang Ahli Kitab berlaku secara berlebihan dan melampaui batas, dan ini banyak dilakukan oleh kaum Nasrani, sebab mereka berlaku melampaui batas dalam masalah Isa Alaihissalaam hingga mereka mengangkat Isa melebihi derajat yang diberikan Allah. Mereka mengalihkan Isa dari derajat kenabian kepada derajat sebagai Tuhan selain Allah. Mereka menyembah Isa seperti menyembah Allah. Bahkan mereka berlebih-lebihan dalam menghormati para pengikut Isa yang dianggap seagama dengannya. Mereka menyatakan bahwa pengikut Isa itu maksum sehingga segala kata-katanya diikuti oleh mereka, apakah perkataannya benar maupun salah. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Mereka menjadikan para pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.”



Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah kamu memujiku (menyanjung) secara berlebihan sebagaimana kaum Nasrani memuji Isa Ibnu Maryam secara berlebihan. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka panggillah aku hamba Allah dan Rasul-Nya.(HR. Bukhari).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa seseorang berkata, “Hai Muhammad, hai junjungan kami dan putra junjungan kami, pilihan kami, dan putra pilihan kami.” Maka Rasulullah SAW bersabda,

“Hai manusia, jagalah ucapanmu dan jangan sampai setan menjerumuskanmu. Aku adalah Muhammad bin Abdullah, hamba Allah, dan Rasul-Nya. Demi Allah, aku tak suka bila kalian meninggikanku melebihi kedudukanku yang telah ditetapkan Allah kepadaku.” (HR. Ahmad).

Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ahmad dari jalan ini.

Firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah kamu mengatakan kepada Allah melainkan kebenaran.” Maksudnya, janganlah kamu membuat kebohongan kepada Allah, memberi Dia teman perempuan, dan anak. Mahatinggi dan Mahaagung Allah dari hal yang demikian. Mahasuci, Kudus, dan Tunggal dalam kemuliaan, kebesaran, dan keagungan-Nya; tiada Tuhan melainkan Dia. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya Almasih Isa Ibnu Maryam itu adalah Rasul Allah, kalimah-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan ruh dari-Nya.” Yakni, sesungguhnya dia tiada lain hanyalah salah seorang di antara hamba Allah dan salah satu makhluk-Nya. Dia berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka ia pun jadi. Dia adalah salah seorang di antara rasul-Nya dan kalimah-Nya yang disampaikan kepada Maryam. Dia diciptakan melalui sebuah kata yang disampaikan Jibril a.s kepada Maryam, kemudian Jibril meniupkan sebagian ruhnya kepada Maryam dengan izin Allah, maka kejadian Isa pun dengan seizin Allah juga. Tiupan itulah yang diembuskan Jibril ke bawah lengan baju Maryam, kemudian ruh itu turun dan sampai ke farjinya. Kejadian ini seperti suami membuahi istrinya. Semua itu diciptakan karena Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, Isa dikatakan sebagai kalimah (kata) Allah dan ruh dari-Nya sebab dia tidak lahir melalui pembuahan seorang bapak. Dia bermula dari kalimah yang diucapkan-Nya, yaitu kalimah kun, maka Isa pun jadi. Dan ruh itu dibawa oleh Jibril kepada Maryam. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Isa bagi Allah adalah seperti penciptaan Adam yang diciptakan-Nya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka ia pun jadi.” Dan Allah Ta’ala berfirman, “Dan Maryam anak perempuan Imran yang memelihara farjinya.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin Shamit, dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda,

“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya; bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya; bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, dan firman-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan merupakan ruh dari-Nya; dan bahwa surga itu adalah hak dan neraka juga hak, maka Allah akan memasukkanya ke dalam surga sesuai dengan amalnya yang ada.” (HR.Bukhari)

Firman Allah Ta’ala, “Maka berimanlah kepada Allah dan para rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan ‘tiga’.’” Maksudnya, benarlah bahwa Allah itu satu dan tunggal; tidak memiliki teman perempuan dan tidak memiliki anak; bahwa Isa merupakan hamba dan rasul-Nya. Dan janganlah kamu menjadikan Isa dan ibunya sebagai mitra dan sekutu Allah; Mahatinggi dan Mahamulia Allah dari hal seperti itu. Firman ini senada dengan ayat, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, ‘Bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga,’ padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.(QS. Al Maaidah: 73). [Syahida.com/ANW]

—-

Sumber: Kitab Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Karya: Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Penerjemah: Drs. Syihabuddin, Penerbit: Gema Insani 

Share this post

PinIt
scroll to top