Kisah Menikahnya Seorang Gadis yang Didahului Perkenalan Lewat Telfon

Ilustrasi. (Foto : firetext.co.uk)

Ilustrasi. (Foto : firetext.co.uk)

Syahida.com – Sebuah kebohongan yang dimuntahkan oleh zaman dan di-emohi oleh masa adalah keinginan seorang gadis untuk mengenal pendamping hidupnya sebelum menikah. Berjalan bersamanya supaya lebih mengenalnya dari dekat adalah kwitansi tagihan yang akan dibayar oleh gadis dari saku kehormatan dan kesuciannya. Zina tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan dengan mukaddimah. Sarana paling berbahaya sekaligus paling mudah adalah omong kosong seperti di atas, yang hanya dipercaya oleh pemuda dan gadis dungu. Kedunguan telah membuat orang yang akan mengobatinya menjadi berputus asa.

Inilah kisah seorang gadis yang menikah yang didahului perkenalan lewat telepon. Dengarkanlah kisah yang dia ungkapkan:

“Aku mengenalnya melalui percakapan telepon. Hubunganku dengannya berlangsung kurang lebih satu tahun.  Selama itu dia selalu melontarkan kata-kata cinta penuh mesra, sehingga dia berhasil menguasaiku dengan kata-katanya. Pembicaraan-pembicaraan silih berganti. Kejadian-kejadian yang terburu-buru, diselingi oleh foto diriku yang kuberikan kepadanya agar dia melihatku sebelum menikahiku. Lebih dari itu, aku keluar bersamanya hanya sepuluh menit saja.

Aku lupa bahwa Islam membolehkan melihat wanita yang dilamar dengan ketentuan-ketentuan dan adab-adab. Dia menikahiku. Malam pertama hanyalah perbincangan yang menjemukan, sekedar membunuh waktu. Aku tidak tahan memikulnya. Aku berdiri di sampingnya tanpa bisa memahaminya. Mengapa dia berpaling dan melengos? Selama sepuluh hari aku hidup bersamanya di bawah bayangan keputusasaan. Aku bertanya, sementara air mataku mendahului ucapanku. Ada apa denganmu? Apa yang kamu pikirkan? Mana janji-janjimu? Kamu anggap apa diriku dalam hidupmu? Setelah menarik nafas. Dia mengangkat kepalanya seraya berucap, “Menikahimu adalah kesalahan terbesar. Wanita yang mau keluar bersamaku pasti dia mau keluar bersama orang lain. Maaf aku tidak menginginkanmu sebagai pendamping hidupku dan ibu bagi anak-anakku.”

Dia menceraikanku, dan untuk seterusnya aku harus memikul kepedihan sendiri. Musibah ini benar-benar membuatku terpukul. Betapa berat beban deritaku ketika impian berubah menjadi malapetaka. Kebahagiaan berubah menjadi air mata. Kebahagiaan dan cinta berubah menjadi mimpi di siang bolong.  Inilah kisahku. Gambaran yang menyedihkan, sekaligus pemandangan yang memilukan. Dia merampas impianku, bahkan menguburnya setelah air merampas impianku, bahkan menguburnya setelah air mataku yang hangat dan berharga habis bercucuran.”

Saudariku para gadis, dirimu bukan untuk sembarangan laki-laki. Engkau hanya untuk seorang laki-laki, yaitu suamimu. Dia akan mencarimu seolah-olah engkau adalah mutiara tersembunyi yang sulit untuk diraih oleh seorang pemuda. Mutiara-mutiara berharga yang tersembunyi di dasar lautan. Dan barangsiapa dengan ombak. Sebuah ungkapan menyatakan, “Barangsiapa menginginkan permata, maka dia harus membayar mahal.”[1] [Syahida.com]

  1. Ukhti Fits Tsanawiyah, hlm 40-43.

Sumber : Khalid Abu Shalih (Waspadalah Putriku, Serigala Mengintaimu!) 



Share this post

PinIt
scroll to top