Suamiku, Bimbinglah Aku ke Jalan-Nya (Bagian ke-3)

Ilustrasi. (Foto : islamiclife.com)

Ilustrasi. (Foto : islamiclife.com)

Syahida.com – Berikut ini surat seorang istri yang mengingatkan suaminya:

“Suamiku tercinta, rumah kita kosong dari majelis iman. Padahal, saya sangat berharap Kanda mau membacakan satu hadits saja dari kitab Riyadhus Shalihin untuk kita setiap hari, atau mendengar suara Kanda membacakan kisah Rasulullah.

Kapan Kanda bisa memulainya? Jangan besok ya… hari ini akan saya siapkan kitabnya. Aku ingin sekali mendengar suara Kanda dan menikmati saat duduk bersama Kanda. Anak-anak kita pasti akan bergembira dengan hal itu.”[1]

Wahai suami…

> Kenapa Anda tidak memerhatikan ilmu agama untuk keluarga dan anak-anak Anda, padahal Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Lelaki mana saja yang memiliki budak, lalu ia mengajari dan mendidiknya dengan baik, kemudian memerdekakannya dan menikahinya maka ia mendapat dua pahala.”[2]

Perhatikanlah, Rasulullah menyandingkan pahala memerdekakan budak dengan pahala membebaskan dari belenggu kebodohan terhadap kewajiban-kewajiban Allah dan sunah Rasul-Nya.

> Kenapa Anda tidak menjadikan Aisyah radhiyallahu ‘anha sebagai teladan yang baik untuk istri Anda. Beliau angkat tinggi-tinggi cita-citanya dalam menuntut ilmu. Simaklah penuturan Urwah bin Zubair berikut, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih tahu tentang perkara fikih, ilmu kedokteran, dan syair daripada Aisyah.”



Kenapa anda tidak mau menghapus kebodohan istri Anda, padahal Allah telah berfirman:

“…Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui’.” (Az-Zumar: 9).

Orang-orang yang mengetahui adalah orang-orang yang bisa mengambil manfaat dari ilmunya dan mau mengamalkannya. Sedangkan orang yang tidak mau mengambil manfaat dari ilmunya dan tidak mau mengamalkannya, kedudukannya sama dengan orang yang tidak berilmu.

> Kenapa Anda tidak memotivasi isti Anda untuk takut kepada Allah. padahal, dengan itu istri Anda akan menjadi sosok istri shalihah dan taat. Allah berfirman:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)

Maknanya kata Ibnu Katsir, orang yang benar-benar takut kepada Allah adalah para ulama yang arif. Sebab, jika kearifan (pengetahuan) tentang Zat yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui yang disifati dengan segala sifat sempurna dan Asma’ul Husna itu lebih sempurna dan ilmu tentangnya lebih kompherensif, rasa takutnya kepada Allah juga akan semakin besar dan kuat.

Maksudnya, ketika istri Anda memiliki kesungguhan untuk menguasai ilmu syar’i, ia pasti akan lebih berusaha untuk mengenal Allah. Jika demikian, Allah akan memberinya rezeki berupa khasyyah (takut kepada Allah), sehingga ia akan bertakwa kepada Allah bersama semua makhluk, sedangkan Anda termasuk mereka.[3]

> Tidakkah Anda menginginkan kebaikan istri, padahal Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memahamkannya tentang din.”[4]

> Mengapa Anda tidak berusaha sungguh-sungguh agar istri Anda belajar tentang perkara-perkara agama. Simaklah atsar Salafus Shalih yang mengajurkan hal itu.

Mua’dz bin Jabal berpesan:

“Pelajarilah ilmu. Mempelajarinya karena Allah merupakan (wujud) Khasyyah. Menurutnya adalah ibadah. Saling mengingatkan tentangnya adalah tasbih. Mencarinya adalah jihad. Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya merupakan sedekah. Dan usaha keras demi ilmu bagi pelakunya adalah wujud taqarrub kepada Allah.” (Mu’adz bin Jabal).

Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Satu bab ilmu yang dijaga oleh seseorang untuk kebaikan dirinya dan kebaikan orang setelahnya, itu lebih baik baginya daripada beribadah selama satu tahun penuh.”

Imam Syafi’i berkata, “Setelah kewajiban, tidak ada amalan yang lebih utama daripada menuntut ilmu.”

Sufyan Ats-Tsauri radhiyallahu ‘anhu  berkata: “Tidak ada amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya ikhlas.”

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Siapa yang mengamalkan suatu amalan tanpa dasar ilmu, kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak dari pada kebaikan yang dihasilkannya.”

“Suamiku, engkau telah mendidikku ilmu agama dengan baik. Semoga aku bisa menjadi istri yang shalihah untukmu.” [Syahida.com]

TAMAT

Sumber: Buku Suamiku, Dengarkanlah Curahan Hatiku. Isham Muhammad Syarif.

 

[1] Lihat kitab Rasa’il Mutabadilah baina Zaujain, Abdul Malik Qasim, hlm 27.

[2] HR. Bukhari dan Muslim.

[3] Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 111: 554.

[4] HR.Bukhari dan Muslim.

Share this post

PinIt
scroll to top