Masya Allah, Seperti Inilah Qiyamullail dan Witir Rasulullah SAW

kaligrafi-21Syahida.com – Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitab Musnad-nya bahwa telah menceritakan kepada mereka Yahya Ibnu Sa’is alias Ibnu Abu ‘Arubah, dari Qatadah dari Zurarah Ibnu Abu Aufa dan Sa’id Ibnu Hisyam. Bahwa Sa’id Ibnu Hisyam pernah datang kepada Ibnu ‘Abbas lalu bertanya kepadanya tentang shalat witir, maka Ibnu ‘Abbas menjawab, “Maukah aku beritakan kepadamu tentang penduduk bumi yang paling mengetahui witir Rasulullah SAW.?”

Hisyam menjawab, “Ya.”

Ibnu ‘Abbas berkata, “Datanglah kepada ‘Aisyah dan bertanyalah kepadanya, kemudian kembalilah kepadaku dan ceritakanlah kepadaku jawabannya kepadamu.”

Sa’id Ibnu Hisyam melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku akhlak Rasulullah SAW..”

Siti ‘Aisyah menjawab, “Bukankah engkau membaca Al Qur’an?”

Aku menjawab, “Benar.”

‘Aisyah berkata: “Sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur’an.”

Ketika aku hendak berdiri, terdetiklah dalam hatiku tentang qiyam Rasulullah SAW, maka aku bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, ceritakanlah kepadaku tentang qiyam Rasulullah SAW.”



‘Aisyah balik bertanya, “Bukankah kamu membaca surat al-Muzzammil?”

Aku menjawab, “Benar.”

‘Aisyah r.a berkata:

Sesungguhnya Allah memfardhukan qiyamullail pada permulaan surat ini, maka Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya melakukan qiyam selama setahun hingga telapak kaki mereka bengkak-bengkak. Dan Allah menahan penutup surat ini di langit selama dua belas bulan. Kemudian Allah menurunkan keringanan di akhir surat ini, maka qiyamullail menjadi shalat sunnah yang sebelumnya sebagai shalat fardhu.”

Dan ketika aku hendak bangkit, terdetiklah dalam hatiku untuk menanyakan tentang witir Rasulullah SAW, maka aku bertanya, “Wahai Ummmul Mukminin, ceritakanlah kepadaku tentang witir Rasulullah SAW..”

‘Aisyah menjawab:

“Kami biasa mempersiapkan untuknya siwak dan air bersucinya. Dan manakala Allah membangunkannya di malam hari sebagaimana yang dikehendaki-Nya, beliau bersiwak dan berwudhu, kemudian melakukan shalat sebanyak delapan raka’at, tanpa duduk di antaranya kecuali pada raka’at yang kedelapan, maka pada raka’at yang kedelapan beliau duduk seraya berdzikir kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, kemudian bangkit lagi tanpa salam, dan berdiri untuk melakukan shalat pada raka’at kesembilannya, lalu duduk dan berdzikir kepada Allah semata dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau melakukan salam dengan suara yang terdengar oleh kami. Kemudian beliau melakukan shalat dua raka’at dengan duduk setelah salam itu. Itulah sebelas raka’at yang dilakukan olehnya, wahai anakku. Dan manakala Rasulullah SAW makin tua dan tubuhnya menjadi gemuk, beliau melakukan witirnya sebanyak tujuh raka’at, lalu shalat lagi dua raka’at duduk sesudah salamnya, maka itulah sembilan raka’at yang dijalaninya, wahai anakku. Dan adalah Rasulullah SAW apabila mengerjakan shalat (sunnah), ia suka menjaganya terus menerus. Dan adalah beliau apabila meninggalkan qiyamullail karena tertidur, atau tidak enak badan atau sakit, beliau melakukan shalat sebanyak dua belas raka’at pada siang harinya. Dan aku belum pernah mengetahui Nabi Allah SAW membaca seluruh Al Qur’an dalam satu malam hingga pagi hari, dan tidak pula mengerjakan puasa satu bulan penuh selain dalam bulan Ramadhan.” [Shahih, diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i. Lihat: Jami’ al-Ushul, VI/97.) [Syahida.com/ANW]

===

Sumber: Kitab Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al Qur’an (Jilid 12), Karya: Sayyid Quthb, Penerjemah: M.Misbah, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Lc., Penerbit: Robbani Press

Share this post

PinIt
scroll to top