Bacaan Murahan

Ilustrasi. (hollypattisonmediastudies.blogspot.com/)

Ilustrasi. (hollypattisonmediastudies.blogspot.com/)

Syahida.com – Larut dalam membaca Koran, tenggelam dalam membuka lembar demi lembar majalah, gemar membaca cerita berseri dan buletin yang menumpuk, ini semua indikasi kerugian ilmiah dan kebodohan wawasan. Bacaan yang rapuh dan sakit ini tidak akan membuat gemuk tidak pula mampu mengenyangkan kelaparan, karena kebanyakan tulisan di Koran dan majalah itu buih seperti buih air bah, bahasa pasaran model koran yang digunakan sehari-hari, pemikiran yang tak terkendali, penyampaian yang memberatkan dan membuang kesempatan yang cukup menimbulkan dampak kerugian. Bacaan yang buruk ini akan menampakkan pengaruhnya pada bahasa dan pembicaraan pembaca serta istilah-istilah yang digunakannya. Maka Anda bisa melihat jika berbicara seakan-akan dia menjadi seorang penyiar, atau komentator olahraga, karena susunan ungkapan-ungkapan mereka melalui kamusnya. Dia menampakkan kepada khalayak ramai bahwa dia seorang yang kritis dan berwawasan sebagaimana yang diklaimnya.

“Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu.” (Yusuf [12]: 18)

Padahal dia itu nol dalam masalah orisinalitas dan tidak memiliki pengetahuan yang layak untuk dibanggakan dan dijadikan petunjuk. Wahai orang-orang yang gemar membaca, bacalah Al-Qur’an dan Sunnah agar kalian dapat merasakan keagungan, keindahakan dan kesempurnaan,

“Yang bercabang dan yang tidak bercabang; disirami dengan air  yang sama.” (Ar-Ra’d [13]: 4)

Kemudian beralih kepada karya-karya ulama terkenal dan para pakar agama hal ilmu pengetahuan agar kalian dapat melihat mata air dengan mata Anda sendiri,

“Yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (Al-Insan [76]: 6)

Adapun berbagai koran dan majalah, maka siapa yang ingin membacanya, hendaknya dia melihat dengan kedua matanya judul-judulnya yang banyak sekali dengan penuh perhatian laksana tangan dokter yang sedang memeriksa orang sakit.

Menginjak tanah dengan penuh kelembutan lantaran kebingungannya seakan-akan menjadi orang yang dirundung kesedihan yang menyentuh luka.  [Syahida.com]



 

Sumber : Kitab DEMI MASA! (Dr.’Aidh Abdullah)

Share this post

PinIt
scroll to top