Jadilah Engkau Pemaaf dan Suruhlah Orang Mengerjakan yang Ma’ruf, Serta Berpalinglah dari Orang-Orang Bodoh

Ilustrasi. (Foto: sabinalivingsoul.tarotguiderna.se)

Ilustrasi. (Foto: sabinalivingsoul.tarotguiderna.se)

Syahida.com

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ ﴿١٩٩﴾ وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّـهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 199 – 200)

‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan tentang firman-Nya, {خُذِ الْعَفْوَ.} “Jadilah engkau pemaaf,” Allah memerintahkan kepada Nabi SAW supaya memaafkan kaum musyrikin selama sepuluh tahun (ketika beliau di Makkah), kemudian (setelah hijrah ke Madinah) Allah memerintahkannya supaya bersikap keras terhadap mereka.1

Sejumlah perawi menuturkan dari Mujahid mengenai firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf,” ia mengatakan, yakni terhadap akhlak dan perilaku manusia, tanpa mencari-cari kesalahannya.2 Hisyam bin ‘Urwah menuturkan dari ayahnya, Allah memerintahkan Rasulullah SAW agar memaafkan berbagai perilaku manusia. 3 Dalam suatu riwayat, ia mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf terhadap segala perilaku mereka kepadamu.” Dalam Shahiih al-Bukhaari dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, ‘Urwah, dari saudaranya, ‘Abdullah bin az-Zubair, ia mengatakan, “Allah menurunkan: ‘Jadilah engkau pemaaf,’ hanyalah berkenaan dengan akhlak manusia.” 4

Dalam riwayat lainnya dari Hisyam, dari ayahnya, dari Ibnu ‘Umar r.a 5 dan dalam riwayat Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Aisyah disebutkan bahwa keduanya (Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah) mengatakan seperti itu. 6 Wallahu’alam

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim sama-sama meriwayatkan: Yunus menuturkan kepada kami, Sufyan -yaitu Ibnu ‘Uyainah – menuturkan kepada kami, dari Umayy, ia mengatakan: Ketika Allah SWT menurunkan pada Nabi-Nya SAW ayat ini, {خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ } “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh,” maka Rasulullah SAW mengatakan, “Apakah ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.” 7

Al-Bukhari mengatakan dalam baab (pembahasan tentang) firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh,” bahwa al-‘Urf ialah yang ma’ruf. Kemudian ia meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a bahwa ia mengatakan,” ‘Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah datang, lalu singgah di rumah sepupunya, al-Hurr bin Qais, dan ia termasuk para qurra’ (penghapal Al-Qur’an) yang menjadi anggota majelis yang sering diajak bermusyawarah oleh ‘Umar r.a. Anggota majelis ini terdiri dari orang-orang tua dan anak muda. ‘Uyainah mengatakan kepada sepupunya, ‘Wahai sepupuku, kamu memiliki kedudukan di mata amir ini, maka mintakan izin kepadanya untukku (agar aku bisa menemuinya).’ Al-Hurr mengatakan, ‘Aku akan meminta izin kepadanya untukmu.’ Kemudian al-Hurr memintakan izin untuk ‘Uyainah dan ‘Umar mengizinkannya. Ketika menemuinya, ‘Uyainah mengatakan, ‘Hai Ibnul Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi harta yang banyak kepada kami dan tidak pula memutuskan perkara di antara kami dengan adil.’ ‘Umar pun marah hingga berniat untuk menghukumnya, maka al-Hurr mengatakan kepadanya, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman kepada Nabi-Nya, ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.’ Dan, orang ini termasuk orang-orang yang bodoh.’ Demi Allah, ‘Umar tidak melanggar ayat itu, ketika al-Hurr membacakannya padanya, dan ia memang tunduk pada Kitabullah.” 8 Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari sendiri, (Muslim tidak meriwayatkannya).

Sebagian orang bijak (hukama) mengambil makna ayat ini, lalu merajutnya dalam dua bait sya’ir berikut ini:



Jadilah pemaaf dan suruhlah yang ma’ruf sebagaimana diperintahkan kepadamu

Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh

Berlemah lembutlah dalam berbicara kepada semua orang

Perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang berkududukan adalah kelemahlembutan

Menurut sebagian ulama, manusia itu ada dua: Pertama, ada orang yang berbuat kebaikan, maka ambillah kebaikannya yang diberikan kepadamu. Jangan membebaninya melebihi kesanggupannya atau menyulitkannya. Kedua, orang yang berbuat keburukan, maka suruhlah ia kepada yang ma’ruf. Jika ia tidak bergeming dari kesesatannya, tidak mematuhi seruanmu dan melanjutkan kebodohannya, maka berpalinglah darinya. Mudah-mudahan itu dapat menolak tipu dayanya, sebagaimana firman-Nya,

“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”. (QS. Al-Mu’minuun: 96-98)

Dan sebagaimana firman-Nya,

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 34-36)

Sementara dalam surat (Al A’raaf) yang mulia ini, Dia berfirman, “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.9

Dalam ketiga ayat ini, yakni dalam surat al-A’raaf, al-Mu’minun dan Haamiin Sajadah (Fushilat), tidak ada lagi yang keempatnya, Allah menunjukkan bagaimana memperlakukan mereka yang berbuat kemaksiatan (atau berbuat jahat) secara ma’ruf dengan cara yang lebih baik. Perlakuan seperti itu sudah cukup baginya untuk menolak kedurhakaan mereka dengan seizin Allah. Oleh karenanya, Dia berfirman, ”Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” Kemudian Allah membimbing hamba-Nya agar senantiasa meminta perlindungan kepada-Nya dari godaan syaithan dari bangsa jin. Sebab ia tidak sekedar menghalangimu dari kebajikan, tetapi ia bertekad untuk membinasakan dan menghancurkanmu secara total, karena ia adalah musuh yang nyata bagimu dan bagi bapakmu sebelummu.

Ibnu Jarir mengatakan tentang tafsir firman-Nya, “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan.” Jika syaitan marah terhadapmu, dengan menghalangimu dari berpaling dari orang bodoh dan mendorongmu untuk membalasnya, “Maka berlindunglah kepada Allah.” Allah SWT menyatakan bahwa, berlindunglah kepada Allah dari godaannya. ‘Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dia Maha Mendengar kebodohan orang yang berbuat bodoh terhadapmu. Dia pun Maha Mendengar permohonan perlindungan kepada-Nya dari godaan syaitan. Dan Dia Maha Mendengar segala ucapan makhluk-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya. Dia Maha Mengetahui apa yang dapat menghilangkan godaan syaitan darimu dan berbagai urusan makhluk-Nya yang lain. 10  [Syahida.com/ANW]

Catatan kaki:

1 Ath-Thabari (XIII/328).

2 Ath-Thabari (XIII/327).

3 Ath-Thabari (XIII/327).

4 Fat-hul Baari (VIII/155) [Al-Bukhari (No. 4643 dan 4644)]

5 Fat-hul Baari (VIII/156).

6 Fat-hul Baari (VIII/156). (No. 4642)

7 Ath-Thabari (VI/154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638).

8 Fat-hul Baari (VIII/155). [Al-Bukhari (No. 4642)]

9 [Jadi cara terbaik menolak kejahatan syaitan adalah dengan memohon perlindungan kepada Allah darinya]

10 Ath-Thabari (XIII/332).

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 3, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top