Mengapa Basmalah Tidak Ditulis di Awal Surat At-Taubah?

Ilustrasi. (Foto: slideshare.net)

Ilustrasi. (Foto: slideshare.net)

Syahida.com

بَرَاءَةٌ مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدتُّم مِّنَ الْمُشْرِكِينَ

“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).(QS. At-Taubah: 1).

Surat ini dimanakan at-Taubah yang berarti pengampunan, berhubung kata at-Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.

Surat mulia ini termasuk di antara surat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari al-Bara’ bin  ‘Azib r.a, ia berkata: “Ayat terakhir yang diturunkan adalah firman Allah Ta’ala:

Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Katakanlah, ‘Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah.” (QS. An-Nisaa’: 176). Adapun surat terakhir yang diturunkan adalah Surat al-Baraah-ah (at-Taubah).

Adapun masalah tidak dicantumkannya basmalah di awal surat ini, hal itu disebabkan para Sahabat tidak menuliskannya di awal surat ini pada mushaf al-imam (induk), dan mereka dalam hal ini mengikuti apa yang diperbuat Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan r.a.

Ayat pertama dari surat yang mulia ini diturunkan kepada Rasulullah SAW setelah beliau dan para Sahabatnya kembali dari perang Tabuk dan mereka sedang melaksanakan ibadah haji. Kemudian sampai berita kepada mereka bahwa di tahun itu kaum musyrikin akan menghadiri musim haji dan melakukan thawaf dalam keadaan telanjang sebagaimana kebiasaan mereka. Sebab itu Rasulullah SAW tidak suka bersama-sama dengan mereka dalam pelaksanaan haji. Kemudian beliau mengutus Abu Bakar r.a pada tahun tersebut sebagai pimpinan rombongan haji (amirul haji), untuk membimbing manasik mereka dan mengumumkan kepada kaum musyrikin bahwa setelah tahun itu mereka tidak diperbolehkan melakukan ibadah haji. Abu Bakar r.a juga diperintahkan untuk menyeru kepada manusia yang bunyinya: “(Inilah pernyataan) pemutusan penghubungan daripada Allah dan Rasul-Nya.”



Setelah Abu Bakar kembali, Rasulullah SAW mengutus kembali ‘Ali bin Abi Thalib r.a supaya menjadi penyampai pesan-pesan dari Rasulullah SAW, sebab ia juga termasuk kerabat dekat Rasulullah SAW.  [Syahida.com/ANW]

==

Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Share this post

PinIt
scroll to top