Berhenti Mengeluh, Mulailah Bersyukur

Ilustrasi. (Foto: sukausaha.com)

Ilustrasi. (Foto: sukausaha.com)

Syahida.com

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah kepadamu, dan jika kamu mengingkari, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (QS. Ibrahim: 7).

Saya ingin berbagi ayat ke 7 dari Surat Ibrahim. Ini adalah juz yang ke 13 dari Al Qur’an.

Tatkala Tuhanmu menyatakan; “Sesungguhnya jika kamu sedikit saja bersyukur.” Bahkan jika kamu bersyukur hanya sedikit, لَئِن شَكَرْتُمْ , Allah berfirman, “Jika kamu menunjukkan rasa bersyukur yang amat sangat sedikit saja.” Ia tidak meminta banyak, لَأَزِيدَنَّكُمْ “Pasti Aku akan tambah tambah tambah tambah tambahkan kepadamu. Aku bersumpah!” Ini adalah tata bahasa terkuat yang mungkin digunakan. “Jika saja kamu bisa tunjukkan sedikit rasa syukurmu.”

Lalu pertanyaannya, kita harus bersyukur ke siapa? Kamu mungkin akan mengira kita harus bersyukur pada Allah, tapi di sini Allah tidak menyebut dirinya. Jadi bisa saja bersyukur pada Allah, bersyukur pada orang tuamu, bersyukur pada gurumu, bersyukur pada kesehatanmu, bersyukur pada teman-temanmu. Bersyukur pada orang-orang yang telah berjasa, pada perusahaanmu yang telah memberimu pekerjaan. Senang menghargai. Jika saja kamu bisa menghargai dan bersyukur.

Bersyukur itu bukan sekedar mengatakan Alhamdulillah. Bersyukur juga merupakan suatu sikap, gaya hidup dan cara berpikir. Kamu terus menerus bersyukur. Jika saja kamu bisa menunjukkan sedikit saja sikap seperti itu, Allah berfirman: لَأَزِيدَنَّكُمْAku bersumpah, aku akan tambahkan untukmu. Tidak ada keraguan, Aku bersumpah, Aku akan tambah untukmu.” Dan Allah jarang menyebutkan kata ‘Aku’ dalam Al Qur’an. Biasanya Ia menggunakan kata ‘Kami’. Hanya pada permasalahan yang amat besar saja, Allah menggunakan kata ganti ‘Aku’. Di ayat ini, Allah menggunakan kata, ‘Aku’.

Lalu timbul pertanyaannya. Apanya yang akan ditambahkan? Ditambahkan apanya? Karena kamu bisa saja menyebutkan, Allah menambah pengetahuanku, kebijaksanaanku, kesabaranku. Kita berdoa, ‘Robbi zidni Ilman (Ya Rabb tambahkan pengetahuan kepadaku).’ Kita tidak hanya menyebut ‘robbi zidni’. Yang artinya kita tidak cuma meminta ‘Allah mohon tambahkan aku’. Tapi kita berdoa, ‘Allah mohon tambahkan pengetahuan untukku.” Allah berfirman, ‘Fazadathum Imana’ (itu menambah keyakinan mereka).” Allah tidak berfirman, ‘Aku tambahkan mereka’ saja.



Di ayat ini Allah berfirman… “Kamu tunjukkan rasa bersyukur, meskipun hanya sedikit, Aku akan tambahkan.” Apanya yang ditambahkan? Allah tidak membatasi sesuatu yang akan Ia tambahkan untukmu. Inilah indahnya ayat ini. Motivasi yang terdapat pada ayat ini, “Aku akan terus memberimu lebih dan lebih dan lebih dan lebih dan lebih atas segala-galanya.” Apa yang kamu pikirkan, “Akan Aku berikan jika itu bermanfaat untukmu, akan Aku jaga, Aku janji. Kamu cukup tunjukkan rasa syukur pada-Ku.”

Apakah kamu tahu ayat ini adalah khutbah yang diberikan oleh Nabi Musa a.s untuk Bani Israil? Saat setelah mereka melewati laut yang terbelah. Setelah melewati laut itu, mereka memiliki kenangan buruk tentang anak-anak mereka yang disembelih oleh Firaun setiap tahunnya. Mereka ini orang tua yang ketakutan yang diselamatkan dari penyiksaan dan banyak mengalami penderitaan. Dan Nabi Musa tidak memberikan khutbah tentang kesabaran ketika itu. Mereka saat itu menderita di gurun pasir, mungkin kamu berpikir Nabi Musa akan berdiri dan menyemangati mereka dengan khutbah tentang kesabaran. Tapi justru Nabi Musa kala itu memberikan khutbah tentang bersyukur. Karena kamu tidak akan mungkin bisa bersabar jika kamu tidak memiliki rasa bersyukur. Bersyukur lebih dulu.

Jika kamu bisa bersyukur, maka Allah akan menjaga semua keperluanmu lalu Ia akan tambah terus menerus. لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ La azindannakum walainkafartum, dan jika kamu tidak bersyukur, tidak menghargai, kamu tidak bisa melihat sedikitpun kebaikan dalam hidupmu. Allah bisa saja berfirman, “Dan jika kamu tidak bersyukur, Aku akan pergi darimu, Aku akan menghukummu.” Tapi itu tidaklah Ia sebutkan. Ia berkata, : “Tidak ada keraguan, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Tidak terdengar terlalu keras kan? “Jika kamu bersyukur, maka Aku tambahkan. Dan jika kamu tidak bersyukur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Tapi sebenarnya, ini bukanlah suatu pernyataan sebab akibat. Ada sedikit perbedaan dalam Bahasa Arab nya. Allah tidak berfirman, ‘walain kafartum Fa inna azabil lasyadid.’ Tidak ada kata ‘Fa’. Jika ada kata ‘Fa’ maka artinya “menjadi.” Jika kamu tidak bersyukur, MAKA sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. Tapi di ayat ini tidak ada kata ‘maka’, kamu tahu apa artinya ini? Itu artinya tidak ada hubungan sebab akibat di ayat ini. Allah tidak ingin berfirman, “Jika kamu tidak bersyukur, Aku akan menghukummu.” Tidak seperti itu. Allah katakan, “Jika kamu tidak bersyukur maka.………….” (titik-titik), Allah tidak selesaikan kalimatnya, Ia lanjutkan dengan kalimat yang baru. “Sesungguhnya Azab-Ku sungguh sangat pedih.” Secara tata bahasa, Ia tidak menghubungkan keduanya. Hal yang seperti itu pun harusnya kita syukuri. Kenyataan bahwa Allah tidak menambahkan kata tambahan, karena jika ditambahkan, maka akan menjadi.. “Jika kamu tidak bersyukur, MAKA SEBAIKNYA KAMU KETAHUI bahwa Azab-Ku sangat pedih.” Tidak seperti itu maknanya. “Jika kamu tidak bersyukur………..tidak ada apa-apa..” Kemudian Ia lanjutkan, “Sesungguhnya Azab-Ku sangat pedih.” Dengan Ia tidak melakukan hal yang seperti itu, maka sesungguhnya haruslah benar-benar kita syukuri. Yang itu saja.

Sungguh ayat yang amat sangat indah. Dan inilah motivasi yang diberikan oleh Nabi Musa melalui khutbahnya pada Bani Israil dan Allah jadikan khutbahnya itu menjadi bagian dalam Al Qur’an.

Semoga Allah Azza wa Jalla membantu kita untuk belajar dari kearifan yang indah dari Al Qur’an dan membuat kita menjadi orang yang bersyukur dan dapat membuat kita mampu melihat sisi terang dari sesuatu. Berhentilah murung dan selalu pesimis terus menerus. Berhentilah melihat sisi buruk dari sesuatu, janganlah terus menerus mengeluh, berhentilah mengkritik sesuatu. Jangan suka sinis. Hargai orang-orang di sekelilingmu, teman-temanmu, gurumu, orang tuamu, sekolahmu, kesehatanmu, fisikmu. Berhenti mengeluh kalau kamu merasa terlalu gendut, terlalu pendek, terlalu kurus, berhentilah mengeluh! Mulailah bersyukur. Berhentilah mengeluh jika kamu sakit selama 1 minggu. Berbahagialah karena sakitmu tidak separah orang lain. Mulailah bersyukur, karena Allah telah berjanji akan terus menerus menambah semuanya.

Semoga Allah membantu kita untuk memahami segala yang dijanjikan oleh-Nya, dan membuat kita layak untuk mendapatkannya. [Syahida.com/ANW]

==

Sumber : Ust. Nouman Ali Khan

Share this post

PinIt
scroll to top