Kisah Nabi Nuh (Bagian Ke-7) : Mitos Tentang Auj bin Unuq

Ilustrasi. (Foto : thenoirlatte.wordpress.com)

Ilustrasi. (Foto : thenoirlatte.wordpress.com)

Syahida.com – Jika Allah telah menjelaskan bahwa Allah tidak menyisakan satu orang kafir pun di muka bumi, lalu bagaimana mungkin sebagian mufassir menyatakan bahwa Auj bin Unuq ada yang menyebutnya Ibnu Inaq, hidup sejak zaman Nabi Nuh hingga zaman Nabi Musa, mereka menyebutnya kafir, semena-mena, lalim, dan membangkang. Mereka juga menyebutnya sesat, bahkan dilahirkan oleh seorang ibu salah satu anak Adam dari hasil zina. Ia selalu memakan ikan yang ia ambil dari lautan, lalu ia bakar di bawah terik matahari hingga tubuhnya tinggi menjulang. Ia pernah mengatakan kepada Nuh saat berada di dalam kapal, “Piring apa yang kau punya ini?” dengan nada mencemooh. Mereka menyebutkan, tinggi Ibnu Anaq mencapai 333 hasta, dan kata-kata melantur lain, yang jika saja tidak tertera dalam sebagian besar kitab-kitab tafsir, sejarah dan peperangan, tentu saja kami tidak perlu membahasnya, karena kisah-kisah semacam ini tidak berguna dan lemah, di samping bertentangan dengan dalil dan naqli.

Dalil aqli; bagaimana mungkin Allah membinasakan anak Nuh karena ingkar, meski ayahnya adalah nabi umat dan pemimpin orang-orang beriman, sementara Allah tidak membinasakan Auj bin Unuq atau bin Anaq padahal ia lebih lalim dan semena-mena seperti yang disebutkan?!

Kenapa Allah tidak merahmati seorang pun diantara mereka yang ingkar, tidak pula ibu seorang bayi tersebut sementara Allah membiarkan si bengis, lalim, keji, amat kafir, dan setan pembangkang seperti yang mereka katakan ini?!

Dalil naqli: Allah SWT berfirman, “Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain.” (Asy-Syu’ara: 66). Allah SWT berfirman, “Dan Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi’.” (Nuh: 26).

Di samping itu, bentuk fisik setinggi itu bertentangan dengan penjelasan yang tertera dalam kitab Shahihain dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sungguh, Allah menciptakan Adam dengan panjang 60 hasta lalu bentuk fisik itu terus menyusut hingga sekarang.” Demikian nash Rasulullah SAW, sosok jujur, terpercaya, ma’shum, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (An-Najm: 4). Nash ini menunjukkan, bentuk fisik manusia terus menyusut hingga saat ini. Artinya, tinggi fisik manusia terus berkurang sejak Adam hingga Nabi SAW menyampaikan hadist tersebut, dan terus berlaku hingga hari kiamat. Konsekuensinya, di antara keturunan Adam tidak ada seorang pun tingginya melebihi tinggi Adam.

Bagaimana bisa kisah seperti ini dibiarkan, sementara nash shahih diabaikan? Justru kata-kata dusta dan ingkar yang bersumber dari Ahli Kitab yang dijadikan pedoman, padahal mereka mengubah kitab-kitab Allah yang diturunkan, mereka ganti, mereka takwilkan, dan mereka tempatkan secara tidak benar. Lantas bagaimana dengan mereka yang meriwayatkan suatu kisah secara tersendiri atau tidak bisa dipercaya dalam menyampaikannya karena mereka adalah para pengkhianat dan pendusta? Semoga laknat-laknat Allah terus menimpa mereka hingga hari kiamat. Menurut saya, kisah tentang Auj bin Unuq ini pasti karangan dusta kalangan zindiq dan keji yang memusuhi para nabi. Wallahu a’lam. [Syahida.com]

– Bersambung…

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq



 

Share this post

PinIt
scroll to top