Kisah Nabi Adam (Bagian Ke-21) : Sumpah Anak Cucu Adam Akan Keesaan Allah

Ilustrasi. (Foto : cintarindurasul.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto : cintarindurasul.blogspot.com)

Syahida.com – Imam Ahmad meriwayatkan, dari Husain bin Muhammad, dari Jarir (maksudnya Ibnu Hazim), dari Kultsum bin Jabr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh, Allah mengambil perjanjian dari punggung Adam di Nu’man pada hari Arafah, lalu dari tulang punggungnya Allah mengeluarkan seluruh keturunan yang Allah ciptakan, lalu Allah tebarkan di hadapannya, lalu Allah berbicara kepada mereka secara langsung, ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab. ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya, ketika itu kami lengah terhadap ini.’ Atau agar kamu mengatakan, ‘Sesungguhnya, nenek moyang kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?’ (Al-A’raf: 172-183).

Sanad hadist ini bagus dan kuat sesuai syarat Muslim. Diriwayatkan An-Nasa’i, Ibnu Jarir, dan Hakim dalam Al-Mustadrak dari hadist Husain bin Muhammad Al-Marwazi dengan matan yang sama. Hakim mengatakan, “Sanadnya shahih, hanya saja tidak ditakhrij Imam Bukhari dan Muslim.” Hanya saja hadist ini diperdebatkan, karena Kultsum bin Jabr meriwayatkan hadist ini secara marfu’ dan juga mauquf. Seperti itu juga dengan riwayat Al-Aufa, Al-Wabili, Dhahhak dan Abu Hamzah dari Ibny Abbas secara mauquf. Riwayat mauquf lebih banyak dan lebih kuat. Wallahu a’lam. Hadist ini juga diriwayatkan dari Abdullah bin Umar secara mauquf dan marfu’. Riwayat yang mauquf lebih shahih.

Kalangan yang berpendapat bahwa pengambilan sumpah dari keturunan Adam ini benar-benar terjadi, mereka adala jumhur ulama, berpedoman pada riwayat Imam Ahmad; Hajjaj bercerita kepada kami, Syu’bah bercerita kepadaku, dari Abu Umran Al-Jauni, dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Dikatakan pada salah satu penghuni neraka pada hari kiamat, ‘Andai kau memiliki segala sesuatu di bumi, apakah kau akan menebus diri dengan semua itu (dari siksa-Ku)?’ ‘Ya,’ jawab hamba itu. Allah berfirman, ‘Aku menginginkan yang lebih mudah dari itu, Aku telah mengambil perjanjian darimu saat kau berada di tulang punggung Adam agar kau tidak menyekutukan-Ku dengan apa pun, tapi kau tetap bersikeras untuk menyekutukan-Ku’.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Syu’bah dengan matan yang sama).

Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas, dari Abu Aliyah, dari Ubai bin Ka’ab terkait firman Allah SWT, “Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami  bersaksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya, ketika itu kami lengah terhadap ini.’ Atau agar kamu mengatakan, ‘Sesungguhnya, nenek moyang kami telah mempersekutukan Ravv sejak dulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?’ (Al-A’raf:  172-183).

Ubai mengatakan, ‘Allah mengumpulkan mereka semua yang akan ada hingga hari kiamat pada saat itu, Allah menciptakan dan memberikan bentuk pada mereka, setelah itu Allah meminta mereka berbicara, mereka berbicara. Allah kemudian mengambil perjanjian dan sumpah dari mereka dan menjadikan diri mereka sebagai saksi, ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi (Kami lakukan yang demikian itu),’ dan seterusnya.

Allah berfirman, ‘Aku jadikan tujuh langit, tujuh bumi, dan ayah kalian sebagai saksi bagi kalian, agar kelak pada hari kiamat (kalian tidak) mengatakan, ‘Kami tidak mengetahui itu.’ Ketahuilah! Sungguh tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain-Ku, tiada Rabb selain-Ku. Janganlah kalian menyekutukan-Ku dengan apa pun. Sungguh, Aku akan mengutus rasul-rasul pad akalian untuk mengingatkan janji-Ku ini pada kalian, dan Aku akan menurunkan kitab-Ku ini pada kalian.’ Mereka mengatakan, ‘Kami bersaksi bahwa Engkau Rabb dan ilah kami. Tiada Rabb bagi kami selain-Mu, tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) bagi kami selain-Mu.’ Mereka mengakui ketaatasn untuk-Nya pada saat itu.

Allah kemudian mengangkat ayah mereka, Adam, lalu Adam melihat mereka. Terlihat di antara mereka ada yang kaya dan ada juga yang miskin, ada yang bagus rupanya dan ada yang tidak seperti itu. Ia kemudian berkata, ‘Ya Rabb! Kenapa engkau tidak menyamakan semua hamba-hamba-Mu?’ Allah menjawab. ‘Sungguh. Aku ingin disyukuri.’ Di antara mereka, Adam melihat para nabi, mereka laksana lentera, mereka memancarkam cahaya, mereka diistimewakan dengan perjanjian lain; perjanjian risalah dan nubuwah.

Itulah yang difirmankan Allah, ‘Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam dan Kami telah mengambil mereka perjanjian yang teguh.’ (Al-Ahzab: 7). ‘Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.’ (Ar-Rum: 30). Terkait hal itu, Allah SWT berfirman, ‘Ini (Muhammad) salah seorang pemberi peringatan di antara para pemberi peringatan yang telah terdahulu.’ (An-Najm: 56). ‘Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sebaliknya yang Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang yang benar-benar fasik.” (Al-A’raf: 102).



Seperti telah disebutkan sebelumnya, ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, mereka semua menjalankan perintah ilahi, namun Iblis enggan bersujud pada Adam karena dengki dan memusuhi. Akhirnya Allah mengusir, menjauhkannya dari rahmat, dan mengeluarkannya dari surga. Allah menurunkan Iblis ke bumi dalam keadaan terusir, terlaknat dan terkutuk.

Imam Ahmad menyatakan, “Waki’, Ya’la dan Muhammad bin Ubaid bercerita kepada kami, mereka mengatakan, “A’masy bercerita kepada kami, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Saat anak Adam membaca ayat Sajdah lalu ia bersujud, setan menjauh dengan menangis sambil mengatakan, ‘Duhai celakanya! Anak Adam diperintahkan bersujud sehingga ia mendapatkan surga sementara aku diperintahkan bersujud tapi aku mendurhakai (perintah itu) sehingga aku mendapat neraka’.” (HR. Muslim dari hadist Waki’ dan Abu Mu’awiyah dari A’masy dengan matan yang sama).

Saat Adam menempati surga, baik di langit ataupun di bumi sesuai perbedaan pendapat sebelumnya terkait masalah ini, di sana Adam tinggal bersama sang istri, Hawa. Keduanya memakan makanan surga dengan leluasa seperti yang mereka  berdua kehendaki. Namun kala keduanya memakan buah pohon yang dilarang, pakaian yang menutupi tubuh mereka berdua dicabut, dan keduanya diturunkan ke bumi. Perbedaan pendapat terkait tempat dimana keduanya diturunkan, juga sudah disampaikan sebelumnya. [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq 

Share this post

PinIt
scroll to top